Page 26 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 42
P. 26


                                    STOKOH.ID26 S TokohINDONESIA.COM S Megawati Soekarnoputrimembesar dan mendapat dukunganluas pada Pemilu 1997, sehinggadikuatirkan akan mengancam dominasi Golongan Karya (mayoritastunggal) dan keberadaan pemerintah Orde Baru (status quo). Sebab,upaya yang dilakukan untuk menyingkirkan Megawati sejak KLBPDI di Surabaya (1993), ternyatatidak seefektif yang diharapkan.Tampak pemerintah tak menduga siputri pendiam itu akan membunyikan genderang perlawanan sedahsyat itu. Sehingga kepemimpinanMegawati terus ditekan dan dirongrong.Apalagi saat itu, Golkar telahmelakukan jajak pendapat secararahasia untuk menjajaki sejauhmana Megawati merupakan ancaman penting dalam Pemilu 1997.Seperti diungkapkan Robert Hefner4, para ahli strategi Golkar danICMI terkejut ketika jajak pendapatitu menunjukkan bahwa PDI pimpinan Megawati jauh lebih populerdaripada Golkar di Jawa Tengah danJawa Timur.Selain itu, pada awal tahun 1990-an, telah ada perkiraan dan analisaintelijen yang disampaikan olehJenderal TNI LB Moerdani (panglikrak suara. Mega berkenan dan tampak enjoy.Karena, mungkin, dia telah lama menunggu terbukanya kesempatan itu. Kendatisaat itu dia nekad mengingkari ‘kesepakatan’ keluarganya untuk tidak terjun kedunia politik. Trauma politik keluarga ituditabraknya. Mega tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI, walau tergolongtidak banyak bicara dibanding para pembicara lain. Ternyata memang berhasil. Suarauntuk PDI naik. Kemudian Mega pun terpilihmenjadi anggota DPR/MPR. Pada tahun1993 dia terpilih sebagai Ketua DPC PDIJakarta Pusat.Tetapi, kehadiran Mega di gedung DPR/MPR sepertinya tidak terasa. Dia lebihbanyak diam. Kinerjanya sebagai anggotadewan dinilai kurang. Posisi primadonamasa kampanye, tidak tercermin padadirinya saat duduk di legislatif itu. Bahkandia sering tak datang ke DPR. Di sampingkarena dia memang pendiam, PemerintahOrde Baru pun menghendakinya untuk tidakbanyak berkiprah di hadapan publik.Tampaknya, Megawati tahu bahwa diamasih di bawah tekanan. Selain memangsifatnya pendiam, dia pun memilih untuktidak menonjol mengingat kondisi politiksaat itu. Maka dia memilih lebih banyakmelakukan lobi-lobi politik di luar gedungwakil rakyat tersebut. Lobi politiknya, yangsilent operation, itu secara langsung atautidak langsung, telah memunculkan terbitnya Bintang Mega dalam dunia politik.Pada tahun 1993 dia terpilih menjadi KetuaUmum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkanpemerintah pada saat itu.4 Robert Hefner, Civil Islam, op.cit, hlm. 182.Q TokohIndonesia.com
                                
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30