Page 42 - Majalah Berita Indonesia Edisi 81
P. 42
42 BERITAINDONESIA, Desember 2010 foto: vivanews.comLenteraL ENTERA42Seminar Nasional Pendidikan Pancasila dan KewarganegaraanHidup Sejati Bangsa Berwatakyaykh Al-Zaytun AbdussalamRasyidi Panji Gumilang mengemukakan hal itu dalam Seminar Nasional Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yangdiselenggarakan Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan UniversitasPancasakti, Tegal, Sabtu, 27 November2010 di kampus universitas tersebut diJln. Halmahera KM 1 Tegal.Seminar bertema “ImplementasiNilai-nilai Pancasila dan UUD 1945dalam Menjawab Tuntunan Penuntasan Reformasi Menuju TerciptanyaMasyarakat Madani” itu diikuti 600peserta terdiri dari para dosen, mahasiswa dan guru-guru sekitar Kota Tegal.Dalam seminar tersebut ada tiga narasumber yang memaparkan makalahyakni Prof. Drs. H. Suwarma Al-MuhtarSH M.Pd dari UPI Bandung, Prof Drs.H. Kaelan M.Si. dari UGM Jogyakartadan Syaykh Abdussalam Rasyidi PanjiGumilang dari Al-Zaytun.Syaykh AS Panji Gumilang tampilsebagai pembicara terakhir (ketiga)yang oleh panitia menyebutnya sebagai‘gongnya’. Syaykh al-Zaytun memaparkan makalah dengan tema “Membangun Character Bangsa Implementasi Nilai-nilai Dasar dan Undangundang Dasar Negara Indonesia dalamMenjawab Tuntutan Zaman.” Syaykhdidampingi moderator Dr. H. Basukiyanto M.Pd, Dekan Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan UniversitasPancasakti.Syaykh mengawali dengan ucapansalam, dilanjutkan salom, salom, salomserta menyanyikan sebuah lagu dariMazmur “ Henne mattov umannaimsyevet akhim gam yakhad’, Hennemattov syevet akhim gam yakhad’.Alangkah indah kita dapat bertemu ditempat seperti ini bisa bersatu, indahsekali, dari segala macam suku, segalamacam budaya segala macam agama,kita bertemu dalam satu rumah danrumah itu adalah Indonesia. Maka marikita katakan di sini Indonesia rumahku,Asia halaman rumahku, Australia,Amerika, Eropa dan Afrika, tempatrekreasiku,” seru Syaykh pada awalpenyampaian makalahnya yang mendapat sambutan hangat dari pesertaseminar.“Jadi kalau kita ingin dihitung orangdi dunia, di mana rumahku, jawabnyaIndonesia. Saya cinta Indonesia sampaikapan pun,” tambah Syaykh dengansuara lebih tegas membangkitkansemangat para peserta seminar. Parapeserta pun tampak makin antusiasmenyimak pemaparan Syaykh PanjiGumilang. Tak satu pun yang kelihatanngantuk apalagi meninggalkan tempatduduknya. “Biasanya kalau seminar,pesertanya banyak yang sudah keluarsebelum acara selesai. Tapi kali ini lain,Syaykh Panji Gumilang mampu menyajikan sesuatu yang baru, terbuktiacara yang dimulai pada pk 09.00sampai dengan pk 14.00 itu diikutidengan serius oleh seluruh pesertaseminar sampai dengan selesai,” ujarseorang panitia.Apalagi dalam sesi tanya jawab,Syaykh menyajikan suatu hal yangbaru. Biasanya para peserta (audience)yang diberi kesempatan bertanya olehmoderator dan pemakalah (narasumber) yang menjawab. Tapi kali ini,kebalikannya, justru Syaykh (pemakalah) yang bertanya dan audienceyang dipersilahkan menjawab. Sehingga para peserta berkesempatanmengemukakan pikiran-pikiran segarnya. Makanya, gairah dan konsentrasimengikuti seminar tersebut pun tetappenuh sampai akhir. Tidak seorang pundari 600 orang lebih peserta itu yangbergeser dari tempat duduknya, mereka dengan penuh antusias mengikutiacara diskusi tersebut.Selesai memaparkan makalah,Syaykh mengajukan pertanyaan. Pertanyaan pertama: Mengapa nilai-nilaidasar Indonesia (Pancasila) sekarangini menjadi tidak populer? Denganantusias peserta memberikan jawabansesuai dengan sudut pandangnya.Dilanjutkan dengan pertanyaan kedua:UUD 1945 hari ini, benarkah itu UUD1945? Peserta pun dengan antusiasmenjawab pertanyaan tersebut denganvisi masing-masing si penjawab. Seterusnya dilanjutkan dengan pertanyaan ke tiga: Sisi mana UUD 1945 hariini yang paling tidak sesuai denganPancasila? Disudahi dengan pertanyaan, keempat: Perlukah kita kembalikepada UUD 1945 yang diumumkanSebagai bangsa, kita harus memiliki kemauan hidup yang kuat sehingga existensi kehidupan bangsa ini terus berkelanjutan. Namunberkelanjutan hidup saja pun belumlah cukup.Hidup bangsa barulah dinamakan hidup sejatijika hidupnya memiliki arah dan mempunyaiisi. Hidup bangsa barulah sejati jika hidupnyatidak kosong, namun memiliki tujuan yangjelas, sehingga menjadi bangsa yang berwatak.SSyaykh AS Panji Gumilang sebagai narasumber didampingi moderator Dr. H.Basukiyanto M.Pd.