Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 93
P. 16


                                    16 BERITAINDONESIA, Desember 2014BERITA UTAMAZsemu bahwa dirinya adalah bangsaagraris bangsa kaum tani. Dan ituhanya karena sebagian besar penduduknya hidup dari bercocok tanam. Pengingkaran ini melahirkankeyakinan semu yang lain, bahwabangsa ini akan terbebaskan dariagresi militer asing karena agresoritu akan gentar, akan berpikir ulanguntuk melakukan penyerangan,untuk melancarkan invasi dan menduduki wilayah kedaulatan kita,karena menurut keyakinan semukita itu, mereka pasti akan dikalahkan, pasti akan habis terlibas saatmenghadapi perlawanan berlanjutyang kita lancarkan dari gununggunung, lembah-lembah dan hutanhutan pedalaman pulau-pulau besarIndonesia.Keyakinan ini dibangun denganpremis yang pesimistik bahwa bangsa ini dengan kekuatan ekonominyamustahil akan berhasil membangunkekuatan militer yang mampu menghadang dan menghancurkan agresorjauh di luar wilayah kedaulatannya.Perang rakyat semesta dalam wujudperang gerilya seakan menjadisuatu takdir yang telah tergariskan,tak terelakkan dan tidak ada takdiryang lain.Kenyataannya sampai saat inipolitik pertahanan Indonesia masihkonsisten berpegang pada doktrinpertahanan yang dijabarkan ke dalam sistem pertahanan rakyat semesta (sishanta), bertahan ketika diserang musuh dengan menggelarperang rakyat semesta sebagaimanadiatur Undang-undang PertahananNegara No.3/2002. Operasionalisasi dari sistem ini adalah taktik danstrategi perang gerilya dengan melibatkan seluruh rakyat untuk turutberperang. Sebuah strategi perangminimalis yang hanya dilakukanoleh phak lemah ketika berhadapandengan phak yang lebih kuat.Karenanya fitur dan karakter Sishanta ini adalah mawas ke dalamdan sangat bersifat defensif yangdalam perspektif saat ini dapatdikategorikan konservatif. Bahkandapat dikatakan ketinggalan jamankarena sudah tidak dapat lagi mengakomodir dinamika perkembangan regional.Sebenarnya doktrin Sishanta itumemang relevan dengan jenis dankarakter ancaman pada awal berdirinya NKRI yaitu menghadapi agresi Belanda dilanjutkan kemudiandengan operasi-operasi militer untuk memadamkan berbagai gejolakpemberontakan di dalam negeri.Sekarang agresi asing yang berujung pada pendudukan NKRI tampaknya sulit untuk terjadi. Separatisme juga tidak lagi menjadi ancaman utama karena konsolidasi kedaulatan selama hampir tujuh puluhtahun berjalan dengan baik.Namun demikian jenis dan karakter ancaman seperti itu tidaklahhilang sama sekali meskipun bedadalam kualitas dan kuantitas berbanding masa lalu. Semakin matangnya kehidupan berdemokrasi,maka ancaman disintegrasi jugaotomatis terkikis karena makinsadarnya rakyat akan nasionalismeyang sehat, menguatnya rasa memiliki berikut kesadaran akan kesetaraan dan keadilan. Secara gradualtidak akan ada lagi ketimpanganpusat dan daerah, dikotomi Jawadan luar Jawa, wilayah barat danwilayah timur, pedesaan dan perkotaan. Memang masih ada pihakpihak yang berpandangan lain yangmenganggap hiruk-pikuk demokrasisebagai sesuatu yang kebablasan,ketimpangan ekonomi yang semakin parah, korupsi yang mewabahdan disintegrasi yang menurutmereka telah di ambang pintu.Namun lebih banyak lagi yangberpengharapan positif dan penuhoptimisme bahwa kehidupan politikakan semakin baik karena konsolidasi demokrasi, konsensus kebangsaan, power sharing, koalisi politikatau kesepakatan musyawarah danmufakat, check and balances padaakhirnya akan menemukan formatpaling pas dengan dinamika politikIndonesia.Dengan demikian ancaman palingberbahaya saat ini bukan dari dalam, tetapi dari kekuatan-kekuatanbesar yang telah mengepung danmenekan kita sehingga kita susahberanjak, belum maju dan belumdapat berkembang secara cepat.Ancaman bagi kita adalah kegagalanmengelola dan memanfaatkan berbagai sumber ekonomi untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran dankesejahteraan rakyat. Peperangandan pertahanan bukan sebatas bagaimana menghindarkan Indonesiadari invasi asing, tetapi bagaimanamenjaga sumber-sumber daya alamdan kekayaan kita, bagaimana membuka dan mempertahankan akses kesumber-sumber ekonomi, bagaimana melindungi aset-aset penting disekitar wilayah konflik dan wilayahLaksamana TNI (Purn) Achmad Soetjipto, orasi ilmiah menyambut Tahun Baru Islam 1436H di Kampus Al-Zaytun
                                
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20