Page 20 - Majalah Berita Indonesia Edisi 23
P. 20


                                    20 BERITAINDONESIA, 19 Oktober 2006BERITA UTAMAnya itu, itulah paradigma.Dan di dalam menjaga supaya tidakterjadi diskursif, UUD itu sendiri memberi kelonggaran. Kelonggaran itu pasalpenutup. Hal-hal yang berkenaan denganperubahan dan lain-lain yang belumdiatur. Diberi kesempatan kepada bangsauntuk menambah atau mengurangi. Ituyang namanya amandemen.Karena itu merupakan paradigma,maka paradigma tadi teorinya seperti itu.Ada paradigma kedua, terjadilah bangsaini mengalami entah itu kemajuan entahitu ketidaksadaran tapi paradigma duatumbuh, mengamandir sebagian dariUUD yang dianggap mampu menghantarkan untuk mengoreksi sikap diskursifmereka dan untuk menghantarkan kesadaran praktis bangsa.Dalam perjalanan yang belum lama iniada satu kemauan, kembali kepadaUUD45, mereka ingin ada pijakan. Tatkala orang selalu berpijak pada ideologis,dia selalu berbicara ke belakang tapi kalaumempunyai sebuah cita-cita utopis makadia berbicara hari ini dan besok. Begitukalau bicara kemerdekaan, mau ideologisdan/atau mau utopis? Kalau utopis, marikita membicarakan hari ini dan ke depan.Kalau ideologis, silahkan ungkap kembaliKen Arok, ungkap kembali Ken Dedes,ungkap kembali Raden Fatah, ungkapkembali Belanda, ungkap kembali ini itudan selesai.Seorang pemimpin harus mampumembawa masyarakatnya kepadasesuatu yang dituju. Sebenarnya halideologis itu bisa menjadi utopis?Itulah maka kita harus mampu memadukan antara ideologis dan kultur.Maka ideologi yang dimiliki bangsa iniharus terbuka. Berikan kesempatankepada generasi baru ini untuk menerjemahkan ideologi bangsa dibawa kedepan, tidak ditarik ke belakang.Ideologi terbuka?Iya, ideologi terbuka.Mengenai visi kepemimpinan.Para pendiri bangsa ini, sepertiSyaykh jelaskan tadi, mereka sudahmempunyai sebuah pemikiran atauparadigma bahwa sebuah kemerdekaan yang mereka persiapkan ituadalah untuk mengantar bangsa inike depan tetapi terjadi diskursiftadi. Apakah kita masih bisa melihat pada kepemimpinan yang adasekarang ini?Mesti bisa, mesti ada! Sebagai bangsa,kita tidak boleh bilang bahwa sekarangtidak ada kepemimpinan. Ada bangsa, adakepemimpinan bangsa. Antara rakyat danpemimpin sama-sama menjadi agent ofchange. Tapi yang mempunyai kesempatan lebih besar menjadi agency ofchange itu adalah pemimpin, khususnyapemimpin negara. Maka pemimpin negara ini harus mengangkat bangsa iniuntuk menjadi agent of change sekaligusmenjadi agency of change secara bersama-sama sehingga maju bersamasama.Kembali ke masalah interaksiyang interdependen dalam kaitannya dengan masih kurang makannya rakyat bangsa ini? Apa kelemahan manusia kurang makan?Tercipta interaksi yang tidak seimbang.Karena antara otak dan otot lemah,sehingga memahami interdependensi jadilemah, sehingga sering terjadi gontokgontokan. Karena kecerdasan kurang,yang menonjol hawa nafsu. Semakinpanjang orang bisa memahami interdependensi dalam praktek, semakin kurangketegangan karena dia akan menguasaihawa nafsunya. Karena aku bebas tapiorang lain pun bebas. Maka harus berinteraksi dalam interdependensi. Samasama punya kebebasan, kebebasan Andamembatasi kebebasan saya dan kebebasan saya membatasi kebebasan Anda.Saling dibatasi oleh kebebasan itu sendiri.Teori Ibnu Kaldun, kebebasan seseorangdibatasi oleh kebebasan yang lain. Makatumbuhlah tata krama, sopan santun, civility.Jika hal ini (interdependensi) kurangdipahami, maka terjadilah gontok-gontokan. Mengapa? Karena mereka kurangmakan. Masyarakat desa kurang makankarena pertanian tidak diperhatikan.Akhirnya lari ke kota, timbullah urbanisasi. Masyarakat yang terbatas tatakrama, sopan santun, civility-nya tadimenjadi urban. Bergabung sedemikianrupa maka terjadilah pencolengan, terjadilah pemerkosaan, terjadilah penggarongan, terjadilah pengangguran. Intinya, desa belum diperhatikan.Jadi hal ini sangat dipengaruhiparadigma dan masalah kepemimpinan tadi yang kurang berorientasike desa?Paradigma tadi kan terus berkembang,ada paradigma dua ada paradigma tiga.Maka kita tidak boleh pesimistis terhadap para pemimpin.Tapi ini kelihatannya sepertinyatidak terpola serba amburadul,tidak jelas mau dibawa ke manabangsa ini?Itu memang karena kondisi tadi. Setelah paradigma dua siapa tahu nantiparadigma tiga cepat tumbuh.Tapi sementara itu korban sudahada?Korban itu pasti ada. Tanpa ada pemikiran pun korban bencana alam terjadi.Jadi korban itu selalu ada. Memangbegitulah karena kehidupan ini namanyadunia mikro, ada sistem. Sistem itukadang-kadang berbentuk fakta sosialyang dibuat oleh dunia mikro, olehmanusia itu sendiri. Fakta sosial kalaumenurut ilmu sosiologi kan swigeneris,kata teori Durhaent Swickner.Tingkatkan kehidupan, pemahamanterhadap interdependensi tadi. Janganmasing-masing ingin mau cepat lantastidak tahu batas. Maka nanti kebebasansaja yang ada. Sama saja dengan kehidupan hari ini, yang mau cepat, terusdiciptakan otonomi daerah. Bahasanyasaja sudah otonomi. Padahal kita kagetmendengar otonomi, berdiri sendiri,pemerintahan sendiri, walaupun kemudian diperhalus berdasarkan UU. Padahaldulu ada sentralisasi dan desentralisasi,kemudian letaknya juga tidak terlalu jauh,daerah tingkat satu (Tk I). Sekarangpertanyaannya, apakah daerah yangotonomi ini seperti Indramayu mampumenyejajarkan diri dengan Texas? Berapatahun, walaupun Texas itu berhenti, tidakberubah.Jadi idealnya provinsi?Jangan ngomong ideal, sekarang paradigmanya ke situ. Suatu proses! Prosesinilah sosialisasi yang harus terus diapresiasi oleh bangsa ini, kemudiandirasakan pahit getirnya, dan kemudianada gejolak, kemudian ada konflik, kemudian tumbuh paradigma baru lagi. Ituproses, tidak boleh sekonyong-konyong.Kalau disejajarkan, harusnyasepadan negara bagian?Tidak ngomong negara bagian, kitasudah pernah punya konsep desentraliKomplek Lembaga Pendidikan Al-Zaytun di Desa Me
                                
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24