Page 52 - Majalah Berita Indonesia Edisi 97
P. 52
52 BERITAINDONESIA, Edisi 97BERITA SEJARAH berasal dari Yunan, Cina Selatan dan Vietnam Utara, + 800 SM.Demikian pula hasil penelitian Guru Besar Sosiologi-Antropologi Universitas Negeri Medan (Unimed), Prof Dr Bungaran Antonius Simanjuntak dalam paparannya berjudul “Orang Batak dalam Sejarah Kuno dan Modern” pada seminar yang digagas Kesatuan Bangso Batak Sedunia (Unity Of Bataknese In The World) di Medan beberapa waktu lalu, yang juga menghadirkan Dr Thalib Akbar Selian MSc (Lektor Kepala/Research Majelis Adat Alas Kabupaten Aceh Tenggara), dan Nelson Lumban Tobing (Batakolog asal Universitas Sumatera Utara) yang menyatakan bahwa nenek moyang Bangso Batak berasal dari keturunan suku Mansyuria dari Ras Mongolia.Bungaran menyebut dari sejumlah fakta dan hasil penelitian yang dilakukannya, mulai dari dataran pegunungan di Utara Tibet, Khmer Kamboja, Thailand, hingga Tanah Gayo di Takengon, Aceh dan Pusuk Buhit (Samosir), ternyata nenek moya ng Bangso Batak berasal dari keturunan suku Mansyuria (Manchuria ras Mongolia) yang hidup di daerah Utara Tibet sekitar ribuan tahun lalu. Pada masa itu, suku Mansyuria ras Mongolia (nenek moyang orang Batak) itu diusir oleh suku Barbar Tartar dari tanah leluhurnya di Utara Tibet.Mereka (suku Mansyuria) bermigrasi ke pegunungaan Tibet melalui Tiongkok (China). Jejak peristiwa migrasi di pegunungan Tibet tersebut ditemukan di sebuah danau dengan nama Toba Tartar. Kemudian, dari pegunungan Tibet, suku Mansyuria turun ke Utara Burma atau perbatasan dengan Thailand. Di tempat ini, suku Mansyuria juga meninggalkan budaya Dongson, yang mirip dengan budaya Batak. Tapi mereka tak bertahan lama di wilayah ini karena terus dikejar suku Barbar Tartar. Mereka pun kembali bergerak menuju arah Timur ke Kamboja dan ke Indocina.Dari Indocina, suku Mansyuria berlayar, sebagian menuju Philipina, Sulawesi Utara (Toraja). Jejaknya yang ditandai dengan hiasan kerbau pada Rumah Adat Toraja. Lalu terus lagi ke Tanah Bugis Sulawesi Selatan (ditandai dengan kesamaan logat dengan orang Batak), serta mengikuti angin Barat dengan berlayar ke arah Lampung di wilayah Ogan Komering Ulu, sampai akhirnya tiba ke Pusuk Buhit, Danau Toba.Sebagian lagi berlayar dari Indocina melewati Tanah Genting Kera di Semenanjung Melayu, terus menuju Pantai Timur Sumatera, dan mendarat di Kampung Teluk Aru di daerah Aceh. Dari Teluk Aru, sebagian terus bermigrasi naik ke Tanah Karo, dan kemudian meneruskan perjalanan hingga sampai ke Pusuk Buhit.Menurut Bungaran, penerus keturunan suku Mansyuria yang kemudian menjadi nenek moyang orang Batak, Gayo, dan Alas itu terus berpindah-pindah karena mengikuti pesan dari para pendahulunya bahwa untuk menghindari suku Barbar Tartar, maka tempat tinggal harus di wilayah dataran tinggi. Tujuannya agar gampang mengetahui kehadiran musuh.Bukankah sangat mungkin suku Mansyuria ini adalah keturunan Abraham (Ibrahim), khususnya dari puteranya bernama Medan? Sangat mungkin Guru Patimpus yang diyakini sebagai pendiri perkampungan pertama di sebuah tempat strategis yang terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang, dengan menamainya Medan, mengabadikan nama nenek moyangnya. Yang juga kemudian disebut Medan Puteri, karena di sini dia membangun rumah (istana) untuk seorang Puteri Raja Pulo Brayan yang telah dipersunting menjadi permaisurinya.Siapa Guru Patimpus?Diskursus berikutnya, siapa Guru Patimpus? Sebagian berpendapat Guru Patimpus berasal dari dataran tinggi Karo bermarga Sembiring Pelawi. Lahir di Aji Jahe, hidup sekitar akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17. Guru Patimpus Sembiring Pelawi ini adalah pendiri kota Medan, yang diambil dari Kata Madan. Namun tidak dijelaskan bagaimana asalMonumen Sisingamangaraja XII di Kota Medan