Page 20 - Majalah Berita Indonesia Edisi 96
P. 20


                                    20 BERITAINDONESIA, Edisi 96BERITA UTAMA20Kita akan mengawali menampilkan agropolitan di lahan kita seluas hampir 800 ha ini,” kata Syaykh Panji Gumilang. Imperialis dan KapitalisSebelum mencetuskan dan menjelaskan Empat Pilar Indonesia Kuat tersebut, Syaykh lebih dulu menjelaskan bagaimana sepak terjang imperialis dan kapitalis di Indonesia. Sudah lama Indonesia dikuasai imperialisme dan kapitalisme, bahkan sampai saat ini.Imperialisme zaman dulu ja ngan dibayangkan sebagai imperialisme yang gagah perkasa. Imperialisme ketika itu adalah imperialisme yang sangat kecil dibandingkan imperialis me abad ke-20 apalagi abad ke-21 ini.Menurut Bung Karno, dunia Timur ketika itu tidak punya kekuatan sedikit pun untuk menolak imperialisme yang masih kecil itu. Bung Karno bertanya, di mana kekuatan Indonesia? Di mana kekuatan masyarakat Indonesia? Yang dulu katanya mempunyai kerajaan-kerajaan yang gagah perkasa, seperti Sriwijaya, Mataram I, Majapahit, Padjadjaran, Demak, dan Mataram akhir.Menurut Bung Karno, habis tidak ada arti. “Masyarakat Indonesia waktu itu sakit. Masyarakat Indonesia ketika itu adalah masyarakat intransformasi, yakni masyarakat yang sedang berganti bulu. Dari masyarakat feodalisme kuno ke feodalisme baru. Pertempuran, perselisihan, antara feodalisme kuno dengan feodalisme baru, itulah yang menyebabkan ketahanan fi sik masyarakat menjadi lemah. Tidak bertenaga. Penyebab masuknya penjajah bukan karena kekuatan penjajah tapi kelemahan Indonesia. Analogi ini akan kita bawa nanti ke abad 21,” kata Syaykh Panji Gumilang.Syaykh melanjutkan, Bung Karno bertanya kepada masyarakat. Kalau masyarakat Indonesia pada waktu datangnya imperialisme Barat, menjadi masyarakat yang tidak mampu untuk menolaknya. Bung Karno heran. Bung Karno bertanya, “Apa heran”. Tentunya kalau dijawab sekarang, tidak heran. Kalau dulu keheran-heranan. Apa mungkin dulu tidak mempunyai apa-apa, karena memang keheranan pun tidak punya. Ketidak heranan pun tidak punya. Karena sedang dirudung pertikaian, konfl ik, pertempuran sesama bangsa. Jadi kalau imperialisme Barat itu segera mendapat kedudukan dalam masyarakat yang sedang sakit itu. Seluruhnya imperialis punya kedudukan. Setiap kerajaan yang ada ketika itu diduduki, selalu diduduki, semua diduduki. Heran gak? Kalau sekarang, heran. Karena bangsa hari ini punya kesadaran barangkali. Di dalam masyarakat yang lembek itu, satu per satu negeri di Indonesia tunduk pada imperialisme Barat, satu per satu hilang kemerdekaannya. Satu per satu lantas negeri itu menjadi kepunyaan VOC. Indonesia semuanya menjadi tidak merdeka.Rakyat Indonesia yang dahulunya merdeka atau dulu merasa berkeluh kesah memikul feodalisme kerajaan, kini lebih lagi berkeluh kesah memikul stelsel imperialisme dari dunia Barat. “Inilah asal-muasal kesialan nasib negeri Indonesia. Kalau kita simpulkan, sebabnya adalah kebodohan, kemiskinan, tiadanya persatuan, dan hilang kepercayaan diri. Itulah sebab Indonesia menjadi negara bernama tanpa kemerdekaan,” simpul Syaykh Panji Gumilang.Masyarakat Indonesia kalau kita bayangkan ketika itu, sedang sakit, lanjutnya, tidak lagi berkesempatan menjadi sembuh, makin lama makin sakit, makin habis Panen Tebu: Syaykh Al-Zaytun menebang tebu mengawali panen tebu.
                                
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24