Page 9 - Majalah Berita Indonesia Edisi 90
P. 9
BERITAINDONESIA, September 2013 9YBERITA UTAMAdan PKPI posisi duabelas (0,5 persen), elektabilitas keduanya tidaklolos parliamentary threshold 3,5persen. Adapun responden undecided (yang tidak memilih) sebanyak 11,9 persen.Survei LSN digelar pada 1-10 Mei2013 di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia minimal telah berusia 17 tahun denganjumlah sampel1.230 responden.Hasil survei diperoleh melalui teknik pengambilansampel secaraacak bertingkatatau multistagerandom sampling, denganmargin of error2,8 persen, padatingkat kepercayaan 95 persen.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tatap muka dengan bantuan atau pedoman kuesioner.Responden terdistribusi 50persen laki-laki dan 50% perempuan.Peneliti LSN Dipa Pradiptadalam konferensi pers ketikamerilis hasil survei tersebutmengatakan, tingkat kepercayaan publik terhadap integritas parpol hanya 42,6persen. Sebanyak 53,9 persen mengaku kurang percaya padaparpol, dan sisanya 3,5 persenmenjawab tidak tahu.Dijelaskan, dari hasil survei LSNsetidaknya ada empat alasan yangmembuat publik tidak mempercayai parpol. Pertama, publik menilai banyak parpol di parlemenyang terlibat kasus korupsi. Kedua,publik menilai parpol kurang memedulikan masalah rakyat. Ketiga,para pengurus partai dipersepsikancenderung berperilaku pragmatisdalam menghadapi berbagai isunasional. Keempat, banyak kasusamoral yang melibatkan kaderkader partai, misalnya perselingkuhan, beristri banyak, skandalseks, dan narkoba.Sementara itu, pengamat politiknasionalis. Terbukti, beberapa kader partai Islam ikut terjerat kasuskorupsi di KPK. Sehingga pilihanpolitik publik lebih bebas, tidakterikat pada aliran tradisional keagamaan seperti masa lalu, apalagidengan informasi yang makin masifsampai ke pemilih.Tampaknya, kesadaran politikpublik juga menunjukkan bahwadukungan kepada parpol Islammelalui jalur demokrasi selama ini dinilai tidakmemberikan dampakyang cukup positif bagikepentingan umat Islam. Publik juga melihat kecenderunganelit parpol Islam semakin pragmatisbahkan di DPRtidak memberikancontoh teladan(moral) yang baik sebagai perwakilan umatIslam.Peneliti Indonesia Research Centre (IRC)Natalia Christantomengatakan rendahnya elektabilitaspartai politik yangberbasis Islammenjadi sebuahironi di sebuahnegeri yang mayoritas berpenduduk Islam.Dia melihat pamor partai Islam cenderung redup.Pada kenyataannya untuk saat ini umat muslim Indonesia lebih tertarikmemilih partai politik berideologinasionalis daripada agamis.Menurut Nico Harjanto, elektabilitas parpol berbasis Islam akanlebih meningkat kalau bisa keluardari sekat-sekat dukungan tradisionalnya. Namun, ia memandang halitu akan sulit dilakukan. “Karenapartai-partai berbasis Islam adalahkelanjutan atau kepanjangan dariormas-ormas Islam yang ada,”katanya. Dahulu, kata Nico, banyakpemilih Islam memilih berdasarkanpetunjuk tokoh panutannya khususnya kiai. Namun, lanjutnya, banyaknya tokoh agama yang terlibatdalam politik dan berperilaku meYBERITA UTAMAdari Universitas Paramadina NicoHarjanto menyoroti dari beberapahasil survei yang dirilis beberapawaktu belakangan ini bahwa partaiberbasis massa Islam semakin ditinggalkan publik (elektabilitasturun). Mengapa? Menurut Nico Harjanto, elektabilitas suatu partai biasanyadipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, identifikasi kepartaian, platform atau program; Kedua, politikus, pemimpin parpol; dan Ketiga,siapa calon presidennya.Dalam kaitan itu, secara khusus diamengatakan partai Islam di Indonesia makin ditinggalkan pemilih karena kurang inovatif dalam menawarkan program-program dan calon pemimpin, serta kader-kadernya banyak juga terkena imbaskasus korupsi. (Sindonews, Sabtu,3/8/2013).Menurut Nico, pemilih Islam yangmakin melek politik makin sadarbahwa partai berbasis Islam tidakmenjamin politikusnya akan lebihbagus atau bersih dibanding partaiBendera Parpol berbasis massa Islam peserta Pemilu 2014