Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 73
P. 28
28 BERITAINDONESIA, Januari 2010 ilustrasi: dendyPLN dan TerobosanRadikalMasuknya Dahlan Iskan sebagai dirut PLN mendapatrespons positif dari banyak kalangan. Mereka berharap,PLN bisa membenahi kinerja keuangannya dan krisislistrik bisa segera teratasi.ertolak belakang dengan apayang dikatakan RA Kartini dalamtulisannya yang berjudul “HabisGelap Terbitlah Terang”, masyarakat Indonesia di tengah perkembangandunia yang serba modern dan sudahmenganut motto “Terus terang ……terangterus” (meminjam motto salah satu merekbola lampu), malah selalu was-was menunggu giliran gelap. Hal itu terkaitdengan pemadaman bergilir yang diterapkan Perusahaan Listrik Negara (PLN)untuk mengatasi defisit energi listrik yangtiap tahun bertambah parah.Mengingat kebutuhan listrik di eramodern ini sudah menyentuh ke hampirsemua sudut aktivitas manusia, pemadaman bergilir yang di beberapa daerahbahkan bisa berlangsung 6-18 jam perhari, sangat menggangu dan merugikan.Bukan hanya pengusaha besar yangmemiliki industri-industri raksasa ataupengusaha menengah dengan industrisedangnya, tapi industri rumah tangga,seperti tukang jahit, tukang roti danlainya, bahkan karyawan hingga sopirangkutan juga ikut mengalami dampakpemadaman bergilir ini.Memperhatikan persoalan yang dialamiPLN sebagai pengelola tunggal perlistrikan di Tanah Air, pemadaman selamaini sering disebutkan karena satu ataubeberapa pembangkit listrik mengalamikendala, seperti kerusakan, kekuranganenergi pembangkit seperti bahan bakarsolar, gas atau batubara, dan atau berkurangnya debit air di waduk PLTA. Kenapademikian? Sebab, PLN sejauh ini belummemiliki cadangan energi yang memadaiuntuk mengantisipasi.Namun di beberapa daerah seperti diKalimantan dan Sulawesi sebagai penghasil batubara, dan Sumatera sebagaipenghasil minyak, gas, dan batubara, pemadaman listrik malah sudah jadi rutinitas sejak satu dasawarsa terakhir.Mengingat daerah-daerah tersebut bahkan sudah mengekspor tambangnya keluar negeri, pemadaman listrik di daerahitu menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat, khususnya masyarakat yangtinggal di daerah itu. Jadi, rasanya tidaklogis jika daerah tersebut disebut kekurangan bahan bakar, kecuali kalau pemerintah dan manajemen PLN memangdengan sengaja memperlakukan demikian yakni mengutamakan ekspor daripada kebutuhan di dalam negeri. Dari situdipastikan, persoalan di daerah-daerahitu bukan lagi persoalan bahan bakar, tapipada persoalan dasar, yakni minimnyapembangkit listrik itu sendiri.Puncak persoalan defisit energi listriktahun 2009 yang terjadi pada Oktoberhingga November tahun lalu, dimanapemadaman bergilir tidak lagi hanyadiberlakukan di luar Pulau Jawa, tapi jugadi Pulau Jawa, bahkan di DKI Jakartasebagai ibukota negara, membuat masalah ini menjadi masalah nasional yangdirasa sangat urgen segera dicarikansolusinya.Pemerintah lantas mengganti dirutyang lama dengan harapan ada sejumlahgebrakan baru dalam manajemen PLN.Orang yang dinilai pantas adalah DahlanIskan: CEO Indopos dan Jawa Pos Group,yang dikenal punya beberapa gagasanradikal dalam membenahi BUMN listrikitu.Meski terkesan radikal namun masihbisa diterima akal. Dalam sejumlahkesempatan, ia membeberkan beberapaprogram kerjanya pada 2010. Denganbelanja operasional (operational expenditure) perseroan pada 2010 di atas Rp150triliun, pria yang dilantik pada 23 Desember 2009 itu berencana untuk menambahpasokan gas pembangkit listrik, membangun pembangkit listrik kecil di 80wilayah, hingga pengadaan trafo sebagaicadangan di gardu induk.Setelah mengadakan pertemuan dengan manajemen PLN, ia memutuskanuntuk menambah tugas salah satu direksidengan rangkap jabatan untuk menjadidirektur pemasaran dan customer service.“Di perusahaan sebesar PLN tidak adayang menangani hal itu. Padahal banyakkeluhan masyarakat dan PLN kan jugajualan,” katanya.Ia juga akan melakukan penghematanpenggunaan bahan bakar minyak yangdiganti dengan menggunakan batu baradan gas. Banyak pembangkit yang salah‘makan’ mengakibatkan inefesiensi.Seperti Kalimantan yang kaya akanbatubara. Namun mayoritas pembangkitlistrik di kawasan tersebut masih menggunakan diesel. Menurutnya PLTD (pembangkit listrik tenaga diesel) raja yanghaus uang, tapi lembek tenaga, artinyalistrik yang dihasilkannya sangat lemah.Yang mana jika pembangkit-pembangkitbertenaga solar itu diubah semua menjadiPLTU kecil dan menengah, bukan sajarakyat di wilayah itu bisa tersenyum,negara bisa berhemat paling sedikit Rp 20triliun setahun.Di samping itu, ia akan menghilangkansubsidi BBM untuk pembangkit. Walautermasuk negara pengekspor gas danbanyaknya pembangkit yang didesainuntuk menggunakan bahan bakar gas,akhirnya harus menggunakan solar akibatkekurangan pasokan gas. Menurut Dahlan, tiap bulan PLN harus mendapatkansubsidi dari menteri keuangan mencapaiRp 60 triliun setahun. Bilamana PLNmendapat pasokan gas yang cukup akandidapatkan biaya produksi yang lebihmurah. Jika dibandingkan dengan hargasolar yang harganya sekitar USD 16 dolar/ton, harga gas lebih murah, separuhnyasekitar 7 dolar/ton. Akibat salah makanini, negara harus menanggung kerugian10 triliun/tahun. Lantas ia mempertanyakan kenapa PLTG dibangun kalausudah tahu tidak bisa mendapatkan gas?BBERITA NASIONAL