Page 45 - Majalah Berita Indonesia Edisi 88
P. 45
BERITAINDONESIA, Mei 2013 45Y OPINI HUMANIORATV yang cakep-cakep.”Tak pelak, aktivis perempuan pun angkatsuara. Sekitar 70 organisasi perempuan, termasuk Fatayat Nahdlatul Ulama, Institut Ungu,Kalyanamitra dan Srikandi Demokrasi Indonesia, langsung menggelar pertemuan media diJakarta. Kaukus Perempuan - kumpulan semualegislator perempuan di DPR - berniat memanggil JK.Ucapan JK ternyata juga dikutip berbagaimedia internasional, dari yang berbahasaInggris hingga Mandarin, dari Jerman hinggaArab. Maka, kantor wakil presiden pun segeramenggelar pertemuan pers guna meredakankemarahan orang. Saat itu JK mengakui ituhanya “kelakar”. Ia sama sekali tak punyakeinginan merendahkan perempuan. Tapi,bukankah apa yang terucap mencerminkan apayang terpikir? Dan kalau seperti itu pikiran JK,tidakkah itu berarti dia tipikal lelaki pelecehperempuan?Sekarang, mari bicara soal toleransi di Indonesia. JK benar bahwa rumah ibadah di manamana bertambah. Tapi, apa karena itu lalurumah ibadah yang sudah sah izinnya bisadirelokasi begitu saja? Apa lantaran itu lantasGKI Yasmin bisa seenaknya saja disegel laludisuruh pindah?Ini soal hukum, jadi bicaralah dalam koridorini. Tidakkah JK paham bahwa MahkamahAgung, sebagai lembaga pengadilan tertinggi dinegara ini, tahun 2009 sudah memutuskan GKIYasmin berhak atas rumah ibadahnya yang telahmemiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB)sejak 13 Juli 2006 itu? Keputusan MA yang telahinkracht (berkekuatan hukum tetap) itu selanjutnya diperkuat oleh Rekomendasi Ombudsman RI tahun 2011, bahwa tindakan penyegelanoleh Wali Kota Bogor Diani Budiarto merupakansebentuk mal-administrasi. Tidakkah itu lebihdari cukup untuk menjamin secara hukumbahwa jemaat GKI Yasmin berhak atas rumahibadahnya?Jadi, kalau mau bicara soal toleransi, janganabaikan hukum. Sebab kalau tidak, saya kuatiryang dibicarakan sebenarnya adalah kompromiatau negosiasi. Itu politik, bukan hukum. Ingat,Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat).Itu berarti hukum harus menjadi panglima dinegara ini.Nah, soal Jumat kerja Minggu libur, mengapaJK mengatakan itu sebagai penghormatan umatIslam terhadap umat Kristen? Tidakkah itusebenarnya merupakan penyesuaian Indonesiakepada dunia internasional yang telah berabadabad menetapkannya sebagai sesuatu yangkonvensional? Ataukah, kalau JK jadi presiden,Minggu akan dijadikan hari kerja sedangkanJumat hari libur?Saya kira kita harus terbuka menerima hasilpelbagai survei selama ini bahwa Indonesiamemang kian intoleran dari era ke era. Hasilsurvei lembaga studi Center of Strategic and International Studies (CSIS) Juni 2012 menunjukkan, toleransi beragama orang Indonesiatergolong rendah. “Masyarakat menerima faktabahwa mereka hidup di tengah keberagaman.Tapi mereka ragu-ragu menoleransi keberagaman,” kata Kepala Departemen Politik danHubungan Internasional CSIS, Philips Vermonte, dalam diskusi bertajuk “Demokrasi MinimToleransi”, 5 Juni 2012. Philips mencontohkan,masyarakat menerima kenyataan hidup bertetangga dengan orang yang berbeda agama. Tapi,masyarakat relatif enggan memberikan kesempatan kepada tetangganya untuk mendirikanrumah ibadah.Terkait itu, tak heran jika Indonesia menjadisorotan sejumlah negara dalam Sidang Universal Periodical Review (UPR) 2nd Cycle diJenewa, 23 Mei 2012. Bukankah fakta bicarabahwa dari era ke era selalu ada saja rumahibadah yang dirusak/ditutup paksa? Bahkanselama 2004 hingga 2010, ada sekitar 2.442gereja yang mengalami gangguan berupaperusakan dan penutupan paksa. Itu belumtermasuk rumah ibadah umat lain semisalAhmadiyah. Jadi, lebih bijaklah jika kita semuadengan rendah hati mengakui bahwa ada yangsalah di negara ini terkait meningkatnyaintoleransi dewasa ini. BERINDOAPLIKATORTOLERANSI:Syaykh Al-ZaytunAbdussalam PanjiGumilang saatberbicara di AltarGereja GPIB KoinoniaJakarta (kiri);Jemaat GPIBKoinonia dipimpinPdt. Rudolf Tendeanketika berkunjung keAl-Zaytun. Saat ituSyaykh PanjiGumilangmengatakan selainmembangun masjidkecil, dia juga ‘rindu’mendirikan gerejakecil dan biara kecil dilingkungan AlZaytun. Diamenegaskankeberadaan AlZaytun sebagailaboratorium danaplikator toleransidan perdamaian.