Page 58 - Majalah Berita Indonesia Edisi 64
P. 58


                                    58 BERITAINDONESIA, Februari 2009BERITA BUDAYAHalaman Sejarahyang Terkoyakiat ingin melestarikan malah merusak. Itulah yang terjadi padaproyek pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM), tepatnya pembangunan Taman PurbakalaMajapahit di wilayah Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timuryang digagas oleh pemerintah. Pembangunan yang dilakukan tepat di atas lahan dekat situs Kolam Segaran III, menuaiprotes dari berbagai kalangan masyarakat, karena dianggap telah merusak kelestarian beberapa situs penting Majapahit yang diperkirakan pernah berdiri selama 200 tahun. Protes ini mengemukasetelah harian nasional Kompas menurunkan laporan berturut-turut tentangproyek pembangunan yang akhirnya merusak beberapa situs sejarah.Menurut guru besar Arkeolog Universitas Indonesia Prof. Dr. Mundarjito peneliti dan pemerhati situs Majapahit, Trowulan yang menjadi ibukota kerajaan saatMajapahit mencapai puncak kejayaanmerupakan satu-satunya peninggalanpurbakala berbentuk kota dari era kerajaan-kerajaan kuno di masa klasik Nusantara. Sebagai bekas kota, di Situs Trowulan dapat dijumpai ratusan ribu peninggalan arkeologis baik berada di bawahmaupun di permukaan tanah yang berupaartefak, ekofak, serta fitur. Sebagaimanayang pernah diteliti Nurhadi Rangkuti, diTrowulan telah ditemukan sedikitnya 32kanal, satu kolam seluas lebih kurang 6,5hektar, dua pintu gerbang ; gapura Bajangratu dan Gapura Wringin Lawang, pemukiman dan pendopo kuno, candi Hindudan Buddha, seperti Candi Brahu, CandiTikus, dan Candi Gentong.Melihat begitu besarnya nilai peninggalan sejarah dan potensi wisata di Trowulan, pemerintah mulai merencanakansebuah proyek yang diberi nama Pusat Informasi Majapahit (PIM). Meski sudah direncanakan sejak 2007, peletakan batupertama oleh Menbudpar, Jero Wacik baru bisa diwujudkan tanggal 3 November2008 dan dilanjutkan dengan pembangunan fisik pada 22 November.Sekilas bila kita melihat tujuan daripembangunan PIM itu sendiri adalah untuk menjadikannya sebagai pusat informasi mengenai sejarah, peradaban dankekuasaan Gajah Mada dan Hayam Wuruk. Yaitu dengan cara menyatukan semua situs Majapahit di dalam sebuah taman dengan konsep yang terpadu agar situs-situs tersebut bisa diselamatkan danbisa menarik minat wisatawan. MenteriKebudayaan dan Pariwisata Jero Wacikmenyatakan gagasan pembangunan Taman Majapahit bertujuan untuk mengangkat kebesaran dan peradaban Majapahit.Selain itu, menurut Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Jawa Timur, I Made Kusumajaya,pembangunan PIM di atas lahan seluas2.190 meter persegi sudah selayaknyadidukung sebab selama ini situs Majapahit hanya menjadi milik komunitasarkeolog. Majapahit adalah milik masyarakat Indonesia, maka sudah selayaknyasemua kalangan masyarakat mengetahuinya.Menurut rencana, PIM akan dibangundalam bentuk bintang bersudut delapanatau disebut Cungkup Surya Majapahityang menjadi lambang kerajaan Majapahit. Di bangunan inilah akan dipamerkan sejumlah koleksi benda-benda bersejarah peninggalan Majapahit dan denganberjalan di atas ubin kaca, pengunjungdapat melihat langsung berbagai bangunan peninggalan kerajaan tersebut.Di sisi lain, diakui atau tidak, melihatdari site plan-nya, pembangunan ini penuh dengan kepentingan bisnis. Itu terlihat dari besarnya Camping Ground, areaWisata Kuliner, Playground, dan bahkanada restoran apung di situs Kolam Segaran. Luas wilayah-wilayah tersebut tidaksebanding dengan luas gedung Pusat Informasi Majapahit yang letaknya di pojokan sehingga keberadaannya bisa dihiraukan. Bisa jadi keberadaan gedung PIMakan terlupakan dan tujuan untuk memperkenalkan Majapahit ke masyarakat tidak tercapai sebab pengunjung ke sanakarena hanya ingin kemping, makan, atauberenang, bukan untuk melihat sejarahMajapahit.Meskipun begitu, ide pembangunanPIM ini memang brilian, namun yangmenjadi masalah adalah penyimpangantujuan dari pembangunan yang dianggaptidak konsisten. Mega proyek pembangunan PIM bukannya menyelamatkansitus-situs Majapahit malah merusak.Kepala Balai Pelestarian PeninggalanPurbakala (BP3) Jawa Timur I MadeKusuma Jaya mengatakan, kerusakan disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranyametode pembuatan pondasi dengan caramenggali tanah yang seharusnya tidakdilakukan karena akan merusak situsdalam jumlah banyak.Kerusakan juga tidak hanya diakibatkanoleh pembangunan PIM tersebut. Menurut Kepala Museum Trowulan Aris SoviKejadian di Trowulan membuat wajah Indonesia yangselama ini punya kiprah yang baik di mata Internasionaldalam melindungi cagar budaya, tercoreng.Nyani, kerusakan juga diakibatkan oleh industri pembuatan batu bata yang dianggap lebih serius bahkan lebih parah. Daridata penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kebudayaandan Pariwisata, setiap tahunnya sekitar6,2 hektar lahan di situs Trowulan rusakakibat pembuatan batu bata yang telahmenjadi sumber penghasilan masyarakatsetempat. Sedikitnya 5.000 keluargamenggantungkan hidupnya pada industribatu bata, yang bahan bakunya berasaldari galian tanah di sekitar situs Majapahit. Upaya untuk melakukan tindakanpenyelamatan situs ini, kalah cepatfoto: ist
                                
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62