Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 21
P. 32


                                    32 BERITAINDONESIA, 21 September 2006AL-ZAYTUNLEMBAGAPENDIDIKANTERBUKAAL-ZAYTUNLEMBAGAPENDIDIKANTERBUKAOleh Ch Robin SimanullangPemred Tokoh IndonesiaL ENTERABAGIAN EMPATA l-Zaytun tampaknya di- persiapkan menjadi suatu monumen berseja- rah kehidupan beragama di Indonesia. Di sana kan ada masjid, gereja,vihara dan kuil, karena (saat) santrinyaada yang Muslim, Nasrani (KristenProtestan dan Katolik), Budha, Hindudan Kong Hu Chu, kumpul bersama.Masing-masing santri itu dididikmemahami agamanya masing-masingdengan baik. Sebab bagi Al-Zaytunmendidik dan membangun semata-matahanya untuk beribadah kepada Allahsesuai agama yang diyakini santrinya.Kapan hal ini terwujud (santri Nasrani,Budha, Hidu dan Kong Hu Chu belajar diAl-Zaytun)? Tentu sangat tergantung darirespon dari calon santri dan orang tuayang beragama Nasrani, Budha, Hidu danKong Hu Chu. Sebab Al-Zaytun sendirisudah mempersiapkan diri sebagailembaga pendidikan terbuka yang bersifatglobal dan universal.Syaykh Al-Zaytun Dr Abdussalam PanjiGumilang beberapa kali menegaskan halitu dalam berbagai kesempatan. Satu diantaranya ketika menjawab pertanyaanNoor Huda Ismail, seorang peneliti dariNanyang Technology UniversitySingapura (24 April 2005), Syaykh PanjiGumilang menegaskan bahwa Al-Zaytunadalah lembaga pendidikan terbuka.“Kami mempersiapkan muslim yang baik,kalau mereka muslim. Bila nanti adanasrani masuk ke sini, akan dididikmenjadi nasrani yang baik. Karena di sini,pendidikan yang terbuka untuk manusia,”jelas pelopor pendidikan terpadu itu.Ditambahkannya, bagi Al-Zaytun tidakada istilah non muslim. “Manusialah yangditerima di sini. Manusia itu, macammacam agamanya,” kata Syaykh menjawab Huda. (Huda, kelahiran Jogyakarta,kuliah di Universitas Gajah Mada danIAIN Sunan Kalijaga. Kedatangan Hudake Al-Zaytun berkenaan rencanapenulisan tesis Huda, mengenai gerakanIslam di Indonesia dan penulisan featuretentang Al-Zaytun di Washington Post.) “Koq bisa ya?” tanya Huda. “ Lho,Anda ini bagaimana? Pendidikan koqdipertanyakan bisa atau tidak?” jawabSyaykh. Huda tampak makin penasarandan bertanya: “Berarti, Al-Zaytunmenerima non muslim untuk masuk kesini? “Tidak ada istilah non muslim.Manusialah, yang diterima di sini.Manusia itu, macam-macam agamanya,”jelas Syaykh Al-Zaytun.Dijawab seperti itu, Sang peneliti itumasih bertanya: “Nanti, kalau misalnyaada yang non Islam masuk sini,diterima?” Syaykh menjawab: “Jangandikalaukan. Hantarkan saja ke sini, akankami terima. Nanti, jika kalaunya tidak,ya tidak ada. Anda hantar ke sini dariSingapura, yang Budha juga kami terima.Tapi, jika masih kalau, jangan. Prosespenerimaan calon santri ditutup padasetiap tanggal 31 Mei.”Pendeta Rudolf Andreas Tendean, SThdari GPIB Koinonia, Jakarta juga mengungkapkan pengalaman yang tak terlupakan saat berkunjung ke Al-Zaytun, 31Juli 2004. Dalam percakapannya denganSyaykh AS Panji Gumilang mengenaikemungkinan bisa tidaknya santrinonmuslim sekolah di Al-Zaytun, bisakahpersyaratan menghapal Juz ‘Amma’dikredit” dulu. Syaykh mengatakan, tidakusah menghapalkan Juz ‘Amma, karenaitu milik umat muslim.“Saya minta kepada Bapak Pendeta,Bibel apa yang harus dihapalkan, harusdiketahui oleh pemuda-pemudi Protestan, seumur tertentu tatkala masuk ke AlZaytun. Maka nanti, bagi calon santri(siswa dan mahasiswa) Al-Zaytun yangberagama Protestan, syaratnya harusmempunyai penguasaan Bibel surat apasampai ayat berapa,” kata Syaykh tatkalamengungkap percakapannya denganPendeta Rudy di hadapan eksponen,dosen, guru, karyawan dan para santri AlZaytun dalam acara pelepasanrombongan jemaat GPIB Koinonia.Bentuk dansistempendidikan AlZaytundiletakkan padalandasan pokok:pesantren spiritbut modernsystem.Lembagapendidikan inibersifat terbuka.Terbukamenerima danmendidik santridari semuapenganut agama,untuk dididikmemahamiajaran agamanyamasing-masingdengan baik.32
                                
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36