Page 61 - Majalah Berita Indonesia Edisi 07
P. 61


                                    (LINTAS MEDIA)BERITAINDONESIA, Januari 2006 61Brata 1 (TB-1). Sementara Suyitno, yanglebih banyak berkarier di lembaga pendidikan dan latihan (Lemdiklat), bintangnya rada buram. Suyitno baru bersinarsetelah sohibnya, Da’i, diangkat PresidenMegawati Soekarnoputri menjadi Kapolri.Tak tanggung-tanggung, dalam dua tahunDa’i sukses menggerek bintang Suyitnohingga bintang tiga dan mengisi posstrategis sebagai Kabareskrim MabesPolri, ketika itu menggantikan KomjenErwin Mappaseng.Berbeda dengan “juniornya” Irjen PolSutanto, saat menjabat Kapolda JawaTimur harus melangkah terseok-seokdengan bintang dua di pundak dan seolahsulit untuk beranjak naik. Sutanto kemudian dipaksakan harus duduk manissebagai Kepala Lemdiklat Polri, menggantikan Komjen Noegroho Djayoesman.Lemdiklat yang seharusnya dipimpinjenderal berbintang tiga, di bawah kepemimpinan Da’i dilikuidasi cukup menjadipos untuk bintang dua. Lembaga ini seolahmenjadi “keranjang sampah”. PraktisSutanto tak bisa naik pangkat.Barulah setelah Presiden SBY mempromosikan sahabatnya sesama peraih AdiMakayasa sebagai calon tunggal Kapolri,Da’i terpaksa harus mau melirik Sutantodan menggerek bintangnya menjadi Komjen. Dan seolah bermaksud menunjukkanperasaan hati yang sesungguhnya, setelahmeraih bintang empat penuh, dan dilantiksebagai Kapolri yang baru, Sutanto menggariskan kebijakan baru menempatkanLembaga Pendidikan dan Latihan Polrisebagai lembaga bergengsi. Dan setiapperwira yang pernah ditugaskan di pos inidijanjikan akan memperoleh promosicemerlang.Setelah menggeser Da’i mulailah Sutanto menggebrak. Salah satunya menyidik ulang kasus BNI. Hasilnya itu tadi,Landung yang teman Da’i dimasukkanmenjadi tersangka. Langkah Sutanto inisesungguhnya bukan pekerjaan mudah.Penolakan internal muncul secarabergelombang. Diisukan Sutantomengobok-obok isi perut (jeroan) Polrisendiri.Tapi ibarat ‘anjing menggonggongkafilah berlalu’ Sutanto tak maupeduli. Ia bekerja demi penegakanhukum, kendati ancaman pembunuhan dialamatkan kepada priakelahiran Comal, Pemalang, JawaTengah, 30 September 1950, ini.Mutasi besar-besaran terpaksa dilakukannya. Sutanto rupanya takrisih untuk terlebih dahulu membersihkan diri dari polisi-polisi“kotor”. SB, HT ■Penyamun di Sarang Polisi: RubrikKriminal Tempo (19-25 Desember) menyebut upaya Kapolri Jenderal Polisi Sutantomenuntaskan kasus BNI sebagai“Membekuk Penyamun di Sarang Polisi”.Kini tibalah giliran penyidik yang disidik,dan tak lain dia adalah mantan Kabareskrim Komjen Suyitno Landung yang sudahditetapkan sebagai tersangka penerimasuap.Korban Undang-Undang Guru:Undang-Undang Guru dan Dosen sudahdisahkan DPR RI Selasa (6/12). Adaketentuan baru tentang tunjangan bagipara pengajar, yang memberi harapanbesar bagi guru dan dosen untuk dapathidup lebih sejahtera. Namun sejumlahguru di daerah menanggapinya pesimistik.Mereka rupanya sudah bosan denganjanji-janji. Banyak kisah getir para guru dipedalaman. Mereka juga menanggapikeharusan memiliki sertifikasi profesisebagai celah baru untuk berkolusi,bukannya menjadi alat pengukur kualitaspara pengajar. Forum Keadilan (No. 33, 18Desember 2005) menyebut banyak pihakbakal kecipratan kesempatan.Sinarmas Strikes Back: Kelompokusaha Sinarmas yang berhasil bangkitkembali dari terpaan badai krisis masa lalu,hingga berhasil memupuk aset senilai Rp70 triliun, dibahas habis oleh majalah beritaekonomi dan bisnsis Trust (Edisi 12-28Desember 2005). Kini Sinarmas sudahditulis dalam satu kata, bukan lagi terdiridua frase “Sinar” dan “Mas” sehinggauntuk membedakan perubahan radikal inisengaja dimuculkan kesan “Sinar Mas”adalah masa lalu.Sinarmas baru sekarang lebih gaul dansiap menawarkan gaya hidup denganmemasuki bisnis seluler yang makin sengit.Trust tetap menampilkan para pioner danpendirinya, Eja Tjipta Widjaja, MukhtarWidjaja, Teguh Ganda Widjaja, FrankyOesman Widjaja, dan Indra Widjaja.Menuju Sehat Abadi: Memanfaatkansel induk sebagai terapi untuk mengobatiberbagai penyakit, seperti kanker dancacat bawaan, terbukti manjur. Sebagaicontoh bukti, peneliti Indonesia sudahpernah memanfaatkan sel induk darisumsum tulang untuk mengobati penderitakanker darah. Gatra (Edisi 17 Desember2005) menyebutkan tren baru pengobatandengan plasenta ini sebagai “TerapiMenuju Sehat Abadi”.Gatra juga menyebut terapi yang menjanjikan ini sebagai kejutan baru bagi duniakedokteran. Sebab sekarang setiap organatau jaringan tubuh yang sudah koyak,dengan terapi ini kembali bisa tumbuhmenjadi muda dan kuat. Bank-bank(bersifat liar, tentunya) penyimpan selinduk banyak bermunculan memanfaatkan peluang baru ini, tentu denganmemasang harga selangit.Harapan Tinggi ke Wajah Lama:Tempo dua kali berkutat soal reshufleKabinet Indonesia Bersatu. Pertama ketikasudah dipastikan “Boediono Masuk Kabinet: Wajah Lama Jabatan Baru” (Edisi5-11 Desember 2005).”Kedua setelahnama Boediono terbukti memperolehrespon sangat positif dari pasar, sampaisampai ada kalangan yang menyebutnyasebagai eforia semata. Tempo (Edisi 12-18 Desember 2005) menyebutnya sebagai“Harapan Tinggi Siapa Kecewa”. Gerbong Boediono berisikan rancangbangun tim ekonomi yang lebih baru.Penunjukan mantan pembantu terdekatPresiden Megawati Soekarnoputri dibidang Keuangan ini dinilai sebagai buktikeseriusan Presiden Soesilo BambangYudhoyono membenahi ekonomi makrodan mikro secara simultan.Tempo secara bersamaan menurunkanpula perlawanan dalam dua bentuk, yaknibagaimana “Perlawanan Probo dariPenjara Cipinang”, dan “Kontroversi SidikJari: Perlawanan dari Pesantren”. Ide WakilPresiden Jusuf Kalla mengambil sidik jaripara santri ternyata menuai kecaman daripara ulama, membuat Polisi mengurungkan niat mendatangi pesantren hinggabatal meneruskan saran Wapres tersebut.Widya Purnama yang Sakti: Perseteruan antara Direktur Utama PT(Persero) Pertamina dengan MennegBUMN Sugiharto masih belum berakhir.Trust secara menggoda menurunkanlaporan utama di sampul depan, “MengujiKembali Kesaktian Bos Pertamina” (Edisi5-11 Desember 2005). Maklum, selamasetahun terakhir menjabat “bos” PertaminaWidya Purnama seolah berada dalamajang pertempuran. Sesekali ia bermanuver dan menembak. Kali lain “DirutBUMN Pemberani” ini memilih tiarap.Perseteruan terbaru dengan Sugihartoadalah langkah Widya mengubah logoPertamina dengan yang baru. Sugihartomenyebutnya sebagai pemborosan, lalumelayangkan surat peringatan yangdisebut sebagai yang terakhir kali. Padahalyang sudah-sudah, kendati berkali-kalidiperingatkan terbukti Widya begitu saktidipercaya Presiden. ■ SB, HTHIGHLIGHT MEDIA
                                
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65