Page 30 - Majalah Berita Indonesia Edisi 97
P. 30


                                    30 BERITAINDONESIA, Edisi 97BERITA EKONOMI30produksi nasionalnya. Diam-diam (pejabat) pemerintah berargumen bahwa memproduksi sendiri mobil nasional tidak efi sien, lebih baik membeli saja dari produsen besar seperti Toyota dan lainlain. Akhirnya Indonesia tetap saja menjadi pasar konsumen, padahal pasar Indonesia yang begitu besar mendukung untuk mampu memproduksi sendiri motor dan mobil nasionalnya. Bandingkan dengan Korea Selatan dan Taiwan yang meskipun pasarnya tidak sebesar pasar Indonesia tetapi karena memegang prinsip keberpihakan strategis, telah mampu memproduksi mobil nasionalnya masing-masing.Dalam perjalanannya, prinsip efisiensi dalam sistem ekonomi kapitalis telah mendorong skala ekonomi yang lebih besar dari sekadar ukuran perusahaan, tetapi skala yang melampaui batas-batas negara yang dikenal dengan istilah globalisasi. Melalui globalisasi barang dan jasa akan diproduksi dimanapun juga di dunia sepanjang costs of production-nya semakin murah. Untuk itu lahirlah berbagai perjanjian internasional untuk free investment dan free trade. Lahirlah NAFTA, AFTA, Uni Eropa dan lain- lain, yang praktis secara ekonomi menghilangkan batas-batas negara atau barrier dalam investasi dan perdagangan, demi mengejar efi siensi yang maksimum di tingkat global. Negara dan atau kapitalis yang besar dan kuat menelan yang kecil baik di tingkat global maupun nasional. Di tingkat global misalnya, setelah 3 (tiga) dekade gelombang dahsyat globalisasi, ternyata pemenangnya adalah Republik Rakyat China (RRC) yang paling mampu memproduksi apa saja dengan harga termurah, sehingga dalam waktu yang relatif singkat China menjadi negara produsen yang kuat dan handal di tingkat internasional. Menyadari bahaya yang terjadi terhadap ekonomi nasionalnya, USA dan Inggris yang semula pelopor utama globalisasi demi mengejar prinsip efi siensi kini cenderung i ngin kembali ke sistem pengaturan ekonomi lama atau deglobalisasi. Artinya tidak lagi menginginkan free investment dan free trade melalui rezim global, karena dirasakan tidak berpihak kepada ekonomi nasionalnya, atau merugikan ekonomi nasionalnya. Kini mulai berkembang opini di negara-negara Barat khususnya di Amerika Serikat dan Inggris bahwa dengan globalisasi mereka tidak saja kehilangan pasar tradisionalnya tetapi juga telah kehilangan kedaulatan ekonomi nasionalnya karena harus tunduk pada aturan-aturan/perjanjian global Sertifi kat: Ummi menyerahkan sertifi kat kepada moderator dan peserta.atau regional.Inggris sejak semula ditengarai setengah hati menjadi anggota Uni Eropa. Dikatakan setengah hati sebab tidak mau melepaskan/mengganti mata uang Poundsterling-nya dengan Euro. Akhirnya Inggris meninggalkan Uni Eropa (Brexit) dan USA mulai meninggalkan ikatan-ikatan globalisasinya. USA misalnya mengancam bahwa barang-barang produksi perusahaan Amerika yang diproduksi di luar negeri akan dikenakan bea masuk yang tinggi (tidak lagi free trade). Bagi USA (Presiden Donald Trump) prinsip keberpihakan didengungkan dengan istilah “America First” yang konsekuensinya adalah meskipun di produksi di luar negeri lebih efi sien atau lebih murah harganya tetapi bila melemahkan atau merugikan perekonomian nasionalnya sebagai negara produsen, prinsip efi siensi ekonomi akan ditinggalkannya. Atas pertimbangan itu pula Amerika Serikat berkehendak meninggalkan NAFTA dan Kesepakatan Iklim Paris. Hasilnya, statistik ekonomi Amerika Serikat yang diumumkan Agustus 2017 menunjukkan perbaikan antara lain terciptanya lapangan kerja baru untuk 1 (satu) juta orang. Prestasi ini diperkirakan akan menaikkan popularitas Presiden Donald Trump yang sedang 
                                
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34