Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 91
P. 23


                                    BERITAINDONESIA, Desember 2013 23YBERITA WAWANCARApresiden tetapi kita tidak memunyaistrong leader, ini bagaimana?KZ: Begini. Strong leader itu dapatdilakukan kalau dapat dukungan dariparlemen. Tidak mungkin strong leaderjika tidak dapat dukungan dari parlemen. SBY katanya peragu kalau diamengambil keputusan tidak didukungoleh parlemen, undang-undang danketentuan yang dia keluarkan, samasaja nanti, dia tidak bisa berbuat apaapa. Tetapi kalau sudah menguasaiparlemen, undang-undang dikeluarkan, didukung oleh parlemen, sudahselesai semuanya itu. SBY tidak mauseperti itu karena orangnya damaitidak mau perang, tetapi sebaik-baiknya damai adalah harus siap perang.Kita mau damai tetapi kekuatansenjata tidak dihilangkan. Jadi kekuatan dominan tidak ada sekarang karena sistemnya tidak dominan, wibawa kekuasaan itu sudah terpisah,ada beberapa bagian; Pertama eksekutif, kedua legislatif, ketiga yudikatif, dan keempat wartawan (pers,media). Media sekarang sebagai kekuatan kalau dahulu kekuatan hanyasatu, ada di MPR karena semua partaisudah bersama-sama golongan-golongan dari daerah. Jika MPR sudahmemilih presiden, dasar Negara sudah ditetapkan, lalu semuanya mengikuti karena satu yang berkuasa di siniadalah MPR. Sekarang MPR dan DPR(legislatif) tidak berwibawa karenatidak bisa melakukan eksekusi terhadap presiden. Sebaliknya Presiden(eksekutif) tidak berwibawa karena sering diganggu oleh DPR. Yudikatif tidak berwibawa karena ada main didalam, maksudnya sogok-menyogoksehingga tidak ada yang berwibawa.Sentral kekuasaan yang berwibawaitu dahulu pada eksekutif karena diamendapat mandat dari MPR.BI: Tentang pangan bagaimanapandangan Anda?KZ: Kalau masalah pangan, kitamemiliki tanah luas, tetapi tidakdikuasai secara penuh dalam pengendalian pangan. Terutama di PulauJawa dan Sumatera. Khususnya Jawa, sekarang pemilik tanah sangatsedikit, luas tanahnya paling 0,16 %per orang yang menguasai tanah.Tanah yang besar tidak dikuasaisecara menyeluruh. Koperasi untukmenyatukan mereka tidak bisa, yangmemunyai luas tanah sedikit itu. Tidak bisa mengordinasikan, kita samasama tanam. Industri terutama konglomerat, industri yang sangat memegang kekuasaan di bidang keuangan,di bidang sumber daya. Akhirnya diamembutuhkan lahan di mana pun,industri membutuhkan lahan. Semuaberpusat di Pulau Jawa. Maka, tanahtanah persawahan yang sedikit itudia telan, dia beli menjadi industridan perumahan.Nah, habislah tanah di Pulau Jawayang subur itu, tetapi tidak ke Sumatera. Di Sumatera, sebenarnya kalaudilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi manejemen pertanian, itujuga cukup bagus, apalagi Papua. Kalau di luar Pulau Jawa harus merupakan suatu industri pangan, di bawah satu industri raksasa. Itu akanmenghasilkan pangan besar. Itu bentuknya ekstensifikasi. Semua dibuatluas, dibuat industri termasuk diKalimantan, sebagian Sumatera. DiJawa sudah tidak mungkin lagi menggunakan industri besar-besaran, kecuali buat koperasi bersama.Di Merauke sampai dengan Timika,dibuat industri pertanian. Sawah danperkebuan luas. Kalau itu saja dibuatindustri pertanian, terjadi mekanisasidan terjadi industrialisasi pertanian.Itu sudah mencukupi seluruh Indonesia. Sumatera sebagian saja, Riau. Tetapi sekarang Riau sudah dibuat industri tanaman keras: kelapa sawit.Akibatnya pangan utama kita yaituberas, kita kedodoran. Sudah dipakaiuntuk industri kelapa sawit, sampaidi Papua sana kelapa sawit semua,Kalimantan juga. Orang hanya mencari keuntungan sekejap tetapi tidakmemikirkan jangka panjang.Semestinya, tidak kelapa sawit lagikarena kelapa sawit itu menghabiskan hara, air. Sudah cukup, stopkelapa sawit. Kalau kelapa hibrida ituboleh. Seluruh Indonesia dibuat investasi, lebih besar hasilnya kelapa hibrida daripada kelapa sawit. Sekaranglahan harus untuk persawahan, untuk kebun-kebun gandum sudah tidakbisa. Itu harus bentuknya industrialisasi pertanian. Jawa sudah tidakboleh. Nah, seperti Sang Hyang Sri,berapa luasnya bisa disalurkan yangdi Indramayu itu, tidak di Palimanan.Tidak bisa luas di sana. Tetapi itu perludilakukan, bentuknya koperasi.Yang kecil-kecil dijadikan satu,umpamanya 0,16 terus 0,2. Menjadidalam koperasi bersama apa pun bentuknya. Yang pokok apa di situ?Misalnya sawah. Hasilnya bersamadibagi. Demikian pula di dalam industri itu harus ada sistemnya. Para pemegang saham di dalam industri ituadalah para buruh (petani) itu sendiri.Jangan seperti industri liberalis.Konglomerat pegang semua tanah,sumber daya, dia yang pegang, orangitu bekerja untuk dia. Termasuktanah-tanah yang di Sumatera menjadi kelapa sawit milik konglomerat.Harus dijadikan pemegang sahampara buruhnya, pemiliknya. Sekarangbegitu, semuanya, orang ingin industrialisasi, tetapi dia konglomerasi,menguasai semua termasuk lahan.Bukan orang diusir semua, tetapi dijadikan pekerja yang mendapatkan gaji.Semestinya jadikan dia pemegang sahamnya. Jadikan pemilik tanah sebagai pemegang sahamnya. Pemilik.Tanah itu, itulah milik bersamaMayjen TNI (Purn) Kivlan Zen dan Imam Prawoto
                                
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27