Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 20
P. 37


                                    BERITAINDONESIA, 7 September 2006 37LENTERAkeberlanjutan pembangunan demikesejahteran rakyat. Pemerintahberkeyakinan bahwa fondasi ekonomiIndonesia cukup kuat didukung cadangandevisa yang cukup dan laju pertumbuhanekonomi cukup tinggi.Namun sekitar bulan Juli 1997 di luardugaan tiba-tiba nilai tukar rupiahmerosot tajam, diduga oleh ulah paraspekulan asing yang ingin merusakketenteraman Indonesia dan kawasanAsia Tenggara. Mula-mula mata uangbath Thailand yang diserang. KemudianIndonesia dan Malaysia. Malaysia relatifmampu menahan ulah para spekulanasing itu. Beda dengan Indonesia yanglangsung panik. Para pemilik uanglangsung merebut dolar, menukar rupiahke dolar bahkan tidak sedikit pejabat danpengusaha melarikan uangnya ke luarnegeri.Rakyat kecil pun jadi ikut panik,puluhan bank terkena rush dan collaps.IMF pun memberi nasihat yang salah,beberapa bank itu justru ditutup.Sebagian besar lainnya diberi bantuanlikuiditas Bank Indonesia, yang kemudianterkenal dengan BLBI yang ternyatamenambah beban berat bagi bangsa ini.Para pedagang dalam negeri jugamenggunakan kesempatan berspekulasi,pasokan barang kebutuhan pokok kepasar merosot tajam. Sampai-sampaiberas pun sulit didapat. Nilai tukarrupiah terhadap dolar makin merosotdari Rp. 2.400 sampai sempat mencapaiRp. 17.000 per 1 US dolar. Rakyatbertambah panik. Mahasiswa pun bangkitmelakukan demonstrasi di sana-sini,menuntut reformasi total.Dalam suasana itu, entah untukkepentingan apa, empat mahasiswaUniversitas Trisakti ditembak mati pada12 Mei 1998. Disusul malapetaka yangmembuat malu bangsa ini sebagai bangsaberadab, terjadi kerusuhan 13-14-15 Mei1998. Jakarta dibakar dan dijarah. Sasaran utamanya adalah warga nonpribumi.Ketika itu, Presiden Soeharto tengah berada di Kairo, menghadiri KTT Non Blok. Presiden Soeharto akhirnya menyatakan diri mengundurkan diri pada tanggal21 Juni 1998 dan menyerahkan jabatanPresiden itu kepada Wakil Presiden BJHabibie sebagaimana diamanatkan konstitusi. Bukannya situasi langsung membaik, malah tiada hari tanpa demonstrasi.Di tengah puncak kegalauan situasi danketidakpercayaan masyarakat yang tinggipada awal reformasi itu, YPI justru harusmenggerakkan agen (koordinator) untukmenyosialisasikan lembaga pendidikanyang akan didirikan YPI itu ke seluruhpenjuru negeri dan ke negeri jiranMalaysia. Sebab direncanakan satu tahunke depan pembelajaran sudah akandimulai. Tentu harus ada santri.Bisa dibayangkan betapa sulitnyamenyosialisasikan sebuah lembagapendidikan yang belum resmi berdiri ditengah suasana bangsa yang demikiangalau. Namun para pendiri dan pengurusYPI, khususnya para koordinator yangditunjuk di berbagai wilayah, memilikisemangat juang yang tinggi. Semangatjuang yang bangkit karena keyakinan atasmisi dan tujuan mulia yang merekausung. Mereka sadar bahwa memulaisesuatu pekerjaan besar dalam suasanabagaimana pun pastilah sulit. Bak petuahorang Inggris: All the beginnings aredifficult. Bahwa memang untuk memulaisesuatu pasti awalnya sangatlah sulit.Mereka mengalami banyak tantangansekaligus peluang, suka dan duka saatpertama kali mereka harus memperkenalkan lembaga pendidikan terpadu ini.Terutama menghadapi situasi lima bulanmenjelang Pemilihan Umum (Pemilu)akhir Mei 1999. Hampir di seluruh sudutnegeri mengalami euforia reformasi yangbegitu dahsyat. Sentimen rasa kedaerahan muncul di mana-mana bahkan adasebagian anak bangsa yang inginmelepaskan diri dari Negara KesatuanRepublik Indonesia. Terjadi beberapakekacauan perang antaretnis dangolongan seperti halnya di Ambon, IrianJaya, Kalimantan Barat, dan Aceh. Parakoordinator itu harus berhadapan dengansituasi masyarakat yang saling curigaseperti itu. Salah-salah mereka bisadianggap provokator.Maka keberhasilan merekrut calonsantri pun antara masing-masing daerahsangat berbeda-beda. Ambon misalnya,hanya berhasil merekrut satu calonsantri. Begitu juga Daerah Istimewa (DI)Aceh. Tim Bengkulu patut diberikanpenghargaan karena mereka merupakankoordinator cabang yang berhasilmerekrut santri paling banyak setelahDKI Jakarta dan Jawa Barat. Tahunkedua jumlah santri dari Bengkulu palingbanyak setelah DKI.Padahal, suatu hal yang unik, parakoordinator itu tidak sedikitpun dibekalioleh YPI dengan brosur, foto, ataupunsurat tugas. Mereka hanya dibekalikesepahaman visi dan misi yangmembangkitkan rasa percaya diri yangkuat bahwa mereka bertugas mengembanamanah dan harus menyampaikaninformasi mengenai keberadaan AlZaytun kepada masyarakat.“Kami anggap semua itu amanah, kalauinformasi tidak sampai berarti kamizalim”, ujar Agus Salam, KordinatorBengkulu. Oleh karena itu, menurutnya,langkah awal yang dilakukan parapembawa amanah itu adalah membenahidiri supaya dapat diterima di masyarakat.“Kalau Rasul itu, al-Amin dulu”, ujarAgus Salam menjelaskan pengalamannyakepada Majalah Al-Zaytun.2Dengan kejuangan para koordinatormenjalankan amanah itu, jumlah yangditerima sesuai dengan persyaratanpenerimaan santri dan daya tampungberjumlah 1.460 orang (624 santri nisadan 836 santri rijal). Para santri ituberasal dari seluruh provinsi Indonesiadan juga dari negeri jiran Malaysia.Sementara tenaga-tenaga pendidik danmustami’ berjumlah 150 orang (35 nisadan 115 rijal). Menurut catatan PersonaliaTanmiyah AL-ZAYTUN, jumlah karyawanpada saat itu baru mencapai sekitar 1.500orang.Awal PembelajaranHasil kerja para koordinator selamahampir satu tahun, telah melahirkankeyakinan kuat bagi YPI untuk segeramemulai pembelajaran pertama. Begitupula hasil evaluasi terhadap berbagaipersiapan yang terus dilaksanakan,sekalipun belum mencapaikesempurnaan, akhirnya ditetapkanuntuk memulai membuka tahun ajaranpertama pada tahun 1999.Namun sebelum pembelajaran pertamaitu dimulai, terlebih dahulu dilakukanekspos dan presentasi tentang rencanapendirian lembaga pendidikan ini kepadaPemerintah Daerah KabupatenIndramayu. Beberapa kali ekspos danpresentasi itu dilakukan di pendopokabupaten sampai diperolehkesepahaman Pemda.Presiden BJ Habibie menandatangani prasasti peresmian Al-Zaytun
                                
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41