Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Menteri dan Guru Besar Ekonomi Indonesia / Begawan Ekonomi Indonesia | 29 Mei 1917 - 9 Mar 2001 | Ensiklopedi | S | Laki-laki, Islam, Jawa Tengah, Guru Besar, Menteri Keuangan, Ekonom, Menteri, Menteri Perdagangan, Menteri Riset, PRRI/Permesta
Dr. Ichsanuddin Noorsy, BSc, SH, MSi, Pengamat Politik Ekonomi / Ekonom Anti-Neolib | 9 Sept 1958 | Direktori | I | Laki-laki, Islam, DKI Jakarta, Ekonom, UGM, Unair, UI, pengamat
Prof. Dr. Sri Edi Swasono, Guru Besar FE-UI / | 16 Sept 1940 | Direktori | S | Laki-laki, Islam, Jawa Timur, Koperasi, Guru Besar, Ekonom, MPR, Profesor, UI
Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Guru Besar Emeritus UI dan mantan Menko Perekonomian kaninet Gotong-royong menulis kisah jejak karirnya dengan belajar banyak dari Nana Sutresna Sastradidjaja, mantan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh/Wakil Tetap Republik Indonesia untuk PBB di New York.(Redaksi)
Omar Abdalla Siregar, Dirut Bank Bumi Daya (1977-1985) / Bankir Bermental Ikan Karper | 3 Jun 1926 | Direktori | O | Laki-laki, Islam, Sumatera Utara, Ekonom, UI, bankir
Faisal H Basri, Dosen dan Pengamat Ekonomi / Ekonom-Politisi Teguh Prinsip | 6 Nov 1959 | Ensiklopedi | F | Laki-laki, Islam, Jawa Barat, Ekonom, Dosen, pengamat, penulis, pakar, FEUI
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) dan mantan Sekjen DPP Partai Amanat Nasional (PAN), ini seorang ekonom, politisi dan aktivis LSM yang teguh pada prinsip. Pria kelahiran Bandung, 6 November 1959, ini memperoleh gelar Master of Arts (MA) dalam bidang ekonomi dari Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika (1988).
Prof Dr Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Menteri Koordinator Perekonomian (2001-2004) / Kisah dengan Pak Nana | 25 Nov 1939 | Ensiklopedi | D | Laki-laki, Islam, Banten, Ekonom, Menteri, UI, Dekan, Dubes, FEUI
Saat menjabat Menko Bidang Perekonomian Kabinet Gotong Royong, ia ingin bergerak cepat pada strategi penciptaan lapangan kerja. Sungguh ia risau tiga tahun terbengkalai sehingga banyak rakyat Indonesia tidak mendapat pekerjaan yang layak. Ia juga sangat galau mengenai utang Indonesia. Menurutnya, dibandingkan dengan utang pada IMF dan Bank Dunia, justeru yang paling gawat adalah utang dalam negeri Indonesia.