Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 16
P. 37
(LENTERA)BERITAINDONESIA, 6 Juli 2006 37terbesar yaitu PD II. Dan sebelumnya,orang yang disebut Kristen keluar dariEropa Barat dan menjajah ke seluruhdunia termasuk juga dunia Muslim. Kitalihat pengalaman itu, apakah ada jiwaegaliter? Kadang-kadang, ada seorangyang menggagas egaliter, demokrasi, danfreedom tapi praktiknya lain. Kita harusbersifat kritis dan menghadapinya. Itulahjiwa modernis. Maka harus ada upaya modernisasi, tapi bukan memperbaharuiagama Islam. Tapi memperbaharui pendidikan agar sesuai dengan tantangankita.Saya kira itu bagus, kita yang datangdari luar Al-Zaytun memang baik datangke Al-Zaytun supaya kami diingatkanbahwa di sini dan beberapa tempat lainIndonesia ada orang yang meneruskandan menggalakkan jiwa modernis danmemperbaharui sistem pendidikan untukmenghadapi tantangan pluralisme yangbegitu majemuk dan rumit.Saya salut kepada Bapak AS PanjiGumilang dan kepada saudara-saudaraAl-Zaytun. Saya berdoa atas upaya Andayang begitu cemerlang bisa berhasilkarena keberhasilan itu dibutuhkan Indonesia. Tapi tidak hanya Indonesia, jugadunia kita karena dunia kita penuhtantangan dan konflik. Saya kira AlZaytun dengan dipimpin Syaykh PanjiGumilang telah memberikan kita pelajaran dan juga alat menghadapi tantanganini.Prof Dr Robert W Hefner adalah Peneliti Islam Indonesia. Sejak tahun 1977,Guru Besar Antropologi Universitas Boston, Amerika Serikat yang fasih berbahasaIndonesia, Jawa dan Perancis ini rajinbolak-balik Amerika-Indonesia mengajarsebagai dosen tamu di Universitas GajahMada (UGM) sambil terus giat melakukanpenelitian-penelitian. Ia dikenal mempunyai pengetahuan yang luas tentang Islam dan Indonesia.Ia pertama kali datang ke Indonesiapada tahun 1977 dalam rangka melakukanpenelitian di Jawa Timur tentang prosesislamisasi di Jawa Timur dari sudut kultur,sosiologi, dan ekonomi pedesaan selamatiga bulan. Setahunkemudian, penelitiankembali dilanjutkanselama dua bulan. Penelitiannya ini dibiayai oleh lembaga ilmupengetahun AS bernama National ScienceFoundation.Selesai melakukan penelitiannya, priayang biasa disapa Pak Bob ini rupanyatidak selamanya meninggalkan Indonesia.Ia tetap rutin datang ke Indonesia baikdalam rangka tugas atau melakukanpenelitian. Antara tahun 1978-1980, iamengajar di Jawa Timur selama duasetengah bulan dan di UGM selama duaminggu secara intensif. Empat jam perhari selama enam hari per minggu selamadua minggu. Ia mengajar di jurusanAntropologi dengan fokus agama Islamdan masyarakat Jawa dalam tinjauanantropologis.Pada tahun 1985 ia kembali lagi ke JawaTimur dan berafiliasi dengan UGM,kampus yang sering mengundangnyamenjadi dosen tamu. Kemudian, antaratahun 1991-1998 ia tidak menetap di Indonesia namun datang tiap tahun selamasatu bulan melakukan riset di Jakartatentang beberapa hal tentang Islam danperubahan sosial di kalangan elit.Ia sempat meneliti ICMI sehingga bisamengenal beberapa tokoh penting seperti Habibie, Nurcholish Madjid, dan sebagainya.Tahun 1999 ia kembalilagi mengajar di Fakultas Sospol UGM sekaligus melakukan risettentang pluralisme ataskerjasama dengan duaorang rekannya yaituRizal Panggabean dariUGM yang berlatarbelakang Muhammadiyah dan Mokhtar Mesu, orang independen berlatar belakang NU namunberafiliasi lebih ke Muhammadiyah. Dalamkurun waktu 1999-2001, ia bekerjasamadengan Lembaga Kajian Islam dan Sosial(LKIS) di Yogyakarta melakukan penelitiandan program pelatihan seputar pluralismedan perdamaian.Ia pernah ke Indonesia atas kerjasamadengan Departemen Luar Negeri AS dandepartemen Agama RI. Tahun lalu iadatang sebagai sarjana senior dari StateDepartement dan mengunjungi pesantrenpesantren di Indonesia. Tercatat ia sudahmengunjungi lebih dari 70 pesantren diIndonesia. Prof Dr Robert W Hefner jugatelah mengunjungi Al-Zaytun pada Kamis,6 Januari 2005.■Al-Zaytun dan beberapa tempatlain Indonesia diingatkan adaorang yang meneruskan danmenggalakkan jiwa modernisdan memperbaharui sistempendidikan untuk menghadapitantangan pluralisme yangbegitu majemuk dan rumit.