Page 40 - Majalah Berita Indonesia Edisi 03
P. 40


                                    42 BERITAINDONESIA, September 2005BERITA PENDIDIKANSejak pertengahan Agustusmedia massa sibuk menuliskeberhasilan Polrimengungkap dugaanpenipuan pemberian ijazahpalsu, yang dilakukan oleh Intitute Management Global of Indonesia (IMGI),Jakarta. Sebagian pelakunya sudahditahan.Polri, yang mulai melempem memberantas perjudian menemukan terdapat9.237 orang Indonesia yang mengantongigelar akademis palsu setingkat S-1, S-2dan S-3 hingga profesor keluaran IMGI.Wakadiv Humas Mabes Polri, BrigjenPol Soenarko Danu Ardanto, kepadaKompas (23/8) memerinci peraih doktor1.060 orang , Ph.D 288 orang, MBA 2.999orang, MSc 948 orang, MHA 33 orang,MA 93 orang, MBL 4 orang, MPA 9 orang, BBc 1.228 orang, MPC 5 orang, BSc112 orang dan DBA 42 orang sertaprofesor 103 orang yang semuanya palsu.Nama-nama mereka, jika saja Depdiknas mau terbuka mengungkapkannyademi pembersihan, sungguh mencengangkan. Karena terdiri para petinggidan mantan petinggi negara, serta merekayang selama ini dikenal hidup terhormatdan terkenal. Mereka adalah lulusan 1997sampai Mei 2004, jadi di luar itu tentuada banyak lagi beredar pemilik ijazahpalsu.IMGI yang berkantor di CenturyTower, Kuningan, Jakarta Selatan, memiliki 60 kantor cabang di berbagai kota,disebut-sebut berafiliasi dengan Northern California Global University (NCGU),California, AS. Setiap orang yang inginmencantumkan gelar palsunya di depannamanya, cukup membayar sekitar Rp10-25 juta, sudah termasuk biaya wisudadan toga yang semuanya tentu palsu.Feodalisme BaruSejumlah pakar pendidikan dan etikamenuangkan pendapatnya usai dugaanpemberian ijazah palsu terbongkar.Mereka, umumnya memaknai kasus inisebagai momentum untuk mendidikmasyarakat supaya kembali berlaku jujur,percaya diri, dan tidak perlu larut dalamalam feodalisme modern.Mereka juga melihat mulai muncul kembali kecenderungan burukbaru di masyarakat. Demi kehormatan semu, gengsi danpamer diri para tokoh memakaigelar (kalau yang ini tidakpalsu, Red) tidak pada tempatnya. Karena itu perlu kebesaran hati para pejabat pemerintah dan lembaga tingginegara untuk memakai gelarakademik secara proporsional.Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Azyumardi Azra, misalnya, mengatakan, penggunaan gelar akademik dalam kegiatan birokrasi sehari-haritidaklah mendidik masyarakat. Karena akan menumbuh-suburkan pencarianidentitas diri yang semu.“Tanpa gelar akademikpun pejabat setingkat presiden, menteri dan anggota DPRakan dihormati oleh masyarakat sepanjang kinerja danmoralitasnya baik”, kataIJAZAH PALSU:JALAN PINTAS Menjadi Menjadi Menjadi ‘TERHORMAT’Untuk menjadi «terhormat» Untuk menjadi «terhormat»siapapun bebas mencantumkangelar akademis yang diraih taksecara akademis. Inilah ironi secara akademis. Inilah ironifeodalisme baru yang muncul feodalisme baru yang munculkembali di tengah-tengahmodernitas global. Depdiknasperlu membersihkannya. perlu membersihkannya.42 BERITAINDONESIA, September 2005
                                
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44