Page 41 - Majalah Berita Indonesia Edisi 20
P. 41


                                    BERITAINDONESIA, 7 September 2006 41BERITA TOKOHKarena sebelum kemerdekaan lebihdari 90 persen rakyat Indonesia butahuruf latin. Tingkat pendidikannya begiturendah. Kemiskinannya begitu mendalamdan memiliki keterbelakangan yangbegitu rupa. Demikian pula pendapatannya begitu rendah.Hanya dengan ungkapan yang sederhana, populer dan mudah dipahami dalam suasana yang serba terbelakang parapemimpin politik mampu menyakinkanrakyat untuk mau merdeka.Bung Karno di Jawa Tengah dan JawaTimur mengungkapkan negara merdekasebagai negara yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrom kertoraharjo, loh suburkang sawoh dinanduk, ngurah kang sawohdiubuk, ingon-ingon sapi kebo, pitekiwen-iwen isok boleh pangan sore balikinkandang dewe-dewe.Sebuah gambaran tentang kehidupannegara bangsa yang aman, tenteram, subur, makmur, tertib, tertata dengan rapihbahkan ternak pun hidupnya tertib.Tetapi gambaran indah, yang mampumengubah kekuatan rakyat menjadi kekuatan luar biasa untuk bertekad merdekaatau mati pada 61 tahun yang lalu, hinggakini masih belum terwujud.Siswono memiliki contoh aktual betapabentuk kehidupan rakyat yang hanyalayak terjadi di jaman penjajahan, masihsering ditemukan saat ini.Biaya kesehatan yang mahalberakibat banyak orang matikarena tidak mampu berobat;Biaya sekolah yang mahal berakibat banyak anak cerdas tidakmampu melanjutkan sekolah;Transportasi umum yang mahalmembuat mudah menyaksikanpenumpang kereta api jurusanBanten-Jakarta setiap hari naikdi atas atap, hingga pernah adaatap kereta jebol yang hanyapantas terjadi di jaman revolusi.Kita juga melakukan banyakkesembronoan yang berakibatfatal luar biasa, seperti kebakaran hutan di setiap musim kemarau, semburan lumpur diSidoarjo karena ketidakpatuhanpada norma ketentuan teknispelaksanaan pengeboran danpenggerusan pulau oleh orangyang tak bertanggungjawab.Semua jauh dari gambaranmasyarakat yang tertib. Kitajuga menyaksikan infrastrukturhukum telah mengecewakan begitu banyak orang sebab hanyamenjamah orang-orang yanglemah, tidak berani tegas terhadap tokoh-tokoh yang memiliki kekuatan.Amat menyedihkan cita-cita toto tentrom kertoraharjo, kehidupan negarabangsa yang serba tertata, masyarakatnyahidup tenteram merasa aman karena dilindungi oleh negara, tak bisa dirasakanwarga.Tinggalkan Era Bangsa KuliSyarat mutlak untuk mengejar ketertinggalan adalah mengukuhkan kemantapan integrasi nasional. Kata Siswono, integrasi nasional tercapai hanya apabiladalam negara tidak ada lagi gerakan separatisme, tidak ada benturan ideologisdi antara warga, kalau terjadi friksi sosial,penyelesaiannya harus melalui jalan yangsantun dan damai, serta harus terjadisuatu dinamika sosial yang menumbuhkan kekuatan sentripeta untuk semakin menyatukan negara bangsa.Untuk mengejar ketertinggalan semuaunsur jangan membuang-buang waktudengan hal yang tidak perlu. Kelompokmasyarakat seperti preman-premanberjubah, etnosentrisme yang berlebihan,harus membuang kondisi yang tidakmemantapkan kita sebagai suatu bangsa.Di tahun 1930-an Bung Karno mengatakan Indonesia adalah bangsa yang terdiriatas kuli dan menjadi kuli di antarabangsa-bangsa. Sekarang kita sudahmelepaskan diri dari kondisi itu karena dijaman itu kita memang diperkulikan olehpenjajah.Kita harus memacu lebih cepat peningkatan kesejahteraan rakyat karena berdasarkan konstitusi, Indonesia didesainsebagai negara kesejahteraan, terbuktikanpada sila peri kemanusiaan dan silakeadilan sosial.Demikian pula pada pasal-pasal konstitusi, kekayaan alam harus dipergunakanuntuk kemakmuran rakyat, setiap warganegara dijamin untuk memperoleh pekerjaan dan lapangan hidup yang layak,meyakinkan kita semua bahwa Indonesiaadalah negara kesejahteraan.“Tapi kita semua menyaksikan para penyelenggara negara dari waktu ke waktusemakin lupa bahwa Indonesia adalahnegara kesejahteraan. Semoga peringatan61 Tahun Indonesia Merdeka ini mengingatkan kita untuk melakukan introspeksi, dan mari bergerak maju mengejarketertinggalan kita,” kata Siswono.Siswono menyadari para penyelenggaranegara saat ini kesulitan mewujudkannegara kesejahteraan karena keterbatasanpembiayaan. Negara betul-betul sudahterjerat hutang. Setiap tahun hampir 40%APBN dipakai membayar angsuran hutang dan bunga hutang, biaya pendidikandituntut 20%, biaya rutin gaji pegawai danlain-lain 30%, sisa 10% lagi dipakai untuksemua sektor.Seru Siswono, perlu ada kesadaranumum Indonesia yang sudah masukperangkap hutang untuk berani berhentiberhutang. Bersamaan itu, kue ekonomiatau produk domestik bruto (PDB) harusdiperbesar agar hutang semakin kecil.Ironisnya, setiap pemerintahan membuathutang baru, menambah hutang semakinbesar, sehingga hidup sudah gali lubangtutup lubang dengan lubang yang semakindalam.“Ini juga merupakan bagian dari kesadaran umum yang harus muncul diperingatan 61 tahun kemerdekaan ini,”tegas Siswono. „ HTBiodata:Nama : Dr. (HC). Ir. H. Siswono YudoHusodoLahir : Long Iram, Kalimantan Timur, 4 Juli1943Agama : IslamOrangtua : fl Ayah Dokter Soewondo fl Ibu Istria BintartiIstri : Ratih Gondokusumo, SHAnak : Mutiara, Savitri, Emeralda, Rubyeta,PirousiPendidikan:Tenik Sipil ITB BandungAlamat Rumah:Jalan H. Abdul Majid No. 48, Cipete, JakartaSelatan
                                
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45