Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 63
P. 29
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 29BERITA KHASBERITAINDONESIA, Januari 2009 2926.535 ha, dan perikanan 395.305 ha.Secara teori, sistem ini akan menjaminefektivitas dan ketepatan subsidi. Namun,hal itu bisa diwujudkan apabila sudahdimiliki basis data akurat dan kelompoktani yang andal. Di negara ini, dua syaratpokok itu memang masih lemah, tapi jikadiupayakan dengan serius, syarat itudiharapkan bisa digenapi.Untuk meningkatkan pengawasanpenyaluran pupuk bersubsidi, presidentelah meminta Mentan agar menambahjumlah penyuluh pertanian. Untuk itu,Mentan berencana menambah penyuluhsebanyak 10 ribu personel untuk seluruhIndonesia.Lembaga legislatif juga berencana ikutmelakukan pengawasan tersendiri dalampendistribusian pupuk ini. Rencananya,DPR akan membentuk empat tim untukmemantau kinerja pemerintah dalammenyalurkan pupuk bersubsidi. “Komisiakan menurunkan tim untuk memantaurealisasi komitmen pemerintah mengatasikelangkaan pupuk,” kata Wakil KetuaKomisi Pertanian Suswono kepada wartawan Desember 2008 lalu. Menurutnya,nantinya tiap tim beranggotakan limaenam orang.Seluruh rakyat pasti senang denganupaya pemerintah itu. Demikian jugaterhadap pencapaian swasembada berastahun 2008 lalu. Dengan beberapa upayapembenahan seperti yang dijanjikanpemerintah, prestasi itu diharapkanberlanjut untuk tahun-tahun berikutnya.Selaras dengan prestasi itu, hal yang lebihpenting adalah, hendaknya kelangsunganhidup dan kesejahteraan petani sendiritetap diperhatikan. Untuk itu, berbagaifaktor penunjang pertanian seperti tersedianya benih, pupuk, irigasi, dan prasarana lainnya hendaknya tetap mendapat prioritas dari pemerintah. Sebabjika kejadian seperti kelangkaan pupuk inimasih terulang lagi, niscaya nasib petaniakan semakin terpuruk.Kelangkaan ElpijiHampir sama halnya dengan yang dialami petani, hidup rakyat miskin danhampir miskin di perkotaan juga kembaliterabaikan dengan kelangkaan gas elpijiukuran 3 kg sejak pertengahan Desember2008. Kejadian ini suatu ironi, sebabmasyarakat sebelumnya “dipaksa” menggunakan gas dalam program konversiminyak tanah ke gas. Di tengah minyaktanah tidak ditemukan lagi di pasar, danmasyarakat juga sudah mulai menerimagas elpiji, tapi bahan bakar itu justrulangka di pasar.Langkanya gas elpiji ini membuat wargamencarinya kemana-mana. Bahkan, warga sempat mencoba membeli langsung kestasiun pengisian bulk elpiji (SPBE). Namun mereka terpaksa harus kecewa karena SPBE tidak melayani pembeli eceran.Kelangkaan gas ini disebutkan terjadiakibat ketidaksiapan infrastruktur, terutama keberadaan kilang gas. Keadaan semakin buruk karena permintaan gas elpijijuga meningkat. Di depot elpiji Balongan,Indramayu, misalnya, berdasarkan pantauan pada Sabtu (13/12) antrian trukpengangkut elpiji 3 kg mencapai 2 km.Kelangkaan gas elpiji itu dengan spontanmeyebabkan kenaikan harga yang semulahanya Rp13-15 ribu menjadi 18 ribu.Kejadian ini seolah memaksa masyarakat kembali ke zaman baheula yangmenggunakan kayu bakar untuk memasak. Hal tersebut sudah sempat terlihat dibeberapa tempat di wilayah Jabodetabekdimana sudah banyak ibu-ibu yang menggunakan batok kelapa atau tempurungdan kayu bekas untuk memasak. Bahkan,beberapa ibu-ibu di salah satu sudutJakarta sengaja memasak bersama hanyauntuk menghemat kayu bakar yang mereka gunakan untuk memasak.Maka tidak mengherankan, jika banyakibu-ibu dan anak-anaknya yang sengajakeluar rumah untuk mencari kayu bakardi sekitar lingkungan mereka. Bahkan, dibeberapa komplek perumahan, rumahyang sudah lama tidak ditempati menjadikorban, karena kusen pintu dan jendelayang sudah mulai lapuk diambil oranguntuk kayu bakar.Untuk mencegah berulangnya kembalikasus kelangkaan gas, pemerintah, dalamhal ini Wapres Jusuf Kalla menyatakan,akan mempercepat pembangunan kilanggas. Dalam waktu tiga sampai empatbulan ke depan, 200 kilang gas akandibangun. Sejauh ini, jumlah kilang gasdi seluruh Indonesia masih 58, padahalidealnya mencapai 250.Dua kejadian yang dialami masyarakatpaling bawah itu menjelaskan bahwabangsa ini tidak pernah mau belajar daripengalaman. Kejadian seperti ini sebenarnya sudah sering berulang di negeri ini.Yang jelas, langkanya persediaan pupukdan elpiji ini menunjukkan kelalaiannegara bekerja secara cermat, tuntas,antisipatif, serta melakukan kontrol yangketat. Terlepas dari apa pun penyebabkelangkaan itu, hal ini jelas menunjukkankegagalan negara dalam perencanaan danpelembagaan sistem. Ketidakmampuanmembaca tingkat kebutuhan serta lemahnya pengawasan menegaskan hal itu.Masyarakat sangat menghargai berbagai upaya yang dilakukan pemerintahuntuk menanggulangi dua masalah tersebut. Namun sekali lagi, hendaknya pemerintah janganlah bekerja seperti pemadam kebakaran yang baru sibuk kalaumusibah sudah terjadi. Ke depan, untukberbagai sektor kehidupan lainnya, pemerintah hendaknya bertindak reaktif.Jangan sampai menunggu kejadian terjadi dulu. JK