BIOGRAFI TERBARU

Continue to the category
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
More
    32.2 C
    Jakarta
    Trending Hari Ini
    Populer Minggu Ini
    Populer (All Time)
    Ultah Minggu Ini
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    Lama Membaca: < 1 menit
    BerandaSistem SunyiTuhan yang Tidak Jauh
    resonansi

    Tuhan yang Tidak Jauh

    Tentang kehadiran yang tidak lagi dicari di luar diri.

    Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi

    ✧ Orbit      

    Lama Membaca: < 1 menit

    Orbit PsikospiritualMetafisik-Naratif

    Ada masa ketika kita mencari Tuhan di segala tempat: di kitab, di rumah ibadah, di perjalanan yang jauh. Namun semakin jauh melangkah, semakin terasa bahwa jarak itu hanyalah ilusi pikiran. Yang jauh sebenarnya hanya kesadaran kita sendiri.

    Inti Makna Tulisan
    Tuhan tidak pernah jauh; yang sering berpaling adalah kita. Ketika kesadaran kembali tenang, yang ilahi tidak lagi dicari. Ia dirasakan di dalam setiap napas yang sadar.

    Tuhan tidak pernah pergi, hanya kesadaran manusia yang sering berpaling. Kita terbiasa mengukur kehadiran-Nya dengan tanda-tanda luar: doa yang dikabulkan, peristiwa yang menenangkan, pertolongan yang datang tepat waktu. Namun dalam diam, kita mulai mengerti: kehadiran itu tidak menunggu bukti. Ia selalu ada. Bahkan di saat sepi, bahkan di saat kita merasa ditinggalkan.

    Yang membuat Tuhan terasa jauh bukan jarak, melainkan kebisingan di dalam diri. Ketika batin tenang, yang suci mulai terasa bahkan dalam hal-hal kecil: dalam tatapan orang asing, dalam hujan sore, dalam kesabaran menunggu sesuatu yang belum datang. Kehadiran-Nya tidak berwujud, tapi menata segala sesuatu agar tetap seimbang.

    Tuhan tidak harus ditemukan di tempat yang sunyi. Ia juga bekerja di tengah pasar, di ruang kerja, di antara percakapan yang tampak biasa. Yang perlu dilakukan hanyalah hadir. Karena di setiap kehadiran yang tulus, ada percikan kecil dari-Nya.

    Kita tidak perlu selalu berbicara untuk didengar. Kadang yang paling spiritual justru adalah diam, menerima, dan tetap berjalan dengan hati yang jernih. Tuhan tidak bersemayam di langit; Ia bernafas di dalam diri setiap yang masih mampu mencinta tanpa alasan.

    Semakin dalam manusia mengenal dirinya, semakin jelas ia mengenal Tuhan. Karena di titik terdalam, keduanya berhenti menjadi dua. Yang ada hanya satu kesadaran yang hidup, yang diam, yang tak pernah pergi.

    Catatan

    Tulisan ini merupakan Esai Resonansi Sistem Sunyi: bagian dari zona reflektif yang beresonansi dengan inti Sistem Sunyi, sebuah sistem kesadaran reflektif yang dikembangkan secara mandiri oleh melalui persona batinnya, .

    Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)

    (Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)

    Populer (All Time)

    Terbaru