Page 53 - Majalah Berita Indonesia Edisi 97
P. 53
BERITAINDONESIA, Edisi 97 53BERITA SEJARAHusul (silsilah) Sembiring Pelawi itu.Sebagian lagi dengan menunjukkan silsilah Guru Patimpus, menyebut dan menyakininya sebagai cucu dari Sisingamangaraja I, Raja Manghuntal Sinambela dari Bakara. Mereka mengutip Riwayat Hamparan Perak sebagai berikut: “Alkisah kata sahibul hikayat suatu cerita dahulu kala seorang Raja bernama Singa Mahraja memerintah di negeri Bakerah.” (Singa Mahraja dimaksud adalah Sisingamanga raja dan negeri Bakerah adalah Negeri Bakara, Tapanuli, sebuah kota kecil di bibir pantai Danau Toba, Humbang Hasundutan).Alkisah Sisingamangaraja I mempunyai dua putra, yakni Tuan Mandolang dan Tuan Si Raja Hita. Putra pertama Tuan Mando lang, terpilih menjadi Sisingamangaraja II menggantikan ayahnya. Sementara Putra kedua, Tuan Si Raja Hita berpamitan pergi ke negeri lain, bersama pengikutnya bermaksud untuk mendirikan kerajaaan baru. Mereka tiba di Gunung Si Bayak (Gunung Sibayak), dataran tinggi Karo, dan dibuatlah nama kampung itu Karo Sepuluh Dua Kuta.Putera sulung Tuan Si Raja Hita bernama Timpus. Timpus seorang petualang mencari dan mengadu ilmu, ia kemudian karena kehebatan ’ilmu’-nya dipanggil orang Guru Patimpus. Guru Patimpus pertama kali menikah dengan putri raja Ketusing. Dari pernikahan ini lahir enam putera, dan satu putri (puteri ini dinikahkan dengan Raja Tangging). Setiap putranya lahir, Guru Patimpus membuka kampung yang diberi nama sesuai nama anaknya yaitu: Benara, Kuluhu, Batu, Salahan, Paropa dan Liang Tanah.Suatu ketika Guru Patimpus mendengar terjadi huru-hara di Ajei Jahei, Tanah Karo. Dia mendamaikan raja-raja yang bertikai itu. Kemudian oleh raja-raja di Ajei Jahei itu dia dianugerahi Marga Sembiring Pelawi dan dinikahkan dengan seorang puteri tercantik yang memberinya dua orang putera yakni Si Gelit, dan Si Jahei yang kemudian menjadi raja di Ajei Jahei.Sebagai seorang yang amat berpengaruh, Guru Patimpus pun kemudian berpetualang hingga ke Pulau Berayan. Dia menikah lagi dengan putri Raja Pulau Berayan bermarga Tarigan. Setelah menikah, Guru Patimpus pun membuka perkampungan yang menjadi wilayah kekuasaannya di sebuah tempat strategis yang terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura yang dinamainya Medan.Dari kedua kisah Guru Patimpus di atas, dan dipadukan dengan kisah keturunan Abraham, khususnya Medan, di atas, hal mana Guru Patimpus yang dalam Silsilah Sinambela (anak Si Raja Oloan) yang dari keturunannya berikutnya lahir Sisingamangaraja I, Ompung Doli (kakek) dari Guru Patimpus Sinambela; dan versi lain di Tanah Karo disebut bermarga Sembiring Pelawi, penulis melihat adanya benang merah yang menunjukkan Guru Patimpus berasal dari suku Mansyuria ras Mongolia yang sangat mungkin adalah keturunan Medan, putera Abraham, sebagaimana diyakini oleh Syaykh AS Panji Gumilang.Berbahagialah Sumatera Utara, khususnya penduduk Kota Medan, karena nama kota ini mengabadikan nama putera Abraham (Ibrahim) sebagai Bapak Iman bagi penganut agama Yahudi, Kristen dan Islam (Samawi). Berbahagialah Indonesia, karena sangat mungkin sebagian warga bangsa ini adalah keturunan Abraham (Nabi Ibrahim), leluhur orang beriman. Berbahagialah orang Batak (Toba, Karo, Simalungun, Mandailing-Angkola dan Pakpak-Dairi) karena secara nasional yang dimaksud dengan sebutan ’Orang Medan’ adalah bahasa ’halusnya’ orang Batak, layaknya ’Orang Tionghoa’ adalah bahasa ’halusnya’ orang China.Kisah ini akan semakin sempurna (menarik) jika kemudian dihubungkan dengan kisah Orang Majus dari Timur (Mat. 2:1-18) yang antara lain mempersembahkan wewangian kemenyan atas kelahiran Yesus. Bukankah kemenyan ada (hanya) tumbuh di daerah Tapanuli? Ch Robin Simanullang - BERITAINDONESIAMonumen Guru Patimpus, Pendiri Kota Medan