Page 20 - Majalah Berita Indonesia Edisi 07
P. 20
20 BERITAINDONESIA, Januari 2006ANDREAS A. YEWANGOEIa memang layak dipercayamemimpin PGI (Persekutuan Gerejagereja Indonesia). Selain ‘jamterbangnya’ yang sudah tinggi dalammemimpin organisasi keagamaan,Andreas Anangguru Yewangoeadalah sosok pemimpin yang tulus,sederhana dan concern dengan masalah-masalah perdamaian dansolidaritas sosial. Obsesinya hanyasatu, ia ingin menjadikan gereja agarberguna bagi orang lain. BERITA TOKOHSOSOK SEDERHANA PELAYAN GEREJA♦Ditemui di kantornya, bilangan SalembaJakarta Pusat, pendeta ini tengah asyikmenulis sesuatu di buku catatan diruang kerjanya. Menurut beberapa stafkantor PGI, Yewanggoe memangproduktif menulis. Selain menjadipenulis tetap pada harian Suara Pembaharuan, ia juga rajin menulis artikel di media massa lain,bahkan menerbitkan buku.Nama lengkapnya, Pdt. Dr. Andreas Anangguru Yewangoe. Tapi ialebih dikenal dengan panggilanpendeta Yewangoe. Ketua UmumPGI (Persekutuan Gereja-gerejadi Indonesia) periode 2004-2009ini punya obsesi menjadikangereja berguna bagi orang lain.Tidak hanya pelayan bagi jemaat sendiri tetapi juga pelayanbagi orang di luar komunitas Kristen. Dia bertekadmewujudkan keyakinan itu melalui cita-cita PGI yangdipimpinnya yakni Keesaaan Gereja di Indonesia yangdimplementasikan dalam ‘keesaan in action’ (aksi bersama).Menurut doktor teologia dari Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda (1987) dengan disertasi, “Theologia Crucisin Asia”, itu istilah ‘keesaan in action’ adalah keesaan yangterwujud dalam perbuatan, dan bermakna bahwa gerejagereja mesti sungguh-sungguh peduli dengan masalahmasalah kemanusiaan di Indonesia, yang diistilahkan gerejabagi orang lain.Gereja bagi orang lain itu adalah gambaran dari suatukeyakinan teologis dan ikrar bahwa Yesus adalah manusiabagi orang lain. Manusia bagi orang lain menurut kepercayaan Kristiani, justru karena Dia mau menjadimanusia bagi orang lain maka Dia sampai mengorbankandiri-Nya. Dengan pemikiran demikian, “Gereja harusmelakukan hal yang sama,” ucapnya kepada Berita Indonesia.Gereja mestinya juga memberitakan hal-hal yangmembebaskan manusia dari berbagai persoalan hidupsehari-hari. Itu berarti, gereja harus peduli pada masalahmasalah sosial. Menurutnya, menolong bukan hanya karenabelas kasihan, bukan hanya karena mau menjalankan tugastugas sosial, tetapi karena Allah memihak kepadamereka yang menderita, bahkan Allah sendiri relamenderita dengan turun sebagai manusia melaluiYesus Kristus. Maka menurutnya, gereja haruskembali kepada hakikatnya. “Gereja-gereja harusberpihak kepada mereka yang menderita,” cetuspendeta kelahiran Mamboru, Sumba Barat, 31Maret 1945 itu.Ia menyadari untuk mencapai cita-cita itubukan sesuatu yang mudah. Apalagi gerejagereja yang ada di Indonesia memiliki corak danciri khasnya sendiri. Perbedaan pada bentukorganisasi, tata cara ibadah, bahkan perbedaanpemahaman teologia terhadap subyek tertentu bisa menjadi jurang pemisahsatu sama lain. Apalagi akhirakhir ini banyak gereja yang‘terpaksa’ ditutup. Namun demikian, bapakdua anak ini tetap optimis cita-citanyabakal terwujud,cepat ataulambat.