Page 48 - Majalah Berita Indonesia Edisi 71
P. 48


                                    48 BERITAINDONESIA, Oktober 2009BERITA WAWANCARAsecara manusiawi pula, dia sempat merasa kecewa, tetapi dia ikhlas.Di penghujung masa jabatannya sebagai Wakil Presiden, yang perannya dinilaibanyak pihak sebagai the real president,presiden yang sesungguhnya, Jusuf Kallatampak siap, legowo, meninggalkan kursikekuasaan, untuk kembali sebagai wargabiasa, tanpa ada beban, apalagi postpower syndrome. Kendati kecewa atasburuknya penyelenggaraan dan hasilPilpres, yang diekspresikan dengan gugatan ke Mahkamah Konstitusi, dia ikhlasmengucapkan selamat kepada pemenang, pasangan SBY-Boediono.Berikut ini petikan wawancara Wartawan TokohIndonesia.com dan MajalahBerita Indonesia dengan Jusuf Kalla yangantara lain menggambarkan kesannyaselama menjabat Wakil Presiden danKetua Umum DPP Partai Golkar. Jugatentang berpisahnya dia dengan SBY sertakekecewaannya atas penyelenggaraan danhasil Pilpres 2009.Berita Indonesia: Setelah menjabatWapres selama lima tahun, sejak 20Oktober 2004, barangkali sudahbisa di-flashback apa-apa saja pengalaman Anda yang paling berkesan?Jusuf Kalla: Yah, itu sih banyak, tentu.Sebagai wapres yang menjalankan tugastugas membantu presiden di negeri yangbegitu besar, 240 juta orang, tentu banyaksekali hal-hal yang harus kita kerjakan.Yang telah dikerjakan, yang belum dikerjakan. Ada hal-hal yang menarik, tentu.Kalau berhasil, ada juga tentu yang masihharus dilanjutkan. Jadi, berhubung dengan rakyat, semua menarik.Tapi mungkin ada satu contoh yangspesifik?Yah, banyak contoh. Bagaimana mendamaikan negeri ini di Aceh, itu juga pengalaman yang penting bagi saya. Karenaitu memberikan manfaat, memberikankebahagiaan pada seluruh orang di NKRIini. Karena itu, saya senang dapat menyelesaikan itu.Kedua, karena dapat menyelesaikanproyek-proyek yang sulit. Karena uangtidak ada, padahal itu musti jalan, tapi itudapat kita selesaikan dengan segalamacam cara.Kemudian di dalam hubungan, baikdalam kepemimpinan maupun antar pribadi, dengan Presiden SBY,mungkin ada kesan. Apa Anda merasakan SBY tidak setia kawan ataubagaimana?Nggak, nggak. Secara pribadi tentu tetaphubungan saya terjaga baik. Baik kekeluargaan. Bahwa kita kemudian berpisahkarena perbedaan-perbedaan dalambidang politik, itu biasa saja walaupunsecara pribadi saya merasa semuanya takperlu terjadi. Tapi terjadi, ya sudah. Kitaikuti saja.Banyak juga masyarakat menyayangkan. Tapi inilah perjalanan pemerintahankarena keputusan-keputusan politik danperbedaan-perbedaan sudut pandang, yatidak bisa dihindari. Ya, seperti itu. Ya,kita bekerja sajalah.Kalau dari sudut pribadi, ada perasaan Anda bahwa SBY itu kurangsetia kawan?Ndak, ndak ada. Bagi saya ini bukan soalsetia kawan. Tidak, tidak sama sekali.Seperti saya katakan tadi, masalahmasalah perbedaan sudut pandang sajadari segi cara pemerintahan, politik.Kemudian, kalau yang kita lihatsebagai jurnalis dan warga masyarakat, Anda banyak mengambilkebijakan-kebijakan strategis yangpenting selama pemerintahan bersama dengan Pak SBY. Bisa dikemukakan, kira-kira kebijakanyang paling penting itu apa?Wah, tidak terhitung itu. Pembangunanbangsa lima tahun ini ‘kan cukup banyak.Ya, karena hampir semua keputusandiambil oleh kabinet, berarti saya ikut,sama-sama.Tapi ‘kan inisiatifnya mungkinbanyak dari Anda?Ya, tentu banyak jugalah.Misalnya, Aceh sudah jelas inisiatifnya pasti dari Anda, sepengetahuankita. Sesungguhnya bagaimana?Mm, mm, begitulah.Lalu, hal-hal lain?Ya, di bidang pembangunan sebenarnyabanyak. Pembangunan di bidang infrastruktur. Bikin jalan, bikin listrik, air minum, semuanya direncanakan. Perumahan dan pembangunan pertanian. Banyaksekali.Sebelum kebijakan itu diambil,inisiatifnya banyak dari Anda?Itu inisiatif bisa. Inisiatif saya, universal,tapi pada akhirnya ‘kan disetujui presiden.Itu sebenarnya. Tapi, inisiatif itu kemudian saya langsung awasi, jalankan, ituatas nama pemerintah tentu ‘kan?Perihal proses hingga tercapainyaperdamaian di Aceh, kami lihatAnda mempunyai peranan yangsangat luar biasa. Hasilnya punsuatu lompatan yang sangat luarbiasa. Tapi kita sedikit terkejutwaktu melihat hasil Pilpres. Seolaholah Aceh itu tidak tahu berterimakasih sama Anda?Anda cuma sedikit terkejut. Kalau saya,banyak terkejut. Terkejut besar.Iya. Jadi kami pikir, boleh saja Andatidak menang. Tapi, hasil Pilpres diAceh itu tidak harus begitu?Kira-kira empat persen saja. Ya, ada faktorinternal dan eksternal, gitu.Apa itu kira-kira?Ah, sudahlah. Nggak usah diceritakanlah.Tanya saja sama orang Aceh nanti. Karenasaya juga begitu bingung. Kita bingung,koq begitu? Orang Aceh juga merasabingung sendiri. Bingung sendiri. Masakbegitu? Tidak benar Bapak begitu, mustinya Bapak, katanya, minimum dalamkeadaan begini, 30-40 persen dapat.Sebelumnya ‘kan saya datang, berjanji 60persen. Jadi dia tidak sangka segini.Menyesal, malu, teman-temannya.Apakah Anda punya rencana menelusuri lebih dalam penyebabnya?Ah, sudahlah. Tidaklah. Itu masa lalulah. Jadi, itu, kita sendiri tidak percaya.Teman-teman di Aceh juga tidak percaya.Belajar dari kejadian ini, apa benardan Anda merasakan orang Acehsusah berterimakasih?Aceh, nggak.Nggak juga?Nggak juga.Konon, tidak ada kata asli terimakasih dalam bahasa asli Aceh?Ha-ha-ha. Ada yang mengatakan, angkanya sudah dihitung sebelum pemilu.Di tengah kesibukannya yang amat padat, Wapres JusufTokohIndonesia.com dan Berita Indonesiafoto-foto: dok.berindo
                                
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52