Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 91
P. 22
22 BERITAINDONESIA, Desember 2013BERITA WAWANCARAZbisa terjadi walaupun ini sebetulnyajuga perlu proses?KZ: Menurut pendapat saya, sebaiknya undang-undang Pemilu itu harusdiubah. Ubahannya bagaimana? Jadi, sebelum menentukan calon presiden harus dibentuk semacam koalisi.Jadi, koalisi dibentuk bukan setelahpemilu legislatif tetapi sebelumnya.Koalisi partai itu, suara itu tidakhangus. Koalisi yang menang ini sudah bisa untuk menentukan siapayang menjadi presidennya. Bukan,koalisi setelah pileg tetapi sebelumpileg. Di situ baru terlihat kekuatan,mana yang oposisi mana yang bukan.Tetapi dari sistem koalisi yang adasekarang, sebenarnya sudah bisaterlihat segi koalisinya tidak maubersatu.BI: Bagaimana untuk 2014 ini sementara koalisi itu setelah pileg?KZ: Sama kondisinya. Kita akansama menghadapi tahun 2014. Tahun 2009 keadaan ideologi politikpertahanan keamanan akan sama dengan keadaan yang sekarang. Makasemestinya sebelum pileg kita harusmelakukan koalisi untuk menentukan siapa yang terbanyak untukmenjadi calon presiden.BI: Sekarang ini bagaimana mungkindalam waktu yang singkat ini bisadiubah?KZ: Tidak mungkin diubah, partapartai tidak mau.BI: Bagaiman solusinya untuk keluardari ketimpangan-ketimpangan ini?KZ: Mestinya, kalau mau khususnya partai Islam, mau bersama koalisi, bila satu bahasa berarti Islam sebenarnya mudah. Partai Islam bisamendapatkan 25% suara, bisa mencalonkan diri, suara yang terbesar,yang berhak mencalonkan presiden.Calon untuk bisa bertarung nanti.BI: Menurut penglihatan Anda, adakah upaya untuk melakukan koalisi daripartai-partai yang berbasiskan Islam?KZ: Jalan sendiri-sendiri. PPP sendiri, PKB sendiri, PAN sendiri, PBBsendiri dan PKS sendiri. Tidak pernahmereka mengadakan pertemuan. Sudah pernah dilakukan misalnya olehAmien Rais dengan Poros Tengah,tetapi sekarang berhenti lagi.BI: Mengapa Anda tidak menggagasitu?KZ: Sudah. Saya sudah sampaikantetapi mereka itu mau berjalansendiri. Itu di luar partai. Tokohtokohnya saja, maunya menyampaikan bersama untuk menyamakanpersepsi dan bersatu. Partai sepertiDemokrat, PDIP tidak mau karena mereka ingin menjadi pemimpin sendiri.Sudahlah kelompok saja yang berbasisnasionalis ke nasionalis, yang berbasisIslam ke Islam. Agama katakanlah kalau Islam phobia, ya bukan? Jadi adadua koalisi, koalisi agama dan koalisiyang bukan agama. Takut dikatakannasionalis, apakah orang agama tidaknasionalis? Kita takut itu?BI:Jadi apa itu koalisi agama dannonagama?KZ: Jangan koalisi agama, koalisidunia-akhirat. Pasti tidak mau, koalisi itu tidak mau orang nasionalis.BI: Kita perlu mencari istilahnya yanglebih pas dan enak didengar?KZ: Ya itu saja kuncinya. Kalausudah begini, kelihatan mereka tetapmemilih, nanti presidenya sudah tidakusah mikir lagi, yang hanya satu itu.BI: Mungkin tidak suatu waktu, pada2014 ini ada orang yang berpandanganpresiden itu Satria Piningit, mungkintidak itu?KZ: Bisa saja terjadi. Orang yangmuncul itu karena Allah, seperti umpamaya si Jokowi, yang popularitasnya mencapai 28,6%, Prabowo sajacuma 10% . Berkoalisi kemana pastiPrabowo tidak mau. Jadi jangan kitamemikirkan yang lain. Lebih baik kitasekarang membuat suatu kesepakatan bersama. Pertama, kalau partai ini lebih besar, dialah yang berhakmencalonkan presiden. Kedua, kalauurutannya nomor dua, berarti menjadi wakil presiden. Buat saja koalisibersama. Koalisi bersama partai tidakusah diributkan, koalisi apa namanya, bentuk saja ada koalisi berapapartai misalnya 4, bisa digagas sepertiitu. Mestinya dua koalisi saja mulaidari sekarang, kita percaya, nantiumpamanya yang terbesar di dalamkoalisi satu dan koalisi dua menang didalam pileg maka yang terbesarsuaranya berhak untuk menjadi presiden. Setelah saya terpilih menjadianggota DPR nanti akan melakukanlangkah-langkah itu, namun sekarang saya belum tahu, apakah sayadidukung oleh rakyat?BI: Tadi Anda juga sampaikan bahwa, pemerintah pusat saat ini sudahtidak diikuti yang di bawahnya. Adajuga orang mengatakan, di luar sudahbanyak, barangkali Anda juga punyapandangan bahwa kita memunyaiMayjen TNI (Purn) Kivlan Zen dan isteri saat bersilaturahim kepada Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang, didampingi Imam Prawoto