Page 43 - Majalah Berita Indonesia Edisi 76
P. 43
BERITAINDONESIA, Mei 2010 43LENTERAkehidupan nyata selama era reformasiberjalan, justru semakin bebas kitamenyaksikan kemunafikan sikapsebagian rakyat bangsa Indonesia.Praktek-praktek kebrutalan atas namaagama, kejahatan kemanusiaan atasnama agama dilakukan dengan entengtanpa beban, bahkan merekaberkeyakinan bahwa tindakan-tindakanmereka itu mendapat ridlo Tuhan.Sebagai negara yang berdasar ataskemanusiaan yang adil dan beradab,yang telah dijabarkan oleh UUD negaradalam bab hak azasi manusia, yangsecara panjang lebar diurai dalamberbagai pasal dan ayat-ayatnya,bahkan dipertegas lagi dalam petunjukdetail berupa UU tentang hak azasimanusia. Semuanya itu agar dapatmelindungi manusia dan kemanusiaanserta mengajak dan mendorong bangsaIndonesia agar dapat memiliki budayasaling mengorangkan orang.Dalam konteks budaya salingmengorangkan orang ini, kita bangsaIndonesia masih perlu terus memupukdan meningkatkan kemampuan.Walhasil, seluruh dasar negaraIndonesia yang kita simpulkan sebagaiajaran Illahi dan merupakan ideologimodern ini, akan menjadi tidakbermakna, jika tidak menjadi polapikir, sistem berpikir dan bertindakbagi bangsa Indonesia dalammenghadapi berbagai masalah hidupdan kehidupan berbangsa danbernegara.Syaykh Panji Gumilang mengajak,mari kita yakini bahwa kita bangsaIndonesia ini adalah bangsa yangmajemuk, majemuk dalam kesukuan,keagamaan, ras dan golongan, namunmenyatu dalam kebangsaan, yakniIndonesia. Tidak ada yang lebih tinggiderajatnya kecuali yang hidupnya dapatlebih bermanfaat dan menyebarkanmanfaat bagi kemaslahatan hidupbangsanya dan manusia padaumumnya.Tatkala bangsa ini dapatmenyingkirkan dan mengendalikankeangkuhannya dan rasa superioritaskesukuan, keagamaan, ras, dangolongannya, maka akan terkikis rasasaling curiga, saling merasa benarsendiri, angkuh, yang pada gilirannyaakan tumbuh rasa saling toleransi danterbukalah semangat dan harapanuntuk menata masa depan bersamayang cerah.Solidaritas yang kita maksudkanadalah, sifat satu rasa, senasib, setiakawan, dan lain-lain. Sifat solidersemacam ini baru akan timbul jika kitatelah menyatu dalam pola pikir dansistem berpikir bersumber dari dasaryang sama, yakni nilai-nilai dasarnegara Indonesia yang telah disepakati.Dengan didukung oleh potensi-potensiyang dimilki oleh warga bangsa dandidukung oleh rasa solidaritas yangtinggi dalam menghadapi berbagaitantangan, kita yakin, harapan kitauntuk masuk ke dalam masa depanyang cerah dalam wujud IndonesiaKuat, menjadi sangat mungkin untukwujud.Dengan bermodalkan solidaritassesama bangsa dan sikap toleransi yangtinggi antara sesama warga bangsa, dandengan Kekuatan Besar serta kasihsayang-Nya, akan memampukan kitaberbuat hal-hal yang besar, bahkanmelebihi apa yang telah kita perbuatselama ini, untuk mengatasi kesulitan,tantangan dan krisis yang menghimpitsecara nasional maupun global. Dankita diberi kemampuan melihat masadepan, ke suatu masa dimana kita akanterus mengambil bahagian untukkestabilan dan ketertiban dunia.Jiwai dengan KonsistenLalu, bagaimana seharusnya bangsaIndonesia mengisi kemerdekaan untukmencapai cita-cita Indonesia yangkuat? Syaykh Al-Zaytun menegaskan,Bangsa Indonesia, dari seluruh lapisangenerasi, mesti kembali kepada nilainilai dasarnya, serta konsisten meyakinidan menjiwainya. Setiap tindakanharus berdasarkan nilai-nilai dasaryang telah ditetapkan oleh bangsa ini.Penegasan ini telah berulang kalidikemukakan Syaykh Abdussalam PanjiGumilang. Namun secara khusus, diamenegaskannya kembali dalam amanatperayaan peringatan Hari Ulang TahunKemerdekaan RI ke-64 di Al-Zaytun, 17Agustus 2009.Syaykh mengatakan bahwamembangun bangsa Indonesia tidakboleh lepas daripada membangunkarakter bangsa. “Membangun jiwaraga artinya adalah membangunkarakter bangsa. Karakter bangsa yangmenunjukkan bahwa dirinya memilikijati diri yang hakiki, memilikiketangguhan yang hakiki seperti yangdicita-citakan dalam dasar negara itusendiri,” tegas Syaykh.Tanpa karakter yang jelas, bangsa initidak mampu menciptakankesejahteraan rakyat dan bangsanya,maupun mempertahankan kesatuankenegaraan yang dimiliki ini. BangsaIndonesia sekali lagi tidak boleh lepasdaripada pembangunan karakterbangsanya dan terus meningkatkanpembangunan untuk kesejahteraanrakyatnya.Pada kesempatan lain (pidatosambutan peringatan 1 Muharram 1426H (10 Februari 2005 M), Syaykh PanjiGumilang juga menegaskan bahwaummat muslim, merupakan komponenummat manusia penghuni dunia yangmajemuk, bertanggung jawab secarabersama, mewujudkan kehidupanpenuh harmoni, toleransi dan damai,antar sesama ummat manusia.Dalam konsepsi nasional, Syaykhmengatakan, kita merupakan wargabangsa yang mendiami sebuah negaraBhinneka Tunggal Ika, bertanggungjawab secara bersama dalam mencapaitujuan nasional yang mencakuppewujudan Kepulauan Nusantarasebagai satu kesatuan politik, sosial,budaya, ekonomi, dan pertahanankeamanan.Karenanya, tatkala kita bersikap,berbuat, berkarya, dan berjuang, tidakkeluar dari wawasan dan konsepsinasional, sebagai partisipasi aktif kitamewujudkan Dunia Harmoni PenuhToleransi dan Perdamaian, bersamaummat dan bangsa-bangsa lainnya didunia ini. Itulah manifestasi Rahmatanlil ‘alamin, yakni: Berpikir Global danBertindak Lokal.Demikian, sebagian pokok-pokokpandangan Syaykh al-Zaytun tentanglima nilai-nilai dasar negara RepublikIndonesia. Tanpa perlu dijelaskan lagi,pandangan itu pastilah berguna sebagaisumber inspirasi bagi setiap orangdalam memahami dan menjalankanhak-kewajibannya sebagai warganegara yang baik. Sekaligus sebagaiinspirasi untuk lebih mendalami visikebangsaan Al-Zaytun. BIemelihara rasa nasionalisme dan persatuan Indonesia