Page 50 - Majalah Berita Indonesia Edisi 22
P. 50


                                    50 BERITAINDONESIA, 5 Oktober 2006BERITA POLITIKTentram SemasaPak HartoSeakan meniti arus, buku setebal 364 halaman, BeribuAlasan Rakyat Mencintai Pak Harto, diluncurkan secarameriah. Pada acara itu, yang lebih menarik adalah nostalgia Wiranto ketika bersama Pak Harto.atusan anak sekolah dasaryang bahkan tidak tahu namamantan Presiden Soeharto,hadir pada acara peluncuranbuku yang cukup menggelitik di tengahsuasana himpitan ekonomi dan bencanayang datang silih berganti. Buku itu:Beribu Alasan Rakyat Mencintai PakHarto, ditulis oleh Dewi Ambar Sari danLazuardi Adi Sage, diluncurkan Kamissore (31/8) di Galeri Cipta II, TamanIsmail Marzuki, Jakarta Pusat. Anak-anakitu murid SDN Cipinang Besar Selatan 01Pagi, Jakarta Timur. Saat itu juga hadirsosok publik, seperti Fuad Bawazier,Mieke Wijaya, Sys NS, Farhat Abbas,Ismail Saleh dan Syamsul Djalal.Selama delapan bulan Dewi berkelilingke berbagai pelosok Indonesia melakukanwawancara dengan masyarakat lapisanbawah. Hasil wawancara itulah yangdirangkum di dalam buku yang di bab-babawal mengulas kembali berbagai programpembangunan yang dilaksanakan semasapemerintahan Pak Harto dari tahun 1966sampai 1998. Dewi mewawancarai, misalnya; nelayan, tukang urut, tukang becak,kuli bangunan, petani, pedagang, sopirtaksi, tukang parkir, seniman yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Bogor, NTB,Bali, Lampung dan Medan.“Jasa Pak Harto terlalu besar buat masyarakat NTB,” kata Hari Sanjaya, wargaKampung Melayu Bangsal, AmpenanTengah, NTB. Pak Harto mengikis kemiskinan kronis di Lombok Selatan denganmembangun jaringan irigasi. Pak Hartomembangun sekolah, masjid, Posyandudan jalan-jalan aspal licin sampai kepelosok desa di NTB.Kardi, pedagang sayur di Cikupa, Tangerang, Banten, mengatakan selama 32tahun di masa Pak Harto memimpinpemerintahan, tidak ada kantor-kantoryang dibom. Ke mana-mana orang merasaaman, dan rakyat kecil merasakan kehidupan yang cukup sejahtera. Hal yangsama dirasakan oleh Siti Aminah, buruhpabrik di Tangerang. Menurut Aminahselama Pak Harto jadi Presiden, tidakpernah terjadi kerusuhan yang marakseperti sekarang. Kata Aminah, di manamana ada demonstrasi yang rusuholeh masyarakat, mahasiswa danburuh. “Sedikit saja tidak suka,segera demo, mengeluh dan berteriak-teriak, bahkan sampai terjadikerusuhan,” kata Aminah sebagaimana dikutip di dalam buku tersebut.Para petani juga merasa aman dansejahtera semasa pemerintahan PakHarto. Mereka menilai, Pak Harto pemimpin arif yang mengayomi rakyat danpeduli dengan kesusahan rakyat kecil.“Saya melihat bahwa Pak Harto memilikibanyak kelebihan, beliau mampu merencanakan pembangunan di segala bidang,utamanya di bidang pertanian,” kataMasan asal Sukamanah, Tangerang.Sebagai petani, dia merasa banyak sekaliterbantu ketika Pak Harto jadi Presiden.Harga pupuk terjangkau, pengairanlancar sehingga di musim kemarau bisabercocok tanam.Pembicara utama pada peluncuranbuku tersebut adalah Jenderal (Pur) Wiranto, ajudan, Panglima TNI dan MenkoPolkam semasa pemerintahan Pak Harto.Dia menceritakan kembali berbagai pengalaman lucu dan uniknya bersama PakHarto yang kini sudah menginjak usia 85tahun.Ketika pertama kali bertemu Pak Hartotak lama setelah dimutasi sebagai ajudanPresiden, Wiranto merasa kaget sekali.Pak Harto berkata kepadanya: “Ajudan ituseperti tempat sampah.” Padahal ketikaitu (1979), dia baru saja meninggalkanjabatan sebagai komandan operasi diTimor Timur yang berpangkat kolonel.Dalam hatinya terjadi pergulatan, karenaWiranto merasa lebih hebat memimpinoperasi tempur ketimbang jadi ajudanPresiden.Wiranto menceritakan kembali pengalaman lucu ketika pertama kali menginjakkan kaki di Istana Negara. Dia melihatbentangan karpet merah tebal, kemudianbertanya kepada seorang pengawal: “Pakini boleh diinjak?” “Boleh, boleh Pak.”jawab sang pengawal. Sebab, Wiranto, dikantornya, harus melepas sepatu ketikamau menginjak karpet.Saat pertama menghadap Pak Harto,diabanyakmendapatnasihat, tetapi adadua nasihatyang paling diingatnyasampai saatini. Pak Harto mengatakan kepadanya: “KolonelWiranto, sebagai Soeharto,saya tidak butuhajudan, tetapi sebagai Kepala Negara saya diwajibkan mempunyaiajudan. Dan kamuditunjuk untuk menjadi ajudan saya.” Wiranto merasa kagetsekali ketika Pak Harto berkata lebihlanjut: “Maka pesan saya, ajudan ituseperti tempat sampah.” Artinya, diaharus berpenampilan loreng, elegan didepan publik. Kalau Pak Harto marahR
                                
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54