Page 18 - Majalah Berita Indonesia Edisi 94
P. 18
BERITA UTAMAZ18 BERITAINDONESIA, April 2015emerintah tengah diuji dalammengatasi lonjakan kenaikanharga beras yang mencapai30 persen hanya dalam kurunwaktu singkat. Semula kenaikan harga hanya terjadi di wilayah Jakartadan sekitarnya, namun kemudianmerembet ke sejumlah daerah. Apapenyebabnya?Dalam satu setengah bulan terakhir muncul berbagai spekulasi dibalik melonjaknya harga beras tersebut. Menteri Pertanian AmranSulaiman menuding timbulnya lonjakan harga tersebut akibat ulah distributor nakal, mafia beras. Diamenunjuk indikasinya: harga gabahkering di tingkat petani hanya Rp4.000 per kilogram, tetapi harga(jual) di pasar melonjak menjadi Rp12.000 per kilogram. “Ini ada permainan distributor yang nakal,”ujar Amran Sulaiman.PUlah Mafia BerasPraktik oligopoli dan ‘mafia beras’ ditenggaraiberusaha memainkan harga (menimbun stok) untukmemaksa (menggiring) pemerintah membuka keranimpor beras.Pandangan senada dikemukakanMenteri Perdagangan Rachmat Gobel. Gobel menuding ada mafiaberas yang menyebabkan hargaberas melonjak hingga 30 persen diJakarta. Harga di Pasar Induk BerasCipinang sempat menyentuh Rp 12ribu per kilogram, padahal menuruthitungan Kementerian Perdagangandan Perum Bulog seharusnya dijualRp 7.400 per kilogram.Ekonom dari IPMI InternationalBusiness School Jimmy M. Rifai Ganijuga menenggarai praktik oligopoliatau penguasaan satu jenis barangoleh beberapa pedagang menjadipenyebab mengapa harga beras diIndonesia bisa melambung tinggihanya dengan cara penimbunan.Jimmy M. Rifai Gani menyebutkanada sekitar lima sampai delapanpedagang beras berskala besar yangmampu memengaruhi harga berasnasional. “Jika pemain beras berskala besar ini berkolusi dan menahan distribusi beras ke masyarakat,otomatis pasar akan terpengaruh.Harganya bisa naik signifikan,” ujarJimmy.Direktur Institute for Development of Economics and Finance(Indef) Henny Sri Hartarti di kantornya, Selasa (24/2/2015) jugamenduga lonjakan harga beras terjadi karena ada mafia yang bermainuntuk mendorong pemerintah melakukan kebijakan impor. Menurutnya, ini ulah mafia di tingkat distributor besar, bukan di pedagangeceran di pasar. “Mereka sengaja(menimbun) dengan harapan pemerintah melakukan impor beras,” ujarHenny Sri Hartarti. Henny mengaku heran dengan fenomena hargaberas yang naik pada saat ini ditengah tren penurunan harga komoditas global dan kondisi pasokanyang relatif tidak bermasalah.Sementara itu, pedagang berasmembantah pihaknya jadi biangkerok melonjaknya harga berastersebut. Menurut pedagang, kenaikan harga beras murni lantaranseretnya pasokan dari daerah penghasil. Ayong, pedagang beras diPasar Induk Cipinang, Jakarta,mengaku pihaknya tidak menimbunberas, bahkan mengalami penurunan omzet hampir dua pertiga. Ayongmengaku hanya mendapat pasokanberas sebesar 10 ton per hari, padahal biasanya mendapat pasokan 30ton per hari.Akibat terjadinya spekulasi di balik kenaikan harga beras tersebut,Presiden Jokowi mengundang sejumlah pedagang beras di DKI Jakarta, terutama Cipinang dan Perpadi (Persatuan Perusahaan Penggilingan Padi) ke Istana Negara,Jakarta, Selasa (3/3/2015).Dalam pertemuan itu, PresidenJokowi berdialog untuk menormalkan harga dalam seminggu-duaminggu dengan menurunkan hargakurang lebih Rp 2.000-an. MenurutPresiden Jokowi berdiskusi dengan para menteri di antaranya Menko Perekonomian,Mendag dan Men-BUMN, Mensos dan Menkop tentang harga beras di Gudang Bulog