Page 19 - Majalah Berita Indonesia Edisi 91
P. 19
BERITAINDONESIA, Desember 2013 19YBERITA POLITIKtik dinilai sudah tak lagi relevan. Saatini ideologi partai yang satu denganpartai lain sudah tak kentara bedanya. Penilaian ini juga berlaku untukpartai yang dianggap berbasis agama.“Membedakan mana partai Islammana bukan (partai) Islam, kan susahjuga,” ujar Wakil Sekretaris JenderalPartai Keadilan Sejahtera, itu dalamacara Peluncuran dan Bedah BukuMenuju Papua Tanah Damai: Perspektif Non Papua, Kamis (5/9/2013), diJakarta.Mahfudz mengatakan, politik yangdapat dikembangkan sekarang adalahpolitik kebangsaan. Dia bilang, dalampolitik kebangsaan, pimpinan nasional ke depan akan dipilih berdasarkankemampuan dan kinerja, bukan berdasarkan pelabelan yang kerap kalilebih bersifat primordial.“Bahwa perilaku politik masyarakat masih dipengaruhi aspek-aspek(primordial) itu, biar saja. Kan, itubudaya politik. Tapi jangan sampaiada satu political engineering untukmengembangkan lagi pemahamandan pendekatan seperti itu,” kataMahfudz.Dinamika Koalisi PilpresDinamika koalisi parpol dalam menghadapi Pilpres 2014 mendatang masihsangat terbuka. Koalisi itu akan terbentuksetelah hasil Pileg diumumkan. PPP yangsecara terbuka telah mengajak partaibernuansa Islam untuk membentukkoalisi, juga tidak menutup kemungkinan akan berkoalisi dengan partainasionalis.Menurut Suryadharma, PPP jugaterbuka untuk koalisi dengan PDIP,Demokrat, Golkar, Gerindra, dan partai lainnya. Namun, menurutnya, soal koalisi, apalagi duet capres-cawapres, masih terlalu jauh untuk dibicarakan. Pembicaraan tersebut lebihtepat dilakukan setelah Pemilu Legislatif. PPP sendiri berharap mendapatsuara lebih baik dibanding tahunsebelumnya.SDA mengatakan, bukan tak mungkin akan terjadi koalisi PDI-P dan PPPseperti pada Pemilu 2004. Saat itu,koalisi mengusung pasangan caprescawapres Megawati Soekarnoputridan Hamzah Haz. SDA mengatakan,jika takdir Tuhan, bisa saja dirinyamenjadi cawapres bersama Jokowi sebagai capres. “Kalau Allah menakdirkan, tidak ada kata lain kecuali iya,”ujar SDA seusai acara pembekalan caleg PPP di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, Rabu (3/7/2013) lalu.Namun, SDA menegaskan saat inimasalah capres kondisinya masih sangat mentah. Karenanya, masih sangat terlalu dini apabila kita tentukan koalisi dengan siapa atau mendukung siapa. “Nanti kita lihat saat selesai penghitungan suara pileg,” katanya.Sebelumnya, mantan Wapres danKetua Umum PPP Hamzah Haz pernahmenyambangi Jokowi di Balai KotaDKI Jakarta, Juli 2013. Hamzahmengaku datang bukan cuma untuksilaturahim, dia membawa misi danmimpi Indonesia bisa dipimpin duetnasionalis-agamis. Tampaknya, mantan Wapres Hamzah Haz yang duluberduet dengan mantan PresidenMegawati Soekarnoputri, datangmembawa wacana ingin menduetkanJokowi dengan tokoh partai Islam.Hamzah mengaku senang PDIP punya Jokowi. Menurutnya, kalau padaPilpres 2014, Mega tak mau nyapres,maka pilihannya akan jatuh padaJokowi. Hamzah berharap cawapresyang akan mendampingi Jokowi daripartai Islam, sehingga duet nasionalisreligius muncul kembali.“Kalau cawapresnya dari partai Islam, maka syaratnya, partai-partaiIslam (maksudnya, PPP, PKB, PKS, danPAN) harus bersatu dan kompak. Mereka harus bikin kesepakatan, siapadi antara mereka yang pantas mendampingi Jokowi. Kalau elektabilitasnya tidak ada yang bagus, tunjuktokoh dari luar yang elektabilitasnyatinggi untuk mewakili mereka,” kataHamzah. BERINDO | tslSuryadharma Ali dan Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang, berdoaMantan Wapres Hamzah Haz, saat sambangi Jokowi di Balai Kota Jakarta