Page 32 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 42
P. 32


                                    STOKOH.ID32 S TokohINDONESIA.COM S Megawati SoekarnoputriMegawati telah menjadi ‘Ratu’ yangmenjadi simbol perjuangan kebebasan mimbar tersebut. Bukan hanyadari anggota dan simpatisan PDIMega tetapi juga dari berbagaikalangan yang sudah jenuh denganpemerintahan Orde Baru. Merekabersatu, tumpah-ruah menyuarakan kebebasan dan mengoreksiOrde Baru.Bukan hanya dukungan moral tetapi dukungan materil. Sebagai salahsatu gambaran betapa kuatnya dukungan, di area mimbar bebas (demokrasi) itu dibuka kotak sumbangan. Tinggi kotak itu setinggi pinggangorang dewasa. Setiap hari selalubanyak orang yang memasukkanuang jumlahnya jutaan rupiah. Disamping itu, ada juga yang menyumbang dalam bentuk natura, berupabahan makanan dan lain-lain.Bukan hanya simpatisan dananggota PDI yang berorasi danberduyun-duyun datang dan memberi dukungan ke tempat itu. PartaiRakyat Demokratik (PRD), misalnya, yang didirikan para aktivispemuda serta organisasi buruh danberbagai organisasi, lembaga danperorangan yang berseberangandengan pemerintah juga memberidukungan sekaligus memanfaatkanmimbar demokrasi itu.Terjadi hiruk-pikuk di sekitarkantor PDI di Jalan Diponegorotersebut. Kerumunan massa yangtidak hanya memenuhi halamankantor tetapi juga memenuhi badanjalan, diwarnai hingar-bingar orasidan teriakan-teriakan dari halamankantor. Tempat itu juga sudahdipenuhi para pedagang bakso danberbagai jenis dagangan lainnya.Bahkan beberapa politisi pun telahikut memanfaatkan mimbar demokrasi itu. Di antaranya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) turut pulamendukung bahkan telah dijadwalkan untuk berorasi di tempat itu.Adanya penjadwalan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) akan berorasidi tempat itu, telah makin memicukekuatiran bagi pusat kekuasaan,yang semakin mendorong perlusegera dilakukan pengambilalihankantor PDI itu.14Greg Barton dalam Biografi GusDur menulis, Soeharto sangat terganggu oleh persekutuan antara GusDur dan Megawati, khususnyakarena keduanya sangat disenangikaum muda Indonesia. Soehartosadar bahwa dalam Pemilu yangakan diadakan tahun berikutnya(1997), akan ada 20 juta orang yangakan ikut serta memilih untukpertama kalinya.15 Itu berarti membiarkan Megawati dan Gus Durberkolaborasi akan sangat mengancam mayoritas tunggal Golkar daneksistensi kekuasaan Orde Baru.Pemerintah pusat menilai mimbardemokrasi di Jalan Diponegoro No.58, itu telah amat berlebihan. Sebab,selain semakin memperkuat posisiMegawati sebagai simbol perlawanan kepada pemerintah Orde Baru, ditempat itu juga sudah semakinberani dan lantang mengkritik pedasdan mencaci-maki pemerintah OrdeBaru. Bahkan Presiden Soeharto,yang amat berkuasa kala itu, sudahditeriakkan sebagai penguasa otoriter dan dituntut supaya mundurdari jabatan presiden. Sebuah panggung politik yang sangat tidak diizinkan (tabu) terjadi kala itu. “Padazaman Orde Baru itu, panggungorasi politik masih ditabukan. Apa14 Wawancara Drs. Lukman Mokoginta, MSi15 Greg Barton, The Authorized Biography of AbdurrahmanWahid, op.cit, hlm 263.
                                
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36