Page 51 - Majalah Berita Indonesia Edisi 20
P. 51
BERITAINDONESIA, 7 September 2006 51BERITA DAERAHtidak,” katanya. Lalu, menurut lelaki yangjuga Ketua MPC Pemuda Pancasila Bulungan, salah satu tujuan dari otonomidaerah adalah mensejahterakan masyarakatnya. “Sementara berbagai kebutuhankita seperti gula, daging sapi dan ayam,susu, milo dan gas, masih bergantungdengan Tawau, kenapa tidak dilegalkansaja, karena yang diuntungkan di sinibukan hanya pedagang tetapi masyarakat.Sebab, segala biaya yang dikeluarkanpedagang dibebankan kepada konsumen.Nah, dengan dilegalkannya barangbarang tersebut otomatis biaya silumantidak ada lagi. Karena, seketat apa punpenjagaan di laut agar barang-barang dariTawau tidak masuk, nyatanya, masihbanyak dijual di pasar. Pemerintah harusmelihat kenyataan ini. Kita tidak usahmunafiklah, banyak kebutuhan kita,khususnya masyarakat yang di WilayahUtara Kaltim ini bergantung ke negaratetangga Sabah Malaysia,” imbuhnya.Upaya ke arah pelarangan itu sudahterlihat. Pihak Kantor Stasiun KarantinaHewan Kelas II Tarakan gencar melakukan razia. Ratusan kilogram daging sapidan daging ayam, sosis dan burger asalTawau dimusnahkan. Pemusnahan itukata Kepala Kantor Stasiun KarantinaHewan Tarakan Drh Puji Hartono, merupakan hasil tangkapan periode November2005-Maret 2006. “Sebelum ini, kita jugatelah memusnahkan daging sapi sebanyak750 Kg, daging ayam 46 Kg, dagingkambing 40 Kg, 17 ekor ayam dan 2 ekoranjing ras,” katanya seperti ditulis sebuahkoran lokal Tarakan beberapa waktu lalu.Penangkapan itu lanjutnya, tidak hanyaberkaitan dengan penyakit mulut dankuku namun juga ada hubungannyadengan perizinan masuk.Sementara Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tarakan KH Zainudin Dalilamengaku sangat prihatin dengan kondisimaraknya peredaran daging ilegal ditengah masyarakat. “Jangan pilih murahnya, tapi ingatlah jaminan kehalalannya.Daging ilegal yang tidak jelas asal muasalnya dikhawatirkan akan merugikan konsumen. Dalam bahasa agama, dagingdikatakan halal bukan hanya kondisinyayang baik, tapi bagaimana cara memotongnya. Dan, paling penting dagingitu benar-benar daging sapi. Sebab bisasaja daging itu bukan daging sapi,”pungkasnya.Itu baru masalah daging sapi. Sementara untuk masalah gula. Kepala DinasPerindustrian Perdagangan dan Koperasi(Disperindakop) Kabupaten Malinau, DrsJerri Lewis F Apu, MAP menghimbau,agar masyarakat tidak kuatir akan terjadinya kelangkaan gula lokal di pasarandengan adanya larangan peredaran gulaTawau. “Pemkab (Malinau, Red) telahmenunjuk tiga pengusaha menjadi distributor. Dijamin kelangkaan gula tidakakan terjadi. Pemkab bersama petugaskeamanan akan melakukan razia. Bilamasih ada pedagang yang menjual ataumendatangkan gula dari Tawau ke Malinau akan dikenakan sanksi serta diprosessesuai hukum yang berlaku,” tegasnya.Jika di Malinau, Pemkab lewat Disperindakopnya memberi jaminan terpenuhinya gula asal lokal tanpa memperhitungkan harga yang harus ditanggungrakyatnya, lain lagi di Tarakan. Pertaminamenolak pengisian tabung kuning (GasElpiji Petronas dan Shell asal Malaysia,Red). “Pertamina hanya bersedia menukar tabung kuning dengan tabung elpijidengan ganti rugi Rp 75 ribu per tabung.Jadi, jika harga tabung elpiji PertaminaRp 310 ribu, termasuk isi gasnya, konsumen cukup membayar Rp 235 ribu,”papar Iwan Setiawan, bos PT EqutorialKarya Nusa Indah, agen Pertamina diTarakan kepada wartawan seusai dengarpendapat dengan DPRD Tarakan, beberapa waktu lalu.Sampai di sini - keadaan memang sudahjelas. Pemerintah Daerah, tampaknyatidak ingin terlalu banyak energinyatersedot hanya untuk memikirkan penderitaan rakyatnya karena khawatir paradistributor dan agen hengkang walaubarang yang dipasok diduga keras asalluar negeri. Tapi, bagaimana denganprotes masyarakat banyak nanti? Pemerintah Daerah tentunya punya alasanbahwa memasukkan barang secara ilegalmerupakan perbuatan tidak pidana. SLP