Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 15
P. 44


                                    BERITA NASIONAL44 BERITAINDONESIA, 22 Juni 2006Pertama, Pidato Politik PresidenSusilo Bambang Yudhoyonopada Peringatan Ke-61 HariLahir Pancasila di Jakarta Convention Center, Kamis (1/6/2006). Situs internet TokohIndonesia (www.tokohindonesia.com)memaknai pidato berjudul “Menata Kembali Kerangka Kehidupan BernegaraBerdasarkan Pancasila” ini sebagai Pandangan Presiden SBY tentang Pancasila.Pancasila yang dimaksud Presidenadalah Pancasila sebagai falsafah danideologi terbuka, bukan dogma statis yangmenakutkan. Presiden, yang mengajakpenyelenggara negara menata kembalikerangka kehidupan berbangsa, berpandangan, Pancasila masih tetap relevan danjuga masih tetap menjadi kerangka dansumber inspirasi dan solusi menghadapipermasalahan kebangsaan dewasa ini.Presiden mengatakan, kita merasakan,dalam delapan tahun terakhir ini, ditengah-tengah gerak reformasi dan demokratisasi yang berlangsung di negeri kita,terkadang kita kurang berani, kita menahan diri, untuk mengucapkan kata-katasemacam Pancasila, Undang-UndangDasar 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika,Wawasan Kebangsaan, Stabilitas, Pembangunan, Kemajemukan dan lain-lain.Karena, bisa-bisa dianggap tidak sejalandengan gerak reformasi dan demokratisasi. Bisa-bisa dianggap tidak reformis.Sebelum pidato Presiden advokat seniorTodung Mulya Lubis membacakan Maklumat Keindonesiaan hasil deklarasi 17tokoh. Dalam Maklumat Keindonesiaandisebutkan, Pancasila bukanlah wahyudari langit. Ia lahir dari jerih payah dalamsejarah. Ia tumbuh dari benturan kepentingan, sumbang-menyumbang gagasan,saling mendengar dalam bersaing danberembuk. Ia mengakui perbedaan manusia dan ketidaksempurnaannya. Ia tidakmenganggap diri doktrin mahabenar.Tetapi justru itulah sebabnya kita menegakkannya, sebab kita telah belajaruntuk tidak jadi manusia yang menganggap diri mahabenar.Gumilar R Soemantri, Ketua Panitiamenyebutkan peringatan ke-61 lahirnyaPancasila dilakukan atas dasar kerisauanakan tanggalnya visi bangsa ke depan danmenipisnya rasa”“kekitaan” sebagai Indonesia yang majemuk, berbeda tetapi tetap satu.Curhat BudayaPeristiwa kedua “Curhat Budaya &Karnaval Budaya Pancasila Rumah Kita”,diselenggarakan oleh Aliansi BhinekaTunggal Ika, berlangsung di Hotel Nikko,Jakarta 1-2 Juni. Sejumlah tokoh turutdilibatkan memberikan curahan isi hatinya (curhat) untuk menjadikan Pancasila“rumah kita” yang menyejukkan.Acara dilanjutkan pada hari Sabtu 3 Junipawai karnaval budaya bermula darilapangan parkir Taman IRTI Monas,menuju Semanggi, lalu berputar arah dandiakhiri acara puncak di Bundaran HotelIndonesia (HI).Aliansi Bhineka Tunggal Ika mengusungbendera “Menolak Penyeragaman Budaya.” Namun Ketua Panitia Ratna Sarumpaet menyebut acara curhat tak dimaksudkan untuk mengkritisi RancanganUndang-Undang Anti Pornografi danPornoaksi (RUU APP).Akan tetapi tercetus juga pernyataan isihati Ratna, saat menanggapi curahan hatiseorang peserta, bahwa banyak pihak yangmenolak RUU APP tak memahami apa isidan substansi RUU yang sesungguhnya.Demikian pula mereka yang mendukung,belum mengerti penuh dan membaca pasaldemi pasal.Ratna menyebutkan wajar setiap gejalaperilaku yang diperkirakan akan merusakperlu segera dilindungi dengan membuatundang-undang. Namun ada dua pasaldalam RUU APP yang membuat rasakemanusiaan Ratna tergores, yakni bunyipasal yang menyebut larangan menyetubuhi mayat dan binatang.Ratna bertanya, sudah sedemikianparahkah kecenderungan perilaku masyarakat Indonesia, hingga bunyi laranganitu harus dimunculkan. Ratna menyerukan semua peserta untuk ramai-ramaimenyurati lembaga DPR RI, sebagai bahanpertimbangan apakah akan mengesahkanatau menolak RUU APP.Budayawan Toety Herati saat curhatmenyebut sudah pas menempatkan ideologi Pancasila sebagai ‘rumah kita’. Pancasila tak perlu disakralkan, dan Pancasilabukan telah gagal dalam pelaksanaantetapi kita semualah yang telah gagalmengaplikasikan nilai-nilai Pancasila.Pancasila bukan berbentuk materiil tetapiimajinasi kita untuk membentuk wawasandalam memandang cita-cita sebagai sebuah bangsa.Pancasila sebagai dasar negara, kataToety merupakan pusat orientasi budayabangsa Indonesia yang mencerminkankeanekaragaman budaya. Itulah keunikanbangsa kita bila dibandingkan dengannegara lain, yang mampu menyatukanbangsa Indonesia dari keanekaragaman,agama, budaya, bahasa, suku atau adatistiadat.Kepada Amron Ritonga dari Berita Indonesia Toety menyebutkan, dirinyasangat mensyukuri nikmat yang diberikanTuhan atas keberagaman budaya bangsaIndonesia ini. ■ HT/AMCurhat MencariJatidiri BangsaDua peristiwa menonjol menandai peringatan 61 tahun Hari LahirPancasila (1 Juni 1945-1 Juni 2006).
                                
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48