Page 34 - Majalah Berita Indonesia Edisi 16
P. 34
LENTERA34 BERITAINDONESIA, 6 Juli 2006Dari situlah asal visi, misi dan ambisiyang saya sempat amati di Al-Zaytun:bahwa ada upaya mendirikan fasilitaspendidikan modern yang maju dancanggih dan terbuka, tapi di dalamnyaada visi dan misi moral yang sesuaidengan tantangan modern.Ada tiga tantangan yang saya kira merupakanbagian dari zaman modern yang ingin sayautarakan secara singkat pada kesempatan ini.Tapi hanya seadanya, “sa’mene wae. Maturnuwun lan nuwun sewu boso Jawa kula mbotenalus maneh” (hanya seadanya, terima kasih danminta maaf bahasa Jawa saya tidak bagus lagi).Sudah terlalu lama saya tidak lagi berbahasa Jawatapi kalau saya dengar lagu dan musik Jawa, sayaselalu ingat pada saat saya di Malang dan Yogya,karena begitu manis buat saya. Ketiga tantanganitu adalah modernisasi, pluralisme dan pendidikan.Tesis sekulerisme penghapusan agama (bahwasemakin modern masyarakat semakin sekuleris)itu salah. Justru sebenarnya, agama itu malahsuatu kebutuhan di zaman modern ini. Pluralismemerupakan satu ciri pokok dari dunia kita.Pluralisme tidak hanya menyangkut isu etnis danagama tapi menyangkut seluruh kehidupan kita.Dan yang paling punya makna dalam menghadapi pluralisme dalam artian luas adalahpendidikan.Modernisasi SekulerisPertama, tantangan modernisasi. Tantanganyang sering dibicarakan sejak abad XIX baik didunia Barat maupun dunia Muslim. Salah satuciri zaman modern itu, pada suatu ketika, selamabeberapa dasawarsa di Barat terutama ada kesan,kesimpulan yang menegaskan bahwa semakinmodern masyarakat semakin sekuleris. Tapibukan sekuler yang sesuai dengan pengertian CakNur. Ketika saya belajar dari Nurcholis Majiddalam kata dan gagasan itu ada pendekatansemacam yang sangat tepat bahwa sekuler tidaksama dengan sekuleris yang diramalkan olehsebagian pemikir Barat.Pada akhir abad XIX dan awal XX merekamengatakan bahwa kalau mau modern harustidak beragama. Paling sedikit imanmu harusberkurang, harus dijadikan menjadi tidaksignifikan, tidak begitu bermakna untuk kehidupan umum, bersama dan untuk kehidupansebagai muamalah. Dalam hal itu, saya termasukorang yang sejak dulu dibesarkan di kalanganagamis, saya selalu punya kesan yang sedikit tidakenak dengan tesis sekulerisasi ini. Tapi pada suatuketika, walaupun saya tidak setuju dengan tesisitu, mungkin itu betul dan mungkin sejarahberalih seperti itu, berarti semakin modern kitasemakin tidak agamis.Dalam hal ini saya kembali kepada tantanganmodern yang kita hadapi sebagai salah satupelajaran. Dari pelajaran yang kita peroleh daridunia modern Muslim, kalau ada daerah atauwilayah dan peradaban di dunia ini yang modernOleh: Prof Dr Robert W Hefner*Kita tinggal di dunia yangpenuh godaan, tantangan dankesempatan. Kita sebagaisesama manusia selalumenghadapi semua hal itu.Pada zaman modern ini, entahitu sebagai Kristen, Muslimatau Hindu, kita sebagaimanusia pada zaman yangsama tentu saja menghadapitantangan yang sama.ZamanTiga TaFOTO- FOTO DOK. TI