Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 13
P. 22


                                    22 BERITAINDONESIA, 18 Mei 2006BERITA UTAMAMeskipun letaknya di tengahkampung, suasana SMPNegeri 35 Jakarta Timurtampak asri dan teduh.Tak aneh, keceriaan selalumenghiasi raut wajahsiswa dan guru sekolah di kawasan Condetitu.Tatkala Berita Indonesia mengunjungisekolah tersebut pada Selasa (25/4) sore,sekelompok siswa kelas satu sedangmengikuti pelajaran Biologi secara berkelompok.Dengan tekun mereka menyimak arahanibu guru yang berdiri di depan kelas. Taktampak sedikitpun kesan ‘terbebani’ padasiswa-siswi tersebut dengan model pengajaran yang diterapkan sang guru.Agaknya, suasana belajar-mengajar ituadalah salah satu metode guru dalammenerapkan tuntutan Kurikulum 2004alias KBK. Sang guru rupanya merasadituntut harus bisa menciptakan suasanagembira dan ceria pada anak didiknya.Benarkah sekolah dan guru ‘menikmati’tuntutan standar yang ada pada KBK?Dalam penuturannya kepada Berita Indonesia, M. Husin, S.Pd, Kepala SMP Negeri35, mengaku bahwa sesungguhnya KBKbagus. Hanya, masalahnya perlu dukungan sarana dan prasarana serta bukuyang memadai.Dia mencontohkan pengadaan bukupelajaran. “Sekarang harga bukunya sajamencapai Rp 25.000 perbuku. Kalau ada15 kelas dan katakanlah dalam satu kelasada 40 siswa, bisa dihitung sendiri totalnyaberapa,” ujar Husin.Di sisi lain, merujuk program sekolahgratis dari pemerintah maka pihak sekolahtidak diperkenan memungut biaya apapunkepada siswa. Dia juga mengakui, pemerintah memang mengucurkan danasebesar Rp. 100 ribu persiswa setiapbulannya.Namun, dana itu bukan untuk pengadaan buku melainkan untuk seluruhkegiatan mulai dari proses belajar mengajar, kegiatan ekstra kurikuler, sampaibiaya perawatan dan operasional lainnya.“Kurikulum KBK itu kan mengacu padabagaimana siswa dan guru berkompetensisecara dua arah. Kalau gurunya kreatiftidak ada masalah karena sistem penilaianpada KBK berproses pada saat guruberinteraksi dengan siswa di kelas,”paparnya.“Saat itu guru langsung memberikanpenilaian meski itu tidak diketahui si anakdidik. Sebaliknya, bila guru tidak pedulidia justru akan kebingungan saat tahappenilaian. Ke mana nilai itu akan dimasukkan. Dan inilah yang dialami oleh banyakguru.”Padahal, dari tatap muka itulah, gurudapat menilai sejauh mana kemampuandan daya serap anak-anak didiknya.Misalnya, dari pelajaran Bahasa Indonesia saja ada empat komponen penilaian:membaca, menulis, mendengarkan, danberbicara. Belum lagi, faktor terlalubanyaknya jumlah siswa dalam satu kelassehingga menyulitkan proses penilaiananak peranak oleh guru.Tri Murni, guru Biologi SMPN 35,memahami tujuan ideal KBK untuk menggali potensi anak secara utuh. Penilaiannyadiambil melalui proses belajar secara terusmenerus dengan pengalaman belajar siswasecara individu dan klasikal. Konsekuensinya, seorang guru dituntut untukbisa melakukan penilaian secara utuhkepada siswa, dengan tidak hanya melihatdari satu sisi (kekurangan siswa), tapi dariberbagai sisi atau dari kemampuan lainyang dimilikinya.Berdasarkan pengalamannya menerjemahkan tuntutan KBK, Tri Murni menjelaskan, “Untuk bisa melakukan itu guruharus mampu melakukan pendekatanyang bervariasi agar bisa menciptakankondisi belajar yang menyenangkan sehingga pada akhirnya secara psikologisanak mampu berpikir positif (positif thinking).”Menurutnya, ada empat syarat pentingagar KBK efektif diterapkan. Pertama,dalam satu kelas cukup 20-25 siswa.Kedua, sekolah hanya satu shift. Ketiga,sarana dan prasarana pendukung disekolah memadai. Keempat, kondisi guruyang baik secara intelektual dan psikologis,tanpa beban, saat berhadapan dengananak didik.“Kita tidak dapat mengatakan Kurikulum 2004 sebagai penyempurnaan darikurikulum 1994 atau Kurikulum 2006sebagai perbaikan Kurikulum 2004 lebihbagus ataupun lebih jelek. Yang terpenting, bagaimana kurikulum itu bisaditerapkan secara optimal. Apalagi tujuanpemerintah memang bagus dengan terusmemacu kreativitas bukan hanya padaanak tetapi juga pada guru,” lanjut TriMurni.Wakil Kepala SMPN 35, Dewi Ariertin,berpendapat senada. Menurutnya, KBKmenuntut guru lebih kreatif. Bagi merekaKBK di Mata ‘Orang Sekolah’Tujuan KBK sangat dimengerti dan dipahami komunitas sekolah.Tapi tidak efektif diterapkan akibat terbatasnya saranapendukung di sekolah dan lemahnya pemahaman guru.M. Husin Kepala SMP 35 CondetJasni Evawati Kepala SMA 2 DepokFOTO-FOTO WILSON EDWARD
                                
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26