Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 23
P. 16
16 BERITAINDONESIA, 19 Oktober 2006BERITA UTAMAper jam atau Rp 150.000 per delapan jamatau Rp 3.750.000 per bulan (25 harikerja), terbilang paling mahal. Begitu jugadi sektor lain.“Maka tidak bisa membangun ekonomidulu baru mengasih makan rakyat. Tatadulu rakyat ini, sempurnakan makannyadulu. Itu bermakna membangun desa,”kata Syaykh.Pembangunan desa berarti membangun ekonomi desa, membangun ekonomi pertanian, membangun segalamacam. Maka di desa nanti ada agribisnis,agroindustri, agroekonomi. Jadi sekarangharus ditata desa, kembali dulu ke desa,baru akan terjadi perkembangan. Dantatkala kembali ke desa, itu namanyamemberi makan sempurna kepada rakyat. Maka terciptalah generasi baru yangdari nol tahun sampai tiga tahun tercukupi makannya.Saat ini, menurut Syaykh Panji Gumilang, kebutuhan pangan aktual rakyatnegara kita lebih rendah jika dibandingkan dengan India, apalagi jika dibandingkan dengan Malaysia dan apalagidengan Amerika. “Jadi mari yang punyakesempatan untuk merubah bangsa inimengalihkan pembangunan ke desa. Kiniharus memihak kepada pembangunandesa,” Syaykh mengimbau. “Memangseakan-akan ini ekonomi mikro, tetapimikro menentukan makro. Kebijakanpemimpin bangsa, khususnya yang formalharus memihak kepada pembangunandesa.”Bangsa ini sudah pernah merasakanbetapa indahnya kalau pangan itu bisaswasembada, sekalipun itu atas bantuanasing, tetapi bisa berbuat. Sekarangbantuan asing juga, mengimpor juga,kekurangan juga, kelaparan juga. Itukahyang akan membangun ekonomi? Jadikita harus kembali menata desa, kalau kitamenata desa bukan berarti kita meninggalkan kota, tapi itulah yang akanmenjayakan kota. Tatkala terjadi urbanisasi, urbanisasi manusia yang civilitynya (peradaban) tinggi.Meningkatkan kemampuan desaitu seperti apa?Program. Jadi sesungguhnya, andaikanpemerintah kita ini cerdas, semua danayang diciprat-cipratkan, bukan dicurahkan, itu di kumpulkan untuk desa, rakyatdesa digerakkan membuat gerakan apasaja yang intinya membangun desa,katakanlah membuat waduk, membuatini dan itu, daripada diciprat-cipratkan.Kalau diciprat-cipratkan, itu ibarat airtidak ngumpul, tidak masuk tenggorokan.Tapi kalau masuk ke desa pasang plakatbesar besar: Pembangunan Desa 1, 2 dan3. Kalau sudah terjadi, bertambah gebrakan ekonomi, maka ekonomi swasta atauorang-orang swasta (investor) akanmasuk. Ini tidak sama sekali, malah diciprat-cipratkan.Tapi sekarang secara malu-malu telahdikatakan: “Kita akan ubah nih sistembantuan tunai langsung.”Ya, jangan sebut istilah itu, dicipratcipratkan saja. Seperti kena air tapi tidakada.Berarti ini bukan soal keterbatasan dana?Tidak, sama sekali tidak terbatas. Cumaprioritasnya belum pas. Keadaan sepertiitu, tidak hanya masalah itu saja. Sebagaijurnalis tahu kan, setiap bulan Juli,Agustus, September, orang teriak kepanasan, kekurangan air, tapi adakahantisipasi? Setiap tahun cerita kekurangan air persis pada bulan Juli, Agustus,September. Maka semangatlah jurnalismemotret tanah-tanah yang pecah dimasukkan ke dalam koran masing-masing, laku. Mengapa berulang kembalidalam bulan yang sama? Mengapa bukanitu yang didahulukan ditangani supayamalunya atas serangan wartawan ini tidaktiap tahun, bulan, tanggal dan jam yangsama. Itu pertama.Kedua, nanti setiap bulan Novemberdan Desember pasti banjir, dan yang kenabanjir itu macam-macam, kadang-kadangkota, bahkan sekarang istana sudahmasuk banjir, dan terjadi lagi secaraberulang tiap tahun. Jurnalis teriak lagidan terbitannya laris lagi. Memang enakjadi jurnalis untuk melariskan terbitannya. Mengapa bukan itu? Dan itu kebanyakan di desa. Jadi selalu mengulang keSyaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang dan staf khusus A. HalimDiskusi: Tim wartawan Berita Indonesia berdiskusi