Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 08
P. 44


                                    44 BERITAINDONESIA, 10 - 23 Februari 2006BERITA NUSANTARASeakan tiada henti, bencanademi bencana terjadi diberbagai daerah di tanah air.Belum lagi kering air mataakibat bencana banjir bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur(2/1) yang menewaskan lebih dari 100orang dan puluhan lainnya luka-luka,musibah kembali terjadi. Korban pun takkalah besarnya, lebih dari 200 orangtewas tertimbun longsoran di KabupatenBanjarnegara, Jawa Tengah (4/1).Kedua bencana itu memporakporandakan dan mengubur ribuan rumah. Yangtragis, datangnya tengah malam, saatpenduduk terlelap tidur. Akibatnya bisadiperkirakan, ratusan orang tewas tertimbun lumpur atau terbawa hanyutbanjir bandang.Amukan air yang mengalir deras bercampur lumpur, bebatuan dan pepohonan juga menerjang sejumlahdaerah di luar Jawa. Di NTT yang dikenalsebagai daerah gersang, kali ini jugadilanda hujan deras yang menyebabkanterjadinya longsor. Tanah bercampurbebatuan tak ayal menutup jalan danmenghantam kendaraan yang terjebak diKM 8 arah timur Ruteng, KabupatenManggarai, NTT, hari Minggu (22/1).Seperti diberitakan Kompas (23/1),sedikitnya empat orang tewas dan 13 orang menderita luka-luka terimbun bebatuan dan lumpur.Sejumlah media memberitakan berbagai bencana ini dalam laporan utama.Tanggapan pun bermunculan dari parapakar dan pengamat lingkungan. Selainkarena faktor alam - diantaranya curahhujan yang tinggi - bencana banjir danlongsor ini pun tidak lepas dari faktorulah manusia.Mengutip pernyataan Gubernur Jatim,Imam Utomo, harian Surya (12/1) menulis, penyebab banjir bandang di Jemberadalah akibat illegal logging. Ini seiramadan senada dengan pernyataan mantanSekjen Dephutbun Soeripto. Dia menyebutkan, selain illegal logging juga karenaalih fungsi hutan. Yakni konversi hutanmenjadi kawasan perkebunan dan pertanian. Faktor kemiringan lahan yangmencapai 45 derajat menambah kerentanan terjadi longsor.Anggota Komisi VI DPR Choirul Sholeh Rasyid menyatakan penggundulanhutan sudah berlangsung bertahuntahun. Tapi sulit dilacak atau tidak pernahada penegakan hukum yang tegas. Karenanya tidak heran jika bencana banjirdan longsor datang silih berganti.Guru Besar Emeritus Ekologi Unpad,Otto Soemarwoto di harian Kompas (7/1)menulis, terjadinya bencana banjir danlongsor ini bisa dikurangi dengan memperbaiki lahan kritis.Selama ini memang telah dilakukanpenghijauan dan reboisasi. Namun lahankritis bukannya berkurang tetapi malahmenjadi semakin luas.Soemarwoto menyebutkan ada tigafaktor yang menjadi penyebabnya. Pertama, karena ada oknum pejabat yangpura-pura tidak tahu ada penebanganhutan untuk mendapatkan kayu danmenanam sayuran yang kemudian ditadah oleh oknum-oknum di kota. Kedua,kegagalan reboisasi dan penghijauankarena dilakukan pada waktu yang tidaktepat. Misalnya anggaran baru cair padamusim kemarau dan bibit yang ditanammasih kecil sehingga banyak yang mati.Ketiga, kemiskinan yang diperparah olehpembangunan yang tidak prorakyat.Seperti pembangunan jalan tol, industridan pemukiman yang memarjinalkanrakyat miskin. Mereka yang tergusur inihanya punya dua pilihan, naik gunungdan membabat hutan untuk menanambahan pangan atau bermigrasi ke kotamenjadi pengamen, pengemis, pedagangkakilima dan penghuni rumah reot dibantaran sungai dan kolong jembatan.Dia juga mempertanyakan mengapabangsa ini tidak mau belajar dari pengalaman dan melakukan pengelolaan resikodengan baik. Mengapa yang kita lakukanpenanggulangan bencana, bukannyausaha preventifnya ? Karena motivasimendapatkan proyek kah ?Lebih SeriusJonatan Lassa, alumnus University ofEast Anglia, Inggris (Kompas, 9/1)Indonesia di awal tahun 2006 ini kembali diterpa bencana.Derasnya curah hujan menyebabkan longsor dan banjirbandang di berbagai daerah. Korban pun berjatuhan.BANJIR LAGI, BANJIR Regu penolong melakukan penggalian untuk mBanjarnegara, Jawa Tengah dengan menggu naditemukan berjumlah 34 orang tewas.KORAN TEMPO
                                
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48