Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 13
P. 23


                                    BERITAINDONESIA, 18 Mei 2006 23yang mengajar IPA misalnya itu takmengalami kesulitan karena mereka sudahterbiasa dengan sistem penilaian yangberproses sesuai dengan tuntutan KBK.“Dan bagi guru yang belum memahamisepenuhnya memang agak kesulitan,namun proses ke arah tersebut sudahmulai dilakukan,” kata Dewi.Kepala SMA Negeri 2 Depok, JawaBarat, Jasni Evawati, pun menilai Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensicukup baik. Sayangnya, sosialisasi KBKkepada kalangan guru relatif belum maksimal.Menunjuk pengalaman penerapan KBKdi sekolah yang dipimpinnya, Jasni mengaku sudah berjalan baik meski masihterdapat kekurangan di sejumlah aspek.“Memang harus diakui kendala danadan fasilitas selalu ada. Apalagi kurikulumini menuntut guru sedapat mungkinmenggali potensi yang dimiliki siswa. Tapijangan dengan alasan itu, kita tidakberupaya untuk membuat perubahan,”tandas Jasni Evawati.Dia juga memahami, KBK mengisyaratkan kepada sekolah untuk menentukansendiri sesuai dengan kemampuan dankondisi sekolah bersangkutan, tentudengan mengacu pada standardisasikompetensi dan isi yang ditetapkan pemerintah.Lepas dari hal normatif itu, Jasni mengungkapkan adanya kesulitan awal yangditemui para guru dalam menerapkanKBK, terutama pada saat melakukanpenilaian pada siswa.Selama ini guru biasanya memberikannilai berdasarkan ulangan harian danulangan umum. Tapi, dengan sistem KBK,guru harus memberikan nilai setiap saatbertatap muka dengan siswa. Ini memangtugas baru bagi guru. Apalagi, jumlahsiswa setiap kelas yang terlalu padatmenyulitkan penilaian.“Jumlah siswa 40 orang perkelas memang sedikit merepotkan guru dalammemberikan penilaian secara teliti padasetiap siswa dengan keterbatasan waktuyang hanya 45 menit untuk setiap matapelajaran. Idealnya memang dalam satukelas itu diisi 20-25 anak. Ke depan angkatersebut barang kali bisa dicapai,” ujarnyapenuh harap.Untuk dicatat, SMA 2 Depok kini dipilihsebagai sekolah percontohan (pilot project) menuju sekolah unggulan yangbertaraf internasional. “Mudah-mudahanjalan menuju ke sana segera tercapai, danitu sudah kami programkan,” ucap Jasnikepada Berita Indonesia.Uji Coba KBKPemerintah sebenarnya telah mengujicobakan KBK di sekolah-sekolah tertentu di kabupaten/daerah di seluruh Indonesia. Untuk Jakarta saja, di tingkatSMU, ada 89 SMU percontohan –yangsecara terbatas telah melaksanakan KBK.Menurut Depdiknas, banyak kendala yangmenghadang pelaksanaan KBK.Bagaimana evaluasi akhir dari proyek ujicoba tersebut? Dalam laporan investigasinya Februari-Maret 2006,–Kompasmenggambarkan bahwa ternyata hasil ujicoba KBK relatif kurang memuaskan.Dua kendala utama adalah komponenfasilitas penunjang pembelajaran (ruangkelas, laboratorium, perpustakaan, bahanajar, dan sarana komunikasi) dan komponen mutu pendidik (minimnya pemahaman guru terhadap konsep KBK).Benarkah demikian kenyataannya? Dariaspek substansi isi, seperti dituturkanHisyam Zaini Afni, Wakil Kepala UrusanKurikulum SMA Negeri 46 Jakarta, masihterlalu membebani dan tidak mudahditerapkan secara ideal. Apalagi, materinya juga tidak lebih ramping bahkan lebihbanyak dari Kurikulum 1994.Zaini mencontohkan, pada Kurikulum1994, untuk tingkat awal SMU ada 12-13mata pelajaran. Tapi, ternyata, pada KBKjustru bertambah menjadi 16 mata pelajaran.Lain lagi dengan pengalaman di SMANegeri 35 Jakarta Pusat. Kata Tuti Rahmani, Wakil Kepala Bidang Kurikulum,sejak ada KBK suasana kelas memanglebih dinamis karena siswa dituntut aktifberdiskusi.Hanya, “Secara materi lebih sulit karenasiswa dituntut menguasai konsep-konsepsecara tuntas dan mampu menganalisismasalah. Soal ulangan di sekolah punberubah menjadi lebih analisis meskiberbentuk pilihan berganda,” jelasnya.Lagi-lagi pengalaman Yulma, WakilKepala SMP Negeri 19, Kebayoran JakartaSelatan –-salah satu sekolah uji coba KBK.Yulma mengatakan pihaknya hampir tidakmenemukan kendala sebab para guru yangberjumlah 65 orang sejak awal sudahdiberi penyadaran untuk melakoni pembelajaran dengan berorientasi pada tigaaspek yaitu, kongnitif, psikomotorik, danafektif. ■ SB, AFGuru yang sedang membimbing anak belajar kelompok dalam kelas
                                
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27