Page 35 - Majalah Berita Indonesia Edisi 16
P. 35
(LENTERA)BERITAINDONESIA, 6 Juli 2006 35sekulerisme, setelah kita lihat bangkitnya Islam tidak hanya diIndonesia tapi di negara Muslim lainnya, salah satu kenyataanyang jelas, tidak hanya untuk nonmuslim tapi juga untuk seluruhumat manusia walaupun dunia Muslim dalam hal ini adalahperintis anti sekulerisme, sebetulnya kami yang nonmuslim bisamengambil manfaat dari pengalaman peradaban Muslim. Danjuga bermanfaat, dalam arti mempunyai implikasi keilmuan,setelah kita melihat di dunia Muslim dengan bangkitnya Islam,bukan berarti benturan peradaban tapi ada suatu yang lebihdinamis.Setelah kita mengamati kejadian di dunia Islam, kita bisa lebihmelihat secara teliti di Barat, India (Hindu), China yang atheistapi belakangan ini beralih kepada yang lain. Setelah belajar daridunia Islam kita cenderung lebih terdetail di seluruh dunia dansemakin yakin bahwa apa yang terjadi di dunia Islam mungkinmempunyai ciri yang begitu istimewa.Tapi di daerah lain juga tidak seperti yang diramalkan parapemikir abad ke XIX. Buktinya agama masih bertahan, masihjalan, masih dibutuhkan karena sebagian besar dari umatmanusia merasa seolah-olah kehidupan itu tidak punya makna,tidak punya pedoman dan mungkin kehilangan moralitas tanpaagama. Ini merupakan pelajaran pertama dari Islam. Itulahmengapa banyak nonmuslim belajar dari Islam. Samuel jugaharus belajar dari Islam, jangan memakai konsep yang terlaluabstrak, yang diciptakan tanpa melihat yang ada di dunia ini.Ada fenomena yang jauh lebih menarik, kompleks, lebih kayadari pada yang dibayangkan orang semacam dia, walaupun diabukan musuh karena kita tidak perlu bermusuhan.Saya kira Al-Zaytun dalam hal ini memberikan suatu pelajaranyang cukup bermakna: “walaupun bertentangan janganbermusuhan.” Itu merupakan salah satu sumbangan dari SyaykhPanji Gumilang pada negara ini. Jadi kesimpulan pertama,bahwa tesis sekulerisme penghapusan agama itu salah. Justruyang sebenarnya, agama itu malah suatu kebutuhan di zamanmodern ini.PluralismeTantangan Kedua, kemajemukan, pluralisme. Sedikit background, kadang-kadang orang Barat itu mempunyai kesan yangsalah bahwa merekalah yang menemukan masyarakat majemuk.Sebelum Barat tidak ada masyarakat yang majemuk. Masyarakatmajemuk hanya di Barat. Ternyata kemudian ada satu gagasanbaru dan kami harus menyesuaikan diri dengan itu. Tentangmasyarakat majemuk, kalau kita membandingkan antara duniaBarat dan dunia Muslim, apalagi dengan Indonesia, kita lihatbahwa asumsi itu sangat keliru.Pluralisme pada zaman modern semakin berkembang. Tapi itu tidak diawalidi Barat dan baru kemudian negara Muslim, apalagi Indonesia. Negara Baratseperti Jerman, Prancis itu homogen:hanya satu, dua etnis saja. Kemajemukanetnis dan agama itu pun sulit diterimasampai kini. Orang Muslim di Prancismau berjilbab? Di sana tidak ada toleransi karena jilbab tidak boleh ada di sekolah dan di tempatumum. Jadi di Prancis pun masih ada problem denganpluralisme. Padahal, pluralisme itu adalah ciri umum padazaman modern. Zaman modern semakin pluralis, semakin adagaya hidup, gagasan, dan ilmu baru yang harus diteliti danberkembang terus.Jika kita masih pegang keimanan itu dan harus kita terapkansecara praktis dan teliti maka kita harus bisa belajar dengandan membuktikan bahwa modern itu tidak sama dengansekulerisme (dalam arti pengurangan atau penghapusan agama).Kalau ada peradaban yang membuktikan bahwa tesis itu salah,ada orang seperti kolega saya yang saya kenal baik yaitu SamuelHuntington, suatu ketika menarik kesimpulan bahwa “mungkinitu betul: bahwa semakin modern duniaMuslim tidak semakin sekuleris.” Tapidalam hal ini dunia Muslim dalam perkecualian dan perkecualian itu sangatbertentangan dengan modernitas toleran,demokrat, mau menerima orang-orangyang lain. Menurut dia, modernitas Muslim itu modernitas yang penuh dengankekerasan, kebencian, permusuhan dankonflik.Saya selama satu tahun setengah pernah duduk bersamasama satu meja dengan Samuel Huntington sebagai tamu yangdiundang karena saya dianggap sebagai orang yang harus ikutseminar yang dia pimpin karena saya dianggapnya sebagaiorang yang salah karena menganggap bahwa dunia itu tidakseperti itu dan dunia Islam itu tidak seperti itu. Saya dianggaporang yang menolak tesis itu.Saya kira tesis itu (memang) salah dan untuk kembali ke isuSemakin modern masyarakatsemakin sekuleris. Bahwasekuler tidak sama dengansekuleris yang diramalkanoleh sebagian pemikir Barat.n Modernantangan