Page 11 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 33
P. 11


                                    THE EXCELLENT BIOGRAPHY 33 TokohINDONESIA Q 11T O K O H U T A M A QSMP, lantaran keluarganya sangatmiskin. Maka dia bertahan menjadianak desa yang tidak mengenyambangku sekolah lanjutan. Bismarbukan sembarang anak desa. Tetapianak desa yang membuka hutanuntuk dijadikan sawah. Bersamaorangtuanya, Bismar tidur ditengah persawahan, mendengarkannyanyian jangkrik. Dia merasakannikmat sekali. Sampai sekarangpun Bismar masih merasakannya,dan menangis di saat mengenangnya.Keluarga Bismar memetik hikmahnya. Berjuang keras di jalankehidupan seperti itu namun tidaksesulit sekarang untuk mencarimakan. Bismar merekam memorikehidupan di masa kecil danmudanya di kampung di dalamsebuah buku, diberinya judul: AkuAnak Petani.Kenapa Bismar terdorong menulisnya dalam bentuk buku? Karenadia melihat perlakuan dan kurangnya perhatian pemerintah terhadappetani. Harga gabah dipatoksedemikian rendah, sementaraharga pupuk dipatok sedemikiantinggi. Petani ribut dan demo, masabodoh. Semua mengatakan, “itubukan urusanku.”Tulis Bismar dalam bukunyayang juga diulangi dalam percakapan dengan Wartawan TokohIndonesia: “Mungkin saja merekamerasa bukan anak petani. Merekatelah berbohong terhadap dirimereka sendiri. Kalau bukanayahnya yang petani, kakeknyayang petani.” Namun Bismar,bukan hanya ayah atau kakeknyayang petani, dia sendiri petani. Diamerasakan dan menikmati menjadiseorang petani. Ketika berada ditengah sawah, kehujanan dankepanasan, dia merasa senang danbahagia menunggu sampai panenselesai. Bismar merasakan nikmatnya melihat padi yang tumbuh,kemudian mulai boltok (istilah diTapanuli) berbuah. Hidup dikampung, memiliki hasil panencukup untuk makan setahunsudah bersyukur. Itu waktu dulu.Tapi sekarang tidak berlaku lagi.Karena lahan-lahan sudah dibagikepada para ahli waris. Sawahterbagi-bagi semakin sempit.Bismar mempertanyakan: “Salahkah kalau anak-anak desa harusmeninggalkan kampung merekauntuk mencari nafkah di kota?”Pertanyaan ini dijawabnya dengankenyataan, misalnya, warga Siborong-borong yang meninggalkandesa mereka karena memang tidakbisa lagi hidup di situ. Harga hasilpertanian tidak dapat lagi diandalkan. Bismar masih bertanya,“kenapa pemerintah tidak memikirkan nasib petani?”. Kalau petanidiperhatikan, mereka tidak datangke kota, menjadi supir bus, pedagang asongan atau pedagang kalilima yang sering menimbulkanmasalah. Mereka dikejar-kejaraparat Trantib, seterusnya untukdiperas dan diperas lagi.“Karena itu makmurkan parapetani,” kata Bismar. KapankahIndonesia memberikan kedudukanterhormat kepada para petani, darimana kebanyakan petinggi negaraberasal? Kata Bismar, pengabaiandan kesalahan kepada para petaniperlu diakhiri, supaya semua orangcinta pada pertanian. Dulu Bismarbangga membawakan makananuntuk ayahnya yang sedang bekerjadi sawah. Sekarang, katanya, manalagi ada anak yang mau begitu.BISMAR SIREGAR DAN ISTERI BERSAMA ANAK CUCU Q mti/dok
                                
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15