Page 21 - Majalah Berita Indonesia Edisi 23
P. 21
BERITAINDONESIA, 19 Oktober 2006 21BERITA UTAMAsasi, dan desentralisasi gampang kan?Maka kalau kita melihat dunia ini, yangpaling siap adalah dunia Eropa. Begituperang dingin selesai dan Uni Soviethancur, dia tidak membuang yang namanya uni tapi isinya diubah menjadi UniEropa, konfederasi. Negara-negara Eropayang sudah maju bergabung menjadi satubetapa kokohnya. Kami yakin Eropa akanlebih kokoh ke depan dibanding AmerikaSerikat.Eropa sudah konfederasi malahkita sebaliknya?Paradigmanya mungkin kurang makantadi. Kita harus mengasihani diri sendirijangan mau dikasihani oleh orang. Mintalah kita disayangi oleh orang, jangandikasihani. Makanya nyanyian dulu jelek,“kasihanilah daku” mestinya “sayangilahdaku”.Belakangan ini ada anekdot, pemimpintingkat nasional ini lepas tangan sajaserahkan saja sama bupati-bupati.Karena memang sistemnya berjalanbegitu. Sebab kalau diambil oleh tingkatnasional, nanti juga dimarahi oleh otonomi daerah. Itulah paradigma yang tumbuh setelah paradigma satu, atau entahini paradigma keberapa.Berarti itu artinya Syaykh sendirimelihat paradigma yang sekarang inicenderung tidak akan berhasil?Jangan bilang tidak akan berhasil.Berhasil itu jangan diukur sekejap hari,sekejap masa, inilah proses menujukeberhasilan berbangsa dan bernegara,interdependensi, jangan memaksakankemauan sendiri.Kalau desentralisasi, kabupaten danprovinsi, anggaran mereka tentukansendiri. Pada otonomi sekarang harusdisetujui pemerintah pusat, jadi malahtambah susah.Jadi ini sebab akibat. Setiap paradigmamemiliki risikonya sendiri-sendiri. Setiaptujuan baik tidak sama sekali akan menghantarkan kepada yang baik, di tengahjalan kadang-kadang tidak kontek terhadap urusan kebaikan, terjadi diskursifmaka harus ada yang meluruskan kembali.Itu susahnya kalau negara dikelola dengan trial and error.Trial and error, itu satu cara kehidupan. Ada eror ada sukses, jadi jangan takutitu. Seorang yang cukup makan tidaktakut.Cuma yang kita takuti adalahapakah ada kesamaan visi kitadalam menghadapi trial and errorini?Kalau kita sudah sama visi, tidak terjadipergumulan. Inilah pergumulan untukmencari yang terbaik. Pelan-pelan. Jadijangan mencapai sesuatu itu sepertimembakar singkong atau membakarjagung, ini kurang panas lalu dibalik,tidak. Ini proses manusia yang punyasikap independen tadi. Semua ini mengaku benar tapi nanti diuji. Interdependensi tadi membatasi kemauankemauan yang tak terbatas yang dinamakan hawa nafsu.Perasaan kita masih ragu dengankepemimpinan sekarang ini?Boleh, kalau tidak punya keraguan, itunamanya tidak bagus.Karena hampir sudah tiga tahunlah tapi kita masih belum melihatadanya suatu pondasi yang jelasyang diletakkan setelah era gonjang-ganjing? Tapi, apakah sematamata ide? Tinggal yang menerima?Makanya mari kita dandani yang menerima ini supaya jangan kurang makan,supaya bisa cepat merespon kebaikankebaikan. Maka tadi pemerintah sebagaiagency of change membuat program-program meningkatkan kemampuan desauntuk self sufficient.Mudah-mudahan jurnalis mampu memanfaatkan itu untuk mengantarkankemajuan bangsa, demonstrasikan interdependensi, sehingga kekerasan-kekerasan yang tidak punya nilai itu tidakterjadi. Sekarang banyak kekerasan yangtidak punya nilai, bukan kekerasan karenapatriotisme, karena untuk patriotismepun tidak boleh menggunakan kekerasan,apalagi untuk kedunguan.Pemimpin menjadi fokus pembicaraankita karena memang merekalah yangmenjadi nahkoda.Nahkodanya boleh berganti tapi bangsatidak bisa berganti. Itu harus dipegang,kita ini membela bangsa: Indonesia tanahairku tanah tumpah darahku disanalahaku berdiri jadi pandu ibuku Jadi bangsasemuanya menjadi pandu, bukan hanyapemimpin yang pandu, bukan hanyatentara, tapi bangsa semuanya.Maka prinsip berbangsa: “bangunlahjiwanya, bangunlah badannya, untukIndonesia raya”. Kita ini sudah masuk kesitu, jadi jangan untuk siapa-siapa. Kitamula-mula terjajah dengan bahasa dependen, kemudian independen, kemudiandimasukkan lagi ke interdependen olehkita sendiri.Tapi sekarang independen lagiyaitu individualis?Ya masuk, kita ingatkan. Maka jurnalisharus ingatkan. Ini kekuatan, jurnalis initidak bisa dibendung oleh siapa pun.Maka ini sebuah citra instruksi Tuhanmelalui malaikat berbentuk jurnalis,maka kekuatan keempat, bukan angkatankelima. Kan kita sudah bilang nabi itujurnalis. Siapa yang memberitakan iniwahai juru berita, nabi itu juru berita,pengajar. Maka jurnalis harus begitu,bukankah ini suatu rahmat? Syukuri itu,adapun di sana sini ada kekurangan, tulis,kalau perlu yang pedas-pedas, kalau perlunusuk-nusuk dikit karena dengan tusukanjarum itu kadang menyehatkan. Kalaukolesterol, kasih yang pahit-pahit nantiturun kolesterolnya. Kalau asam urat,kasih yang sengat-sengat nanti turunasam uratnya. Begitulah tugas jurnalis.Seorang agent of change dan agency ofchange harus toleran. Oh, ya ini tugasjurnalis dan saya harus instropeksi diri,saya harus masuk kepada tatanan yangutopis hari ini dan besok tapi tidak meninggalkan ideologis. Asyik kalau begitu.Kita dari dependen, independen,interdependensi dalam sebuahsimbol kebhinekatunggalikaan, tapiotonomi daerah juga sekarang melahirkan suatu aturan-aturan daerah yang membuat kepentinganpengelompokan?Jadi itulah tadi kita katakan, menjadiindependen. Maka sebuah paradigma adaperubahan-perubahan, jangan-jangansebentar lagi ada paradigma baru lagiuntuk mengoreksi paradigma yang terdahulu. Jangan khawatir, tulis saja itu.Cita-cita desentralisasi yang indah tapidikatakan menjadi federasi. Tidak pernahberbicara federasi tapi desentralisasitingkat satu. Asyik, biar gagah sedikit toh,duduk dengan Sultan Pahang dari Malaysia, duduk dengan Sultan Trengganu,duduk dengan Yang Dipertuan NegeriSabah, duduk dengan Yang DipertuanNegeri Sarawak, duduk dengan YangDipertuan Negeri Melake. foto: berindo wilson Mekarjaya, Indramayu.