Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 94
P. 22
22 BERITAINDONESIA, April 2015BERITA EKUIN ZAlarm Bisu Pembangunan IndustriIr. Rauf Purnama, mantan Ketua Umum Persatuan InsinyurIndonesia mengingatkan adanya alarm bisu (ancaman latenketertinggalan) yang semakin menghantui Indonesia setelahtidak adanya pembangunan industri hulu, dalam kurun waktulebih sepuluh tahun terakhir.ua periode pemerintahan sebelumnya sama sekali tidak adapembangunan industri huludan antara berbasis sumberdaya alam (SDA) yang amat kayaraya di Indonesia.Rauf menjelaskan karena tidakadanya pembangunan industri hulu(primer) berbasis SDA itu, maka Indonesia hanya mengandalkan eksporbahan mentah yang nilainya jauhlebih rendah dibandingkan hasilolahan (hasil industri). Akibatnya,surplus perdagangan Indonesia terusmerosot dari $28,6 miliar (2003)menjadi defisit ($5,3) miliar (2013).Sementara, dalam kurun waktuyang sama (2003-2013), China danbeberapa negara Asia lainnya sangatintens (besar-besaran) mengakselerasi pembangunan industri berbasisSDA mereka. Sehingga, China berhasil meningkatkan surplus perdagangan lebih 10 kali lipat dari $20,7 miliarmenjadi $267,6 miliar. Demikianpula beberapa negara Asia lainnya,walaupun tidak sebesar China, jugaberhasil meningkatkan surplus perdagangannya. Dengan meningkatnyasurplus perdagangan tentu semakinmeningkatkan cadangan devisa mereka.Jikalau Indonesia tidak segera mengakselerasi dan mengembangkan pembangunan industri, seperti yang telahdilakukan China dan beberapa negaralainnya, Rauf Purnama mengingatkan maka Indonesia akan lebih terpuruk lagi. Dentangan ancaman inisangat laten laksana alarm bisu yangdisembunyikan jauh di bawah bantalan pencitraan politik sebagaimanaterjadi dalam kurun waktu sepuluhtahun terakhir.Rauf berharap pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres JusufKalla (2014-2019) dapat mendengaralarm laten tersebut dan segeramengantisipasinya dengan gerakanakselerasi pembangunan industrihulu. Di hampir semua negara, pemerintahlah yang harus mendahuluimembangun industri hulu tersebutsebelum pihak swasta nasional mampu melakukannya.Industri Hilir ke Industri HuluDalam percakapan dengan Wartawan Majalah Berita Indonesia, diruang kerjanya Lantai 17 BakrieTower, Presiden Direktur Bakrie KimiaInvestama itu (Jumat 20/02/2015)mengatakan bahwa tujuan utamapemerintah adalah meningkatkankemakmuran dan kesejahteraanrakyatnya. Menurutnya, peningkatan kemakmuran dan kesejahteraanitu tidak terjadi dengan sendirinyatetapi harus diciptakan dengan perencanaan dan program pembangunan,terutama mulai pembangunan industri hilir hingga pembangunan industri hulu yang berbasis SDA. Dalam halpembangunan industri hulu, pemerintahlah yang harus memulai ataumemotorinya selama swasta nasionalbelum mampu.Dia memberi contoh negara-negarayang maju saat ini, seperti Taiwan,Jepang, Korea Selatan, China dannegara-negara lain membangunindustri mulai dari industri hilirdilanjutkan ke industri hulu (upstream industry).Rauf menegaskan tidak ada negarayang maju dan makmur hanya dengan mengandalkan eksploitasi sumber daya alam, seperti yang selamaini dilakukan Indonesia. “Tingkatkemakmuran suatu negara yang hanya mengandalkan pendapatan dariSDA pasti akan jauh tertinggal darinegara-negara yang mengolah sumber daya alam (SDA) melalui industrihulu (upstream industry),” kata Rauf.Dia menjelaskan program pembangunan industri di hampir semuanegara, guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya,termasuk Indonesia, Korea Selatandan Taiwan, tidak jauh berbeda yaknimemulainya dengan pembangunanindustri yang dibutuhkan masyarakat yaitu untuk memenuhi kebutuhan pangan (industri pupuk), kebutuhan sandang (industri tekstil) danD