Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 13
P. 28
28 BERITAINDONESIA, 18 Mei 2006UTOMO DANANJAYAMas Tom “The Living Bridge”adalah judul buku biografimenandai genap 70 tahunusia tokoh pembarupemikiran Islam Indonesia,Utomo Dananjaya. Utomomempunyai peran strategisdiantara berbagaiekstrimitas pemikiranyang saling berbeda.MENJEMBATANI PEMBARUAN♦keras, dan dicatat sebagai pidato yang paling bersejarah dalam dinamika perkembangan Islam di tanah air. BahkanProf. William Liddle, seorang Indonesianis dari The Ohio State University,AS, turut menilai pidato itu sebagairevolusi yang telah mengubah dunia kaumMuslim Indonesia. (Majalah Tempo, 11September 2005).Usai pidato itu, Utomo serta-mertamenjadi turut sebagai bagian dari suatupergerakan yang dikenal sebagai pembaruan pemikiran Islam. Momentuminilah yang telah menyeret aktivis yang,ketika masih muda sangat begitu militandan berobsesi sekali untuk ingin mendirikan Negara Islam, terjun ke kancahpergulatan dakwah Islam yang tidak biasa.Utomo mulai mewartakan hal-hal yangmelawan pandangan umum, menggugatinterpretasi monolitik atas Islam, dankarena itu oleh banyak orang pikiran dangagasannya dinilai sebagai “kesesatan”.Utomo secara elok mengambil peranmengawal gagasan pembaruan pemikiranIslam yang ditabuh oleh Nurcholish.Bukan hanya mengawal, menjadikannyaBERITA TOKOHpula sebagai suatu gerakan yang terencana, sistematis, dan dilembagakan.Kelak, persahabatan keduanya tersaksikan emosional sekaligus intelektual yangsangat produktif.Dari persahabatan keduanya ini pulalahlahir Paramadina, sebuah lembaga pencerahan yang mempromosikan ide-idekebebasan berpikir, keterbukaan, toleransi beragama, dan tesis-tesis tentangbagaimana membangun peradaban Islamyang inklusif.Paramadina adalah eksperimentasiUtomo atas gagasan pembaruan pemikiran Islam, yang sudah dilontarkanNurcholish sejak awal 1970-an. Karenaitu, bagi banyak orang Paramadina adalahNurcholish dan Utomo.Dari Majelis ReboanSyahdan, sebuah kelompok pengajianbernama Majelis Reboan terbentuklahpada tahun 1983, sebagai sebuah duniayang lain lagi bagi Utomo.Sejak pembentukannyaUtomo terlihat sudah terlibat aktif, di Majelis yangsesungguhnya tak lebih sebagai tempat kumpulkumpul sejumlah kalanganintelektual, aktivis, praktisipolitik, hingga kelompokprofesional dan bisnis.“Di sini prinsipnya kitahanya mengaji saja, tapibukan baca Yasin atau ceramah melainkan diskusidengan niat lillahi ta’ala,”kata Utomo, sebagaimanatertuang dalam buku “MasTom The Living Bridge”,karya seorang penulis sekaligus intelektual mudaAhmad Gaus AF.Pada mulanya Majelis Reboan didirikan dengan semangat untuk memperlebarruang kebebasan publik,termasuk kebebasan berbicara yang pada masa itu(dekade 1980-an) sulit ditemukan. Wilayah civil society nyaris habis, dan sebagian besarkekuatan masyarakat terkooptasi olehrezim. Elemen-elemen kekuatan Islammerunduk di bawah tanah, lantaran rezimMemiliki nama yang takkalah populer dengansahabat karibnya, Nurcholish Madjid (Almarhum), atau Cak Nur,sosok Utomo Dananjayamemang sangat lekat dengan cendekiawan muslim yang meninggal 29 Agustus 2005 itu.Sampai-sampai situs internet www.tokohindonesia.com harus mendokumentasikan, bahwa Cak Nur, ikon pembaruan pemikiran dan pergerakan IslamIndonesia, setelah melafalkan nama Allahlalu menghembuskan nafas terakhir persisdi sisi istri, anak, menantu, dan Utomosebagai satu-satunya ‘orang lain’ di luaranggota keluarga.Saat ini, Utomo menjabat DirekturIntitute for Education Reform Universitas Paramadina. Utomo yang pada periodetahun 1967-1969 menjabat sebagai KetuaUmum Pengurus Besar (PB) Pelajar IslamIndonesia (PII), memulai kedekatanhubungan pribadi dan pemikiran, tentanggerakan keislaman yang mantap denganCak Nur sejak awal tahun 1970-an.Saat itu Utomo, Humas dan ManajerPublisiti TIM, mengusulkan nama Nurcholish kepada Komisi Sastra DewanKesenian Jakarta (DKJ), yang sedangdipimpin oleh budayawan Umar Kayam(Alm), untuk berbicara di forum TIM, dandisetujui pula.Nurcholish Madjid, tokoh pluralis yangdikenal memiliki pemikiran keagamaanyang progresif, saat itu serta-merta tampildengan menghentak publik dalam sebuahorasi tentang Pembaruan Pemikiran Islam.Pidato itu sontak menyulut polemikUTOMO DANANJAYA