Page 54 - Majalah Berita Indonesia Edisi 80
P. 54
54 BERITAINDONESIA, November 2010 foto: muhar/humas perkeretaapianSejauh Mana Layanan Publik Ada program hendak memindahkan angkutan barang danpenumpang dari jalan raya ke jalur kereta api. Tapi di lainpihak, bus dan truk mendapat subsidi BBM, sedangkan KAnon subsidi. Mengapa ada diskriminasi?ormula ideal sedang dibangun sebagai solusi atas berbagai sorotandan pertanyaan yang munculsecara beragam, yakni sekitarmasalah sarana, prasarana dan sumberdaya manusia. Tapi, eksistensi terhadappelayanan publik yang satu ini selaluterjaga, bahkan ditingkatkan.Dalam perkeretaapian sekarang ini adadinamika yang berkembang, tentangsejauh mana persepsi “layanan publik”secara terukur mampu direspon regulator. Sementara publik belum puas terhadap pencapaian. Namun, terbatasnyaanggaran dan proses waktu pengerjaanperlu disikapi secara obyektif.Secara umum dari data KementerianPerhubungan, dalam kurun 5 tahun iniperkeretaapian tumbuh 8-10 persen.Artinya, perhatian pemerintah terhadaplayanan publik makin baik. Indikatornya,antara lain bertambahnya jumlah kereta,seperti kereta ekonomi AC Bogowontoproduk INKA yang kali pertama beroperasi di Indonesia, serta berbagai jeniskereta api (KA) ekonomi, juga pembangunan track yang tersebar di Sumateradan Jawa.Berbagai terobosan telah dan akandilakukan regulator. Sekarang ini, Pemdamisalnya sudah diperbolehkan memilikikereta api sendiri. “Kalau Pemda danpengusaha ingin punya kereta pribadi, seperti memiliki pesawat pribadi, kitadukung. Tapi, perlu dilihat jalur dimungkinkan untuk itu. Misal, jalur BogorCianjur-Sukabumi atau Wonogiri-Solo,bila Pemda Solo mau memiliki kereta apisendiri, silahkan. Ini pola menghidupkanpasar dan perlu dikembangkan,” jelasTunjung Inderawan, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dikantornya.Tunjung mengatakan, program utamaDitjen Perkeretaapian adalah membangun performance perkeretaapian Indonesia berkembang maju dan pelayananKA semakin baik. Karena, KA merupakanmoda transportasi yang memiliki keunggulan dibanding moda yang lain, sepertikonsumsi bahan bakar, emisi dan kapasitas muat.Sejalan dengan komitmen PresidenSusilo Bambang Yudhoyono pada dunia,dimana pada tahun 2014 Indonesia harusmampu mengurangi emisi gas buang 26persen, sekarang harus dipikirkan usahamenyamakan persepsi untuk mengalihkan transportasi dari jalan raya ke KA.Yang jadi pertanyaan, darimana 26persen itu dan sejauh mana peran KAmemberi kontribusi menyukseskan program itu. “Secara sinergi kita mendukungprogam pemerintah mengurangi emisi gasbuang. Sudah waktunya perubahan iniperlu mendapat dukungan bersama.Termasuk kebijakan, harus mengarah kesana. Perlunya pembatasan muatan dijalan raya atau pelarangan angkutan jarakjauh, seperti Jakarta-Surabaya yangmelebihi kapasitas muat. Intinya, muatanbesar dan jarak jauh berpindah ke keretaapi,” kata Tunjung.“Seluruh moda transportasi umum/publik di jalan raya, seperti truk dan busmenggunakan BBM subsidi, sementarakereta api sebagai angkutan massal/barang menggunakan BBM non subsidi.Kenapa berbeda, padahal moda transportasi umum ini perlu perlakuan yangsama,” lanjutnya. Bila kereta api menggunakan BBM subsidi, kata Tunjung, ongkosKA pasti lebih menarik dibanding jalanraya. Kemudian secara perlahan pengguna jalan raya akan beralih ke kereta api.Jalur Ganda Jakarta-SurabayaBicara soal jalur ganda (double track)yang akan mempercepat waktu tempuhJakarta-Surabaya yang dari 12 jam menjadi 8-9 jam, menurut Tunjung akanterwujud 5-6 tahun ke depan. Hal itudimungkinkan dengan pembangunanjalur ganda secara parsial di sebagianlokasi, seperti Tegal-Pekalongan, CirebonKroya di lintas selatan dan lintas utara,yang merupakan bagian dari lintas Jakarta-Surabaya.Sedangkan mengenai peralatan, menurut Tundjung, seperti elektrifikasiotomatis yang diantaranya merupakanproduk LEN, ini menjadi bagian moderFMenteri Perhubungan Freddy Numberi didampingi Dirjen Perkeretaapian Tunjung Inderawan, meninjau di dalam KA Bogo Wonto, pada saatperesmian kereta tersebut, pertengahan September 2010.BERITA PUBLIK