Page 36 - Majalah Berita Indonesia Edisi 22
P. 36
36 BERITAINDONESIA, 5 Oktober 2006Syaykh, ditempuh karena laku lampahAl-Zaytun selama tiga tahun dipandangsudah bisa dijadikan landasan untukmenggenjot langkah tiga tahun kedepan. Hasil tiga tahun itu, menurutSyaykh, sudah qurrata a ‘yun. Ituartinya, milad bermakna juga sebagaiajang evaluasi. “Jika setahun sekaliterlalu cepat, banyak program belumterlaksana sehingga khawatir banyakbicara, sedikit sekali kerja,” jelasSyaykh.Era Globalisasi: Iptek Tak BisaDiremSyaykh AS Panji Gumilang dalamtaushiyah pada sarasehan evaluasi tigatahunan ketiga mengingatkan di eraglobalisasi ini, laju ilmu pengetahuandan teknologi seolah tak mampu direm.Siapa yang tertinggal akan ditinggal. Disamping dampak manfaatnya, ternyatalaju itu memiliki dampak lain jika sainsdan teknologi telanjang dan berjalansendiri. Menyikapi laju sains danteknologi yang seperti ini, Syaykhmeyimpulkan perlunya sebuah budayaatau pengembangan pemikiran cita-citayang sihat dan bersih, dalam maknafisik dan nonfisik.Menurutnya, manusia yang mampumenggunakan sains dan teknologiuntuk memberi manfaat besar kepadaumat manusia adalah manusia yangmempunyai nilai tawwabin danmutathahhirin (dari konsep Allah:‘innallaha yuhibbu al-tawwabin wayuhibbu al- mutathahhirin).“Budaya sihat dan bersih dalammakna fisik dan non-fisik ini menjadisyarat mutlak bagi umat manusia jikaingin menggenggam sains dan teknologiyang pada dasarnya berasal dari Ilahi.Lihat keterkaitannya dengan konsepAllah yang lain, “anna al-ardlyaritsuha ‘ibadiya al-shalihuun.’bahwa Allah mewariskan buminyakepada hamba yang saleh yang salahsatu definisinya al-thawwab-in dan almutathahhirin. Manusia seperti itulahyang akan mampu mewujudkanmasyarakat sains dan teknologi,” kataSyaykh.Sementara itu, katanya, saat ini (abad21) sains dan teknologi semakin banyakdimanfaatkan untuk dapatmenciptakan satu kondisi dunia yangdamai. Diharapkan, manusia-manusiayang ada di dunia akan makin engganberperang setelah melewati abad 20yang dipenuhi onak duri serta akibatpeperangan yang mengerikan, sejakPerang Dunia (PD) I, PD II, dan PD III(Perang Dingin). Pada abad ke-21 inipula negara-negara maju mulaimembuat zona damai dan demokrasi(Zone of Peace and Democracy)dengan satu perjanjian “tidak salingmenyerang satu sama lain.”“Mirip seperti Piagam Madinah yangdicetuskan Rasulullah SAW 14 abadsilam. Dalam konstelasi global yangdemikian itu, tercetuslah sebuahpertanyaan, “Indonesia mau dibawa kemana?” Jawabannya tentu dibawamasuk ke dalam zone of peace anddemocracy sebab zona itulah yang akanmembawa ketentraman ekonomi dunia,ketentraman teknologi dunia, danketentraman kebudayaan dunia,”Syaykh Panji Gumilang menjelaskan.Untuk menuju kepada tiga konseptersebut, baik budaya bersih dan sihat,science and technology society maupunzone of peace and democracy, AlZaytun bersikap, “ketiganya hanya bisaditempuh melalui pembiasaan yangbersifat formal, yaitu pendidikan.”LENTERAMutiara Pemikiran Syaykh Al-ZaytunAl-Zaytunbersikap, alangkahindahnya jikamulai sekarangpetani-petaniIndonesia diajakuntuk berbicaradan berbuat untukmemperbanyakproduk,meningkatkankualitas, danmenurunkan hargaberas. “Kita tidaksetuju menaikkanharga padi, karenaakan menaikkanharga beras,”tegas Syaykh. Iapunmenyampaikansikap Al-Zaytununtuk menyetopkekuatan pangandari luar danmempertahankanpangan dalamnegeri.36