Page 12 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 33
P. 12
12 Q TokohINDONESIA 33 THE EXCELLENT BIOGRAPHYETISecara tidak sadar tatanan yangdiwariskan nenek moyang telahdirusak sendiri.Karena itu, Bismar kembalimengetok pintu hati nuranimereka yang diberikan amanahjabatan oleh Yang Maha Kuasa.Ingatlah, amanah dan jabatanitu sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan di hadapanTuhan. Setiap orang tidak bisalepas dari pertanggungjawaban.Kepada SBY pun, sewaktuPilpres, Bismar bilang, “engkauimam yang harus bertanggungjawab terhadap lingkunganmu.”SBY sekarang menjadi imamuntuk bangsa ini.PendidikanPerjalanan pendidikan Bismartergolong unik. Tahun 1942,ketika Bismar akan menempuhujian sekolah dasar di kelastujuh HIS (Hollands InlandscheSchool), Jepang masuk. Kekacauan yang timbul karena gejolakIsteri Teman DiskusiBismar menikahi Yunainen F. Damanik tahun 1957. Merekabertemu selagi Yunainen menjadi siswi Sekolah GuruKepandaian Putri (SGKP) di Jakarta. Padahal karaktermereka bertolak belakang. Bismar pendiam, sedangkanisterinya periang. Tapi di situlah dia menemukan hikmahnya.Ada dinamika yang menarik saat mencari persamaan.Pasangan tersebut dikaruniai 7 putra dan 14 cucu. Setelahpensiun sebagai hakim agung, Bismar tetap bersikukuh untukterus berkarya. Di samping kegiatan menulis, Bismar juga aktifmengajar. Dia menjadi Dekan Fakultas Hukum UniversitasMuhammadiyah Jakarta dan dosen di Universitas Pancasila.Bismar anggota BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia).Dia juga aktif di ICMI sebagai Asisten Ketua Umum untukKoordinator Wilayah Sumatera.Kalau ada orang yang mengatakan bahwa istri jangan turutcampur dalam urusan dinas, Bismar malah berbuat sebaliknya.Sebab peran istri sebagai pendamping suami mampu memberikan masukan yang berharga buat urusan dinas. Bismar selalumendiskusikan dengan istrinya kalau hendak mengerjakansesuatu, termasuk di dalam menjatuhkan putusan pengadilan.Mengapa demikian? Sifat laki-laki lebih rasional, sedangkansifat perempuan lebih emosional. Di situlah terciptanya keseimbangan, sehingga keputusan yang diambil bisa lebihbijaksana. “Tapi, bukan berarti saya dikendalikan oleh istri,”kata Bismar.Bismar adalah tipe pria yang sangat setia pada istri dananak-anaknya, meski pernah menjadi pejabat tinggi. Setiapdigoda oleh wanita, Bismar membayangkan wajah istrinyayang sudah mulai keriput, dan rambutnya yang memutih. Padakeriput waja dan pada putih rambut istrinya, Bismar melihatrahmat Ilahi. Mereka pun sukses membina hidup rumah tangga yang langgeng dan bahagia. U mtipergantian penjajah, membuat Bismartidak menempuh ujian akhir, danpendidikannya praktis terhenti.Bismar muda hidup di kampungselama delapan tahun tanpa duduk dibangku sekolah. Tahun 1950, diamerantau ke Jakarta untuk mencaripekerjaan. Ironis. Bismar yang tidaktamat sekolah dasar, malah dibawaabangnya ke Magelang untuk melanjutkan sekolah di SMA Pejuang,sebuah sekolah lanjutan khusus bagipara pejuang kemerdekaan.Bismar seperti memakan buahsimalakama. Mau masuk SMA, ijazahSD pun tidak punya, mau duduk dibangku SMP usianya sudah kadaluwarsa. Berkat bujukan si abang,Bismar memberanikan diri untukmendaftar ke SMA Pejuang. Caranya,dia mengubah tanggal kelahirannyadari 15 September 1928 menjadi 15November 1930. Sampai sekarang yangtercantum di ijazahnya, tanggalkelahiran terakhir.Setelah masuk SMA, Bismar menghadapi kendala lain. Dia sangat takutpada mata pelajaran Aljabar, sebabmata pelajaran itu tidak pernah diapelajari sebelumnya. Bayangkan,dia harus bersaing dengan kawankawannya yang sudah biasamendapat mata pelajaran Aljabar.Bismar benar-benar mengalamikesulitan. Beruntung, hasil ujianakhir Bismar untuk mata pelajarantersebut adalah nilai 5. “Tapi tidakjadi masalah karena itulah kekurangan saya,” kenang Bismar.Soal perbedaan versi tanggalkelahiranya pernah menjadiperdebatan media massa ibukotasewaktu Bismar menduduki posisihakim agung. Ada yang memberitakan, mestinya Bismar sudahpensiun. Namun Bismar tidakpernah gentar meskipun memilikidua tanggal kelahiran yang berbeda, apalagi alasannya cukup logis.Bismar menamatkan SMA diBandung tahun 1952. Kemudianmelanjutkan studi di FakultasHukum UI Jakarta. Bismar meraihgelar sarjana hukum dalam tempo4 tahun. “Ini sesuai dengan amanat orang tua saya,” kata Bismar.Memang sejak kanak-kanak,ayahnya selalu mengharapkanBismar menjadi Meester in deRechten (Mr). Dalam hidup BismarItulah saat-saat yang palingmembanggakan dan membahagiakan.Perihal memperdalam ilmuhukum, Bismar tidak berhentisampai di situ. Kehausan menuntut ilmu dilanjutkannya denganmenempuh pendidikan di luarnegeri, antara lain, di Unversity ofNevada (1973), University ofAlabama, Tooscaloosa (1973),University of Texas di Dallas(1979), dan Rijks-Universiteit diUtrecht (1990).Dalam usianya yang beranjaktua, Bismar merasa sedih karenasaat ini tidak bisa berbuat, hanyabisa menyaksikan penderitaan yangdialami rakyat. Yang bisa dilakukannya, hanya menulis, menulisdan terus menulis. Namun, didalam hidupnya sampai saat ini,Bismar tidak pernah berhentimembaca dan menulis. Bismarmeneladani apa yang disabdakanNabi Muhammad SAW: “Tintaseorang pandai lebih suci daripadadarah seorang syuhada.’’ Menjalanihari-hari tuanya, Bismar mengekspresikan keahlian melukis dirumahnya yang luas di Cilandak,Jakarta. Juga dia tidak lupaberenang dan jogging (jalan) pagisetiap hari. U mti/sh-crs-arBISMAR SIREGAR