The Journalistic Biography

✧ Orbit      

BerandaSistem SunyiIbu yang Mengikatkan Tali Sepatu Anak Orang Lain di Playground
jejak-luar

Ibu yang Mengikatkan Tali Sepatu Anak Orang Lain di Playground

Tentang kepedulian kecil yang muncul tanpa hubungan, tanpa sorotan

Tulisan ini bagian dari sistem kesadaran reflektif RielNiro 📷Sistem Sunyi

✧ Orbit      

Litani Sunyi
Lama Membaca: < 1 menit

Di playground, anak-anak berlari, memanjat, dan jatuh bangun tanpa peduli dunia. Di tengah riuh itu, seorang ibu melihat tali sepatu seorang anak terlepas. Bukan anaknya. Ia berhenti sebentar, memanggil pelan, lalu berjongkok untuk mengikatkannya. Setelah selesai, ia tersenyum kecil dan kembali mengawasi anaknya sendiri, seolah tidak terjadi apa-apa.

Di ruang bermain anak, orang tua biasanya fokus pada anak masing-masing. Melindungi, mengawasi, kadang sibuk memegang botol minum atau tisu. Ada batas tak terlihat: “punyaku” dan “punyamu”.

Tapi sesekali, batas itu mencair. Seorang ibu melihat tali sepatu longgar. Ia tahu anak itu bisa tersandung. Ia juga tahu tidak ada yang memerhatikannya saat itu. Maka ia turun tangan. Sederhana. Tidak dengan banyak bicara, tidak dengan nada menggurui, tidak dengan sikap ingin dipuji “baik”.

Ia hanya memastikan sepatu itu terikat rapi, lalu kembali pada dunianya sendiri.

Tidak ada upaya memperkenalkan diri kepada orang tua si anak. Tidak ada komentar, “Hati-hati ya, Nak.” Tidak ada pertanyaan retoris untuk membangun jembatan sosial. Hanya tindakan seperlunya, tepat, tenang.

Dalam Sistem Sunyi, kita mengenal bentuk perhatian yang tidak membawa nama. Ibu ini menyentuh wilayah itu: membantu karena bisa, bukan karena ingin dilihat sebagai “peduli”.

Beberapa sikap terasa dekat dengan dasar Sistem Sunyi: kedalaman lebih penting daripada sorak, proses lebih jujur daripada deklarasi.

  • melihat kebutuhan di luar lingkaran pribadi
  • bertindak tanpa menunggu alasan sosial
  • memberi perhatian pada keselamatan orang lain tanpa teori pengasuhan
  • tidak menuntut rasa terima kasih
  • membiarkan kebaikan tetap kecil, tidak diperbesar

Lalu semuanya kembali seperti semula. Anak itu berlari lagi. Orang-orang tetap mengobrol. Ibu itu berdiri dan memperbaiki rambut anaknya sendiri. Dunia berjalan tanpa adegan dramatis.

Sesekali, kebaikan datang tanpa identitas, tanpa keinginan dilihat. Hanya karena seseorang tidak ingin membiarkan bahaya kecil lewat begitu saja.

Kutipan
Ada kebaikan yang hanya berlangsung beberapa detik, lalu hilang tanpa tanda, tapi tetap mengubah arah sesuatu.

Tulisan ini termasuk dalam Jejak Sunyi di Luar: ruang observasi ringan untuk mencatat karya atau fenomena yang berada di luar struktur Sistem Sunyi, namun bergerak dalam nada yang sejalan dengan disiplin diam, proses, dan ketenangan batin.

Jejak ini tidak termasuk inti sistem. Ia hanya penanda kecil bahwa kesunyian kadang muncul tanpa nama dan tanpa rencana di tempat lain.

Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber: RielNiro – TokohIndonesia.com

Lorong Kata adalah ruang refleksi di TokohIndonesia.com tempat gagasan dan kesadaran saling menyeberang. Dari isu publik hingga perjalanan batin, dari hiruk opini hingga keheningan Sistem Sunyi — di sini kata mencari keseimbangannya sendiri.

Berpijak pada semangat merdeka roh, merdeka pikir, dan merdeka ilmu, setiap tulisan di Lorong Kata mengajak pembaca menatap lebih dalam, berjalan lebih pelan, dan mendengar yang tak lagi terdengar.

Atur Lorielcide berjalan di antara kata dan keheningan.

Ia menulis untuk menjaga gerak batin tetap terhubung dengan pusatnya.

Melalui Sistem Sunyi, ia mencoba memetakan cara pulang tanpa tergesa.

Lorong Kata adalah tempat ia belajar mendengar yang tak terlihat.

 

 

Kuis Kepribadian Presiden RI
🔥 Teratas: Habibie (24.9%), Gusdur (17.5%), Jokowi (16.1%), Megawati (11.5%), Soeharto (10.1%)

Ramai Dibaca

Terbaru