Page 10 - Majalah Berita Indonesia Edisi 90
P. 10
10 BERITAINDONESIA, September 2013BERITA UTAMAZlumni Institut Agama Islam Negeri(IAIN) Syarief Hidayatullah, Jakarta(1984) ini menegaskan meskipun PartaiPersatuan Pembangunan (PPP) merupakan partai berasaskan Islam, namun tidak akanmendirikan Negara Islam. 1] Suryadharma Alibersikap bahwa Islam dan nasionalisme (kebangsaan) tidak memiliki pertentangan, bahkan salingbersinergis demi kemajuan bangsa (NKRI).Suami dari Dra. Hajjah Wardatul Asriah (Indah)ini menjelaskan sikap yang dianutnya, yang jugamerupakan sikap yang dianut PPP di bawah kepemimpinannya. Nasionalisme tanpa diikuti ajaranIslam akan menjadi kering pemaknaannya danbahkan bisa merusak tatanan harmoni umat danbangsa (NKRI). Sebaliknya, ajaran Islam tanpaditanamkan jiwa nasionalisme akan melahirkanpenyempalan dengan mengambil pola perjuangnyimpang menyebabkan hilangnyasimpati masyarakat.Di samping itu, menurut Nico,dengan makin banyaknya kiai dantokoh agama berpolitik, maka itumenyebabkan juga fragmentasi dibawah. Sehingga, pada akhirnyapemilih memutuskan memilih tokoh yang berasal dari luar partaiyang berbasis Islam, karena tokohagama yang terjun ke dunia politiktak mampu menjaga kepercayaanpemilih.Nico menyarankan satu opsi yangbisa membuat terobosan untuk meningkatkan elektabilitas partai-partai berbasis Islam, yakni denganmencari tokoh alternatif dari eksternal.Sementara itu, peneliti LembagaSurvei Indonesia (LSI) Adji AlFaraby menyimpulkan setidaknyaada tiga alasan partai Islam mengalami kemerosotan di mata masyarakat pemilih. Pertama, partai Islam selama ini dalam kampanyenyaBERITA UTAMAZdianggap terlalu menunjukkan simbol dan wacana yang sifatnya terlalu umum. Semestinya, partai-partaiIslam berbicara pada hal-hal yanglebih konkret, seperti menawarkankesejahteraan pada masyarakat.Kedua, terkait masalah integritas.Masyarakat mengharapkan munculnya tokoh-tokoh Islam yangmenjadi teladan. Jauh dari kasuskasus korupsi yang selama ini menjadi penyakit moral bangsa ini.Tokoh-tokoh Islam yang memilikidaya integritas yang kuat menjadikan mereka berbeda dengan tokohtokoh dari partai nasionalis yanglain pada umumnya.Ketiga, adanya pihak-pihak yangmelakukan upaya akomodatif terhadap kepentingan Islam. Hal iniyang menjadikan partai Islam kehilangan para pemilihnya dan beralihke partai nasionalis. Tantanganmuncul, ketika partai nasionalissemakin akomodatif terhadap kepentingan Islam. Jadi partai Islamkehilangan kepercayaan untuk dipilih, karena partai nasionalis sudahsemakin mengakomodasi kepentingan Islam.Tampaknya, dalam pengamatanBerita Indonesia, pemilih (publik,mainstream, arus utama) tidak lagiterpengaruh pada pendikotomianparpol nasionalis dengan parpolberbasis agama. Di mata publik,partai nasionalis bukan berarti sekuler, melainkan juga relijius. Sebab, mainstream umat Islam Indonesia adalah moderat. Hal iniyang perlu dicermati para elit partai,khususnya partai berbasis massaIslam, terutama partai berideologiIslam.Ragukan Hasil SurveiPara elit beberapa partai, termasuk parpol berbasis massa Islammenyatakan sangat meragukanhasil-hasil survei tersebut. Sepertihalnya, Waketum PAN Dradjad HWibowo kepada pers mengatakanDia, Suryadharma Ali yang akrabdipanggil Pak Surya dan namanya seringdisingkat dengan akronim SDA, punyasikap tegas bahwa Pancasila, Undangundang Dasar 1945, NKRI, dan BhinnekaTunggal Ika sudah final.SDA Islamis KebangsaanAKetua Umum PPP Suryadharma Ali