Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 76
P. 44


                                    44 BERITAINDONESIA, Mei 2010 foto: dokMereka Tetap Miskinampir separuh dari populasi Indonesia menggantungkan penghasilannya dari pertanian. Pembangunan nasional jelas mendapat sokongan besar dari petani sebabsetiap tahun, 25 juta rumah tangga petanimemproduksi pangan yang nilainya Rp258,2 triliun. Sayangnya, meski ada trenpeningkatan hasil produksi pertanianhingga ratusan triliun rupiah secaranasional, namun petani tetap miskin ataudaya belinya tidak meningkat.Keadaan tersebut tidak lepas dari persoalan klasik yang selalu menimpa petaninasional, yakni harga benih, pupuk, dan pestisida yang masih terlalu tinggi, sementaraharga jual panen mereka sering sangatrendah karena ditentukan sepihak oleh tengkulak. Beberapa persoalan inilah yang menjadi penyakit menahun petani Indonesia.Menurut data Badan Pusat Statistik, nilai tukar petani semakin menurun. Pada tahun 1976, nilai tukar petani 113, pada 1979dan 1989 bahkan mencapai angka tertinggi,yakni 117. Hingga pada tahun 1993 merosotmenjadi 95 dan tahun 2009 nilai tukarpetani bulanan tertinggi hanya 101.Ketua Umum Serikat Petani IndonesiaHenry Saragih mengatakan, kenaikanproduksi beras tidak bisa menyejahterakanbahkan sebaliknya malah mungkin menggerus kesejahteraan petani. Banyaknyaberas di pasar yang beredar mengakibatkanharga beras jatuh. Harga beras di pasaranlebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Misalkan harga beras dipasaran Rp. 5000 sedangkan harga HPPsebesar Rp. 4600, sudah tergerus inflasi.Dengan demikian, petani Indonesiasecara tidak langsung sudah menyubsidirakyat kota. Menurutnya justru swasembada seperti ini tidak akan bertahandalam jangka yang panjang akibat petanitidak mendapatkan insentif yang cukupuntuk menanam padi yang pada akhirnyaproduktivitas dan produksi beras menurun sementara konsumsi meningkatseiring dengan pertambahan penduduk.Pemerintah harus mengambil tindakanmenaikan HPP untuk Gabah KeringPanen (GKP) karena HPP yang sekarangsudah tergerus inflasi dan petani membutuhkan insentif harga yang pantas darihasil panennya. Kemudian subsidi benihdan pupuk harus diberikan langsungkepada petani, bukan kepada industripupuk atau industri benih.Di samping itu, masalah lain yang menyebabkan petani makin terpuruk adalahareal pertanian banyak dikonversi, beralihfungsi ke sektor lain dan sebagian lagipetani menjual lahan pertaniannya karenausaha tani mereka tidak memberikankeuntungan memadai. Selanjutnya, banyak petani berubah menjadi petani buruh karena tidak ada lahan yang digarap.Jumlah petani gurem atau dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektarterus meningkat. Menurut sensus pertanian tahun 1993, jumlah petani gurem mencapai 10,69 juta rumah tangga petani. Namun, setahun kemudian, meningkat menjadi 13,29 juta rumah tangga petani. Permasalahan kepemilikan lahan ini, menurut Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor EndriatmoSoetarto, bisa diatasi dengan memberikanakses lahan kepada petani melalui implementasi reforma agraria.Pemerintah perlu memberi dukungankeuangan, teknologi, dan pendampinganagar petani tahu bagaimana memanfaatkan tanah untuk kesejahteraan mereka sehingga tidak berpindah ke pemilik modal.Persoalan lain yang menjadi dilemaadalah penguasaan teknologi pertanian.Petani masih mengandalkan teknologikonvensional atau tidak memiliki saranadan prasarana yang memadai untukmengolah hasil pertanian. Akibatnya,hasil komoditas pertanian banyak yangrusak. Kondisi ini memaksa petani menyerah pada mekanisme pasar, buru-burumenjual hasil pertanian sebelum rusak.Ini yang membuat pendapatan petani takjuga meningkat secara riil. Hal ini tidakakan terjadi jika memiliki teknologipengelolaan dan penyimpanan hasilpertanian yang baik. Riset LembagaKajian dan Pengembangan Sumber DayaManusia Nahdlatul Ulama KabupatenJombang menyebutkan, petani tidakmemiliki daya tawar karena sarana danharga hasil panen ditentukan oleh pedagang (pemilik modal).Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, pemerintah berencana mengembangkan kawasan pangan (food estate).Namun rencana pemerintah ini dianggaphanya menguntungkan industri besar danperolehan devisa negara, tidak berimbasnyata ke petani. Sejumlah pihak menyarankan, kemitraan mutualistik antarapetani dan badan usaha milik negara ataudaerah lebih ideal. Selain itu, pemerintahperlu meningkatkan pengembanganinfrastruktur pedesaan, jaringan irigasi,pasar produk pertanian, menambah peranpenelitian dan pengembangan, sertareforma agraria. „ BI-HBMeski hasil produksi pertanian terus meningkat, petanitetap miskin.HBERITA EKONOMIPetani tetap miskin atau daya belinya tidak meningkat
                                
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48