Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 94
P. 26


                                    26 BERITAINDONESIA, April 2015BERITA TOKOH Zosen Psikologi Forensik diPerguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan beberapa perguruan tinggi yangsangat membantu proses penegakanhukum, terutama kepolisian tersebut mengatakan kendati masyarakat luas tak terkecuali dia angkattopi terhadap kinerja KPK, adalahkurang baik apabila dukungan terhadap KPK ditegakkan di atas proses berpikir jalan pintas. KPK harusterus dikawal secara kritis. “Setalitiga uang, sikap kontra terhadapkerja Polri tidak elok dibangun diatas bias. Polri patut terus memeroleh kepercayaan untuk maju. Karena Polri adalah lembaga penegakanhukum, korps tersebut perlu diberikan kesempatan untuk menjalankanfungsinya itu terhadap BambangWidjojanto,” kata Reza.Menurutnya, Polri pantas diberikan tantangan bahwa mereka tidakbermain api, apalagi menjadi instrumen politik, saat menangkap sosokyang sudah sedemikian gigih memerangi korupsi. Konkretnya, jelasReza, karena Polri mengaku telahmemiliki tiga alat bukti, maka semestinya tidak butuh waktu terlalu lamabagi Polri untuk mematahkan syakwasangka publik lewat terselenggaranya persidangan atas Bambang.Reza mengatakan hanya denganmekanisme seperti itulah masyarakat dapat diajak untuk berpikirsecara rasional sempurna sekaligusmengesampingkan sentimen apriorimereka. “Apabila proses hukum benar-benar membuktikan bahwaBambang bersalah, Polri patut menerima apresiasi. Ibarat pemainakrobat sirkus, mereka mampumenegakkan kebenaran denganmeniti tipisnya tali dukungan publikyang membentang di atas kobaranapi antipati,” katanya.Tetapi sebaliknya, kata Reza,andaikan Polri gagal membuktikanapa yang mereka tuduhkan terhadap Bambang, bahkan justru menelanjangi diri mereka sendiri seiringterkuaknya berbagai rekayasa hukum, maka institusi tersebut pantasmenerima ganjaran keras. Sanksiterberatnya adalah, seperti yangdilakukan otoritas Veracruz diMeksiko pada 2011 silam, pembubaran institusi kepolisian.Reza Indragiri Amriel, pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1974adalah Master Psikologi Forensikpertama di Indonesia. Dosen Psikologi Forensik di Perguruan TinggiIlmu Kepolisian (PTIK) dan beberapa perguruan tinggi itu sangat membantu aparat penegak hukum, terutama kepolisian.Setelah menyelesaikan pendidikan S1 Fakultas Psikologi UGM, 1998,Reza Indragiri Amriel sempat bekerja sebagai diplomat di Kementerian Luar Negeri. Kariernya diKemlu terbilang gemilang. Hanyadalam tempo 1,5 tahun dia sudahdipercaya masuk tim penyusunanbutir-butir pembicaraan presiden.Lalu, Reza mendapat beasiswadari pemerintah Australia. Diadipersilakan memilih program studiyang sesuai minat dan memilikirelevansi dengan Indonesia. Kesempatan itu dimanfaatkan dengansebaik-baiknya. Dia pun browsingdi internet, mencari tahu programstudi apa saja yang ada di Australia.Ketika menemukan kata forensik,dia tertarik.“Mungkin karena sedikit banyaksaya termasuk orang yang berpolapikir psikoanalisa. Selain itu, adaproses bawah sadar yang memengaruhi saya mengambil keputusan,yaitu ada sisi gelap dalam hidupyang saya coba ingin cari tahu. Sayaberspekulasi mengambil mata kuliah di Psikologi Forensik dalamrangka pengenalan diri pribadi itu,”kata Reza Indragiri Amriel.Reza berasal dari keluarga brokenhome. Pada usia 1,5 tahun, orangtuanya bercerai. Sejak itu, hidupnya sarat dengan pengalaman tidakmenyenangkan. Semula hak asuhberada di tangan ibunya. Suatuketika, dia pun jatuh, dan kepalabocor. Akhirnya hak asuh pindah keSang Ayah dengan pengasuhantergolong keras.Dia pun mengawali pendidikanformal di SD Muhamadiyah Rawamangun, Jakarta. Ketika itu, diasuka mencoret-coret tembok sekolah dengan cat. Dia juga hobi menyakiti hewan. Misalnya, dia menangkap belalang, lalu tubuhnya dipotong sedikit demi sedikit. Ada kenikmatan yang dia rasakan saat belalang mengerang kesakitan menujukematian. (Kemudian setelah belajar forensik, dia jadi paham, andaikan perilaku brutalnya tidak terkelola, dia bisa tumbuh seperti orangReza Indragiri AmrielIni Kesempatan bagi PolriDReza Indragiri Amriel, pria kelahiran Jakarta, 19 Desember1974 yang adalah Master Psikologi Forensik pertama di Indonesia memandang kekisruhan KPK-Polri yang saat initerjadi menjadi momen penting bagi KPK, terutama Polriuntuk memulihan kepercayaan publik.
                                
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30