Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 10
P. 44
44 BERITAINDONESIA, 6 April 2006BERITA EKONOMIIa memberi solusi yang sama puladengan soal beras, lakukan sajaimpor gula untuk mengatasi kartelperdagangan gula di dalam negeri.Ceritanya bermula dari tahun 2002, saatpara petani mulai merasakan kenikmatanharga gula yang secara perlahan membaik.Petani lalu terdorong memperluas arealtanaman tebu. Produksi yang melimpahberhasil menyelamatkan sejumlah pabrikgula, yang semula sedang mati suri danhendak tutup karena penurunan pasokantebu.Direktur Utama PT Pabrik Gula (PG)Radjawali II, Bambang Prijono, di Cirebon,dan Direktur Produksi PT PerkebunanNusantara (PTPN) X, Adi Prasongko, diSurabaya, kepada Kompas (4/2) mengakui, karena harga gula yang rendah dibawah Rp 2.600/kg sempat membuatpetani enggan menanam tebu.Tetapi sejak tiga tahun lalu pemerintahturun tangan mengatasi dengan membuattata niaga baru, yang akhirnya berhasilmendongkrak perbaikan harga gula.Setelah harga gula membaik muncul lagipersoalan lain. Disinyalir terdapat kartelperdagangan gula dalam negeri yangmenguasai keseluruhan peta perdagangan,sehingga harga gula melejit sedemikianrupa tingginya. Harga gula di beberapadaerah ada yang mencapai di atas Rp6.000/kg, meski laju kenaikannya relatifstabil.Dewan Gula Indonesia (DGI), memang,sudah menetapkan harga dasar gula(HDG) menjadi Rp 4.800-5.275/kg. Namun pelaku industri makanan dan minuman, termasuk pelaku usaha kecil menengah menilainya masih terlalu tinggi,sebab harga ritelnya di pasaran bisa-bisamencapai Rp 7.400/kg.Mereka beralasan, ketika 20 April 2005lalu DGI menetapkan harga dasar gula Rp3.800/kg, buktinya harga di tingkatkonsumen mencapai Rp 5.300-5.600/kg.Ada selisih lebih mahal Rp 1.500-1.800atau 40%-48%/kg.Dengan perkiraan terdapat selisih dalampersentase yang sama, jika diambil kompromi HDG Rp 5.000, ini harga tengahdari usulan pedagang yang Rp 4.800/kg,dan usulan petani yang Rp 5.275/kg, maka,harga gula di tingkat ritel dipastikan akanterdongkrak pada kisaran Rp 7.000-7.400/kg.Bahkan, Ketua Komisi VI DPR RI, DidikJ. Rachbini menyebut angka itu masih bisamelonjak lagi. “Sebab, harga gula duniaakan terus tinggi. Apalagi sistem perdagangan gula kita begitu solid. Sangatsedikit pedagang di rantai pertama, tentuitu mendorong aksi tahan stok,” ujarpolitisi asal Partai Amanat Nasional(PAN), ini.Sindikat InternasionalWapres Jusuf Kalla mengakui adanyakartel yang, kemudian mendongkrakkenaikan harga gula. Bahkan, “Kartelmerupakan tipikal perdagangan gula sejakdulu,” sebutnya.Pernyataan Kalla menjadi unik sebab iamemberikan solusi yang sama sepertikasus beras, yaitu mempercepat imporgula untuk menambah pasokan gula dalamnegeri. Katanya, impor dilakukan transparan melalui mekanisme yang terbuka.“Untuk melawan itu semua, harus dibukakeran impor,” ujar Kalla di Jakarta,sebagaimana dikutip koran Investor Daily(4-5/2).Senada dengan Kalla, hasil kajian awalKomisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)juga menyebut besar kemungkinan terjadikartel perdagangan gula di dalam negeri.Kartel bersifat oligopolis karena dikuasaibeberapa pengusaha.Sayangnya KPPU tak mau menyebutsiapa saja nama-nama pengusaha oligopolis dimaksud. KPPU hanya membawabawa lembaga Komisi VI DPR, yangmenurut Ketua KPPU Syamsul Maarif secara eksplisit pernah menyebutkan namanama perusahaan yang diduga termasukdalam oligopoli perdagangan gula.Hingga saat ini KPPU baru akan menyelidiki dugaan adanya kartel dalam perdagangan gula pasir di Indonesia. Pernyataanyang hampir senada kembali diulangSyamsul Maarif, saat bersama hampirsemua pemangku kepentingan (stakeholder) pergulaan, kecuali pedagang,mengadakan dengar pendapat masalahpergulaan nasional di Jakarta (InvestorDaily, 15/2).Syamsul menyebut akan menganalisahasil pertemuan, apakah nantinya menjadiperkara, atau dimonitor terlebih dahulu.“Itu semua tergantung analisis kami,karena bisa saja berupa monitoring,” kataSyamsul.Ketua Asosiasi Pengusaha Gula danTerigu Indonesia (Apegti), Natsir Mansyur, menduga kartel gula Indonesiadikendalikan oleh sebuah kelompok yangtergabung dalam asosiasi dunia. Ia mendasarkannya atas harga gula yang sangattergantung importir tertentu, dan hargapasar internasional.Indikasi lain, setiap dilakukan tenderimpor selalu dipersyaratkan peserta harusmerupakan anggota The Sugar Associationof London. Syarat ini menutup kesempatan bagi perusahaan dalam negeri untukikut meski mereka bisa menyediakan guladengan harga lebih rendah.“Buktinya, yang ikut tender perusahaanperusahaan itu saja baik tender yangdilaksanakan importir terdaftar maupunoleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan Perum Bulog,” ujar Natsir.Bulog sendiri dinyatakan gagal melaksanakan tender pengadaan gula, setelahperusahaan-perusahaan lain yang mengikuti tender juga didiskualifikasi karenatidak memenuhi syarat.Adalah Dirjen Perdagangan DalamNegeri, Ardiansyah Parman, yang mengumumkan langsung tentang Bulog tidakberhasil melaksanakan tender karenatidak memenuhi syarat sehingga didiskualifikasi. Bulog merencanakan imporgula untuk keperluan stok penyangga(stock buffer). Namun, Ardiansyah memastikan kegagalan Bulog tidak akanmengganggu ketersediaan gula di dalamnegeri, kalau dilihat dari perhitunganrencana produksi pada bulan April 2006ini.Gula bukanlah beras namun keduanyamemiliki kesamaan dalam persoalan. Pihakyang berkepentingan pun agaknya tak jauhjauh amat. Apakah gula mengalami prosespolitik yang sama dengan beras, siapa punbelum bisa memastikan.■ HTRasa Gula Tak Lagi ≈Manis∆Setelah berhasil mengatasi keberatan sejumlah kalangan,termasuk anggota parlemen di DPR RI soal impor beras, WakilPresiden Jusuf Kalla beralih mengomentari soal tata niaga gula.SYAMSUL MAARIF